Share

Bab 5

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2021-12-11 00:03:29

Bab 5

"Pah, aku nggak mungkin macam-macam pada Anggi sesuai dengan pesan Papa," sambung Mas Irfan masih berkelit. Pasti ia takut pada papanya, semua hak perusahaan masih dikendalikan oleh papa mertua.

"Ya, semoga kamu tak mengkhianati Anggi, awas saja kalau itu terjadi. Kamu tahu kan, Anggi adalah menantu pilihan Papa," ujar papa mertuaku.

Entahlah, apa yang membuat Papa Anggara begitu sangat menyayangiku. Perlakuannya padaku melebihi ayahku.

"Ya sudah, Pah. Aku dan Anggi sedang menikmati makan malam nih, ada yang dibicarakan lagi, nggak?" tanya Mas Irfan.

"Baiklah, selamat senang-senang, ya. Jaga Anggi, jangan sakiti dia," pesannya sekali lagi. 

"Baik, Papa. Assalamualaikum," tutupnya.

"Waalaikumsalam," jawab papa. Telepon pun terputus.

Kami pun melanjutkan makan malam, ada rona kebingungan terpancar di wajah Mas Irfan. Bagaimana tidak, ia pasti bingung telah menyimpan benih di rahim sekretarisnya, sementara papanya tetap mempertahankan bahwa akulah yang pantas mendampinginya.

Aku perhatikan selera makan Mas Irfan tiba-tiba memburuk, sedari tadi ia memutar sedotan pada minumannya. Makanan yang ia pesan terlihat masih setengah, padahal dari toko tadi ia sudah mengeluh lapar.

"Mas, cepat habiskan makanannya, sudah jam setengah sembilan nih," suruhku sambil melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan.

"Kita pulang sekarang, yuk!" ajaknya. Padahal makanan yang ia pesan belum habis. 

Aku pun bangkit dan segera pulang, tapi ponselku tiba-tiba berdering. Nada alarm berbunyi, aku segera membacanya. Ternyata jadwal aku dengan dokter kandungan tiap bulan, untuk kegiatan program kehamilanku. Tiap bulan aku konsultasi pada dokter kandungan untuk sekadar ikhtiar agar bisa hamil.

"Mas, besok jadwal kontrol, aku belum daftar ke Dokter Sonia," ucapku sambil melangkah ke parkiran. Mas Irfan pun menoleh sejenak.

"Besok aku ada meeting dengan klien, kamu sendiri saja ya ke Dokter Sonia," jawabnya. Aku pun mengangguk, aneh sekali biasanya ia tak pernah melewatkan pertemuan ini, kenapa sekarang menolaknya?

Aku hanya terdiam sambil berpikir, apa kira-kira ucapan Mas Irfan itu benar? Apa ia hanya alasan saja?

Setibanya di rumah, kami berdua segera memejamkan mata untuk menyiapkan hari esok. Rasanya cukup lelah malam ini, tapi aku cukup puas dengan apa yang kudapatkan, yaitu ATM yang sempat dikuasai oleh Karin.

***

Pagi ini cuaca agak sendu, langit tampak gelap seraya ikut sedih dengan apa yang menimpaku. Namun, hidup ini harus tetap kujalani, meskipun perih dan luka yang telah Mas Irfan torehkan.

"Aku berangkat dulu, ya, oh ya salam untuk Dokter Sonia," ucapnya sambil mengelus rambutku. Rasanya sudah hilang rasa ini melihat perlakuan munafik Mas Irfan padaku.

"Ya, Mas. Semoga meetingnya sukses dengan klien, ya," sindirku sambil meraih punggung tangannya lalu mengecup seperti biasa.

Setelah Mas Irfan berangkat, aku pun membuat jadwal pada dokter kandungan. Namun, tidak dengan Dokter Sonia.

"Halo, dengan Rumah Sakit Citra Kencana?" jawab operator teleponnya ketika mengangkat telepon.

"Iya, Mbak, saya mau daftar ke Dokter Wulan SpOG. Masih bisa?" tanyaku.

"Masih, Bu. Apakah sudah pernah ke sini sebelumnya?"

"Sudah pernah dulu, Mbak."

"Baik, sebentar saya cek, dengan ibu siapa dan tanggal lahirnya? Oh ya, karena Ibu baru janji hari ini tidak seperti pasien yang sudah janji dari bulan lalu, harap datang ke rumah sakit jam 08;30 WIB ya, untuk pendaftaran ulang, jadwal praktek jam sembilan," jawabnya lagi.

