Share

Nasib Mahar Arini

"Mas, kenapa sih kamu kok santai begitu? Aku takut kalau maharku di ambil Ibuku," kataku dengan perasaan galau.

"Sudahlah, kamu tenang saja. Ibumu enggak akan bisa mengambil mahar dariku," jawab Mas Wawan dengan tenang. 

Aku membuka lemariku. Mahar yang terbuat dari kotak kayu itu sudah bergeser dari posisinya. Mulanya aku menaruhnya di baris paling atas lemariku. Namun kini berpindah di baris bawahnya. 

Kuangkat mahar tersebut, mahar itu ada lapisan kaca di atasnya. Alhamdulillah uang dari Mas Wawan yang merupakan pecahan ratusan berwarna merah masih terpampang di dalamnya.

"Lho kok bisa masih utuh sih uang mahar darimu Mas?" tanyaku heran.

Enggak mungkin kalau Ibu melihatnya, ia tidak tergiur untuk mengambilnya.

"Nah kan kubilang juga apa. Kamu sih kubilangin mah bandel," sahut Mas Wawan yang sepertinya agak kesal kepadaku. 

"Gimana nih cara membukanya?" tanyaku lagi. Aku bingung bagaimana membukanya karena kotak ini bukanlah kotak biasa yang bisa di buka tutup dengan mudah. 

Aku memperhatikan kotak itu dengan seksama. Oh pantas Ibu tak bisa membukanya karena di kunci dengan gembok kecil berbentuk hati. 

"Oh pantas kamu terlihat santai aja Mas. Ternyata hanya bisa di buka pake gembok," celetukku yang kini paham mengapa kotak ini tak bisa di buka dengan mudah. 

"Nah betulkan apa kataku," balas Mas Wawan.

"Tapi kan bisa aja Ibu memecah kacanya untuk membukanya," sahutku yang tak percaya kenapa Ibu memilih tak membukanya. "Kemudian bisa aja beliau buang kotak mahar ini ke tempat sampah. Jadinya kan tidak ketauan sama aku."

"Aku enggak tau. Mungkin dia enggak jadi mengambil karena kepergok oleh Bapak," jawab Mas Wawan enteng. 

"Iya juga ya, bisa jadi begitu."

"Udah ah Dek, enggak usah berpikir kelamaan. Yuk kita cepat cabut dari sini. Bawa barang-barangmu yang penting."

"Tapi uang satu jutaku itu gimana?"

"Ya enggak gimana-gimana.  Lupain aja, ikhlasin kalau perlu. Nanti akan kugantiin. Anggap aja itu sedekah sama Ibumu sendiri."

"Hmmm, oke deh Mas."

Dengan berat hati aku mencoba mengikhlaskan uang satu juta hasil dari aku bekerja. Walaupun aku selalu mendapat perlakuan yang tak adil dari Ibu. Sejak kecil, aku di bedakan dari Mbak Arumi. Karena Mbak Arumi lebih cantik dan berkulit putih. Sedangkan aku berkulit sawo matang seperti Bapak.

Dengan cepat aku membereskan barang-barangku seperti pakaianku yang masih bagus dan baru, bahan baku untuk membuat kerajinan makrame, ijazah sekolah dan kuliah, serta buku-buku. Tak lupa beberapa tas dan sepatu koleksiku.

Perlu tiga tas untuk mewadahi semua barang-barangku. Tentu saja hal ini membuat Mas Wawan geleng-geleng kepala.

"Ini memangnya harus di bawa semua ya Dek?" tanya Mas Wawan tak habis pikir. 

"Iya dong Mas. Lagipula ini sudah kupilah mana barang yang penting dan mana yang enggak," kataku menjelaskan.

"Tapi enggak usah sebanyak ini juga kali Dek. Aku bisa aja nanti membelikanmu barang baru yang kamu inginkan."

Aku menggelengkan kepala. "Kamu memang bisa membelikanku barang baru dan branded. Tapi kamu enggak bisa membeli kenangan yang terselip dalam benda itu."

"Hmmm, iya sih. Kenapa kamu bilang ada kenangannya? Atau jangan-jangan ada barang dari mantan pacarmu ya?" tanya Mas Wawan dengan nada cemburu.

"Widih ada yang cemburu. Kan sudah kubilang kalau selama ini aku enggak pernah pacaran. Kok masih aja sih Mas enggak percaya gitu," jawabku kesal. 

"Yee siapa yang cemburu. Ya kali aja kan. Soalnya kok banyak banget barang yang mau di bawa," sahut Mas Wawan mengelak ketika kukatakan kalau ia cemburu.

"Udah deh Mas. Nanti aja deh kalau mau bahas-bahas cemburu di rumahmu aja. Jangan di sini. Aku keburu gerah kalau kelamaan di sini," balasku sambil merapikan kerudungku di depan cermin lemariku.

"Siap tuan putriku. Yuk kita cabut," sahut Mas Wawan membawakan dua tas besarku. Satu tas lagi aku yang menentengnya.

Ketika kami keluar kamarku, betapa kagetnya kami berdua. Ternyata kami sudah di hadang oleh tiga sekawan dengan tatapan wajah sinis. Wajah mereka seperti menghadapi pencuri dan siap untuk menerkam mangsanya.

* *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status