"Baik, Mbak. Kalau begitu, saya daftar atas nama Anggita Rayhana, tanggal lahir 11 Januari 1990," timpalku.

"Baik, sebentar saya proses." Setelah beberapa detik. "Sudah didaftarkan, antrian ke 12 ya, Bu."

"Terima kasih banyak, Mbak," tutupku. Telepon pun terputus.

Aku segera bersiap untuk berangkat, jam delapan aku harus daftar ulang ke rumah sakit tersebut. Tidak apalah hanya untuk bulan ini aku tidak kontrol ke Dokter Sonia.

***

Setibanya di rumah sakit, aku daftarkan diri ke pendaftaran. Menunggu kontrol setengah jam, itu pun juga harus menunggu antrian ke 12. Jadi, aku putuskan untuk menunggu di kantin saja.

Jam di tangan telah menunjukkan pukul 09;00 WIB. Aku segera meluncur ke tempat Dokter Wulan SpOG. Aku langkahkan kaki ini dengan selamat, berharap apa yang kurencanakan berjalan dengan baik.

Setibanya di sana, aku sudah tidak terkejut lagi melihat Karin juga sedang duduk  antri menunggu Dokter Wulan SpOG.

"Hai, Karin," sapaku dengan kedua alis terangkat.

"Anggi, kamu?" sahutnya dengan mulut menganga.

"Ya, aku, kenapa?" tanyaku dengan senyuman mengembang. Seketika Karin pun terlihat bergeming, matanya membulat seraya tak mampu berkedip.

***

Flashback malam harinya sebelum tidur

Aku belum bisa tertidur pulas, tapi mendengar ponsel Mas Irfan berisik mendapatkan pesan. Sepertinya ia sedang chatting dengan Karin. Ini membuatku sangat penasaran. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak tidur lebih dulu, rasa penasaran semakin menggebu ingin membaca pesannya.

[Jangan lupa besok jemput aku untuk periksa kandungan.]

[Ya, tadi juga Anggi minta antar ke dokter kandungan, tapi aku ingat besok jadwal kamu kontrol.]

[Untungnya aku dan Anggi kamu pilihkan dokter kandungan yang berbeda rumah sakit.]

[Sudahlah, kamu tidur, ada yang ingin aku bicarakan juga besok, tentang Papaku.]

[Selamat tidur, Sayang.]

[Kamu juga. I love you, jaga bayi kita.]

Sakit rasanya membaca isi chatnya. Namun, aku tak boleh lemah, ada Papa Angga yang mendukungku. Sebaiknya aku cari saja dokter kandungan yang biasa ia kunjungi, pasti ada di histori chatting mereka.

Aku memang lancang, membuka ponsel suami ketika ia tertidur pulas. Namun, ini semua kulakukan demi mendapatkan informasi mengenai dokter kandungan yang biasa dikunjungi oleh Karin.

Setelah membaca pesan beberapa bulan ke belakang. Akhirnya aku mendapatkan informasi akurat. Beberapa bulan lalu.

[Jika benar kamu positif, periksakan kehamilanmu, tapi jangan ke Dokter Sonia Rumah Sakit Ibu Ananda. Periksa saja ke Rumah Sakit Citra Kencana, dengan Dokter Wulan SpOG, ia juga bagus.] 

Kulihat tanggal dan bulannya tertera tanggal 19 Agustus 2021. Astaga, berati usia kandungannya baru menginjak kisaran empat bulan, tapi sudah repot beli perlengkapan bayi. 

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 72

    Bab 72Tidak lama kemudian, berselang beberapa jam kemudian, Sherina dan Satrio datang. Mereka langsung bertemu dengan Anggi dan Irfan di kantor yang nyaris hancur.Sherina mengejutkan sesuatu, ia memberikan informasi yang membuat Satrio terbelalak."Pak, saya tahu pelaku pembakaran kantor Irgi Pratama," jelas Sherina.Anggi dan Irfan tertegun, ia nyaris tak berkedip menatap wajah wanita yang sempat dituduh sebagai penerornya. Kaki Anggi melangkah ke arah Sherina, meskipun berat Sherina hanya menghela napas di hadapan Anggi."Saya tahu, pasti kamu mau menuduh saya lagi, iya kan?" sindir Sherina. Sebelum ditanya ia sudah menebak apa yang akan Anggi lakukan.Kemudian, Irfan menggandeng erat tangan istrinya. Ia tidak ingin Anggi melakukan kesalahan yang kedua kalinya.&nbs

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 71

    Bab 71Angga langsung menghubungi Rendi. Namun, ia ragu-ragu sebab orang kepercayaannya itu sedang berada di rumah sakit menemani Arya.Tangan Angga dihentak-hentakkan, seraya kebingungan harus menghubungi siapa untuk menugaskan ke Jogja. Sebab, ia sudah amat kelelahan mengurusi urusan di sini.Angga menghela napas panjang. Sedangkan Anggi dan Irfan saling beradu pandangan, mereka berdua tiba-tiba mengangguk."Pah, kami berdua yang ke Jogja, besok pagi berangkat," ucap Irfan membuat mata Angga seketika berair."Apa kalian tidak lelah? Aku khawatir dengan kesehatan kalian," tutur Angga belum mengizinkan mereka berdua."Pah, kami berdua masih muda, sedangkan Papa usianya sudah tidak memungkinkan lagi untuk kecapean, jadi biarkan saja ya, kami belajar mengurus hal yang ekstrim seperti ini," rayu Anggi.Kemudian, Gita merangkul pundak lelaki yang sangat setia padanya, dilingkarkan tangan di leher Angga.

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 70

    Bab 70"Baiklah, kami bebaskan Sherina dan Satrio berdasarkan bukti yang Bapak berikan, tentunya kami juga akan segera mencari keberadaan saudara Dodi," ucap komandan membuat seketika suasana mencair. Semuanya mengelus dadanya masing-masing seraya lega dengan keputusan yang diambil oleh komandan.Kemudian, komandan memerintahkan petugas untuk membebaskan Sherina dan Satrio tanpa syarat apapun. Mereka berdua dibebaskan karena terbukti tidak bersalah.Semuanya bangkit menyambut kedatangan Sherina dan Satrio. Kemudian, seketika itu juga Alex menyergap tubuh Satrio."Pah," sapa Satrio pada Alex. Meskipun ayah sambung, tapi Alex memperlakukan Satrio seperti anak kandungnya. Mereka berdua melepaskan rasa haru, air matanya pun tak terasa meleleh membasahi pipinya."Kamu sudah bebas, janji Papa sudah ditepati," timpal Alex kepada anaknya.Seisi ruangan berjabat tangan, namun senyum Sherina terlihat sangat terpaksa

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 69

    Bab 69Setelah dibuka rekaman yang tersimpan. Terdengar suara di antara mereka yang berada di satu meja restoran berdebat."Kenapa kamu lakukan ini sampai terlalu jauh? Bukankah Pak Irgi telah memberikan pesangon cukup besar?" tanya istrinya Dodi. "Kamu tega melihat anak istrimu kini luntang-lantung tidak jelas?" tambahnya lagi dengan nada menekan."Sudahlah, tahu apa kamu urusan lelaki? Sekarang habiskan makanan, kita akan terbang ke Jawa Timur!" Dodi terdengar tambah marah.Kemudian, hening seketika. Setelah itu Dodi terdengar menghubungi seseorang."Candra, tolong kamu habiskan laki-laki yang bernama Arya, dia telah terlalu jauh ikut campur," suruh Dodi melalui sambungan telepon."Gila kamu, Mas! Sudah bersalah malah nyelakain orang! Bukankah janji kamu hanya menakut-nakuti keluarga Pratama? Kenapa sejauh ini?" sentak istrinya."Kamu mau ikut pergi atau di sini?" Pertanyaan terakhir y

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 68

    Bab 68"Ada apa dengan Arya, Ren?" tanya Anggara. Posisinya yang tadi duduk setelah menyuruh Anggi dan Irfan masuk kini berdiri."Pah, tenang ya, duduk bicaranya biar tenang," pesan Irfan sambil mengelus-elus punggung mertuanya."Arya kecelakaan, Pak," terang Rendi memberikan informasi yang membuat keluarga Pratama kehilangan harapan."Astaga, lalu bagaimana kondisinya?" tanya Angga terkejut sekaligus panik. Lalu mulutnya komat-kamit memberikan informasi pada anak mantu dan sahabatnya yang berada di sebelah Angga."Kondisinya belum sadarkan diri, Pak. Sekarang ada di Rumah Sakit Sentosa," ucapnya membuat Angga tanpa pikir panjang mematikan sambungan teleponnya. Ia menghela napas berat seraya tidak mempercayai takdir."Yuk kita ke Rumah Sakit Sentosa!" ajaknya sambil meraih tas kecil yang ia bawa.Mereka berempat bersiap ke rumah sakit. Kali ini sepasang suami istri itu yang menenangkan p

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 67

    Bab 67"Saya minta maaf atas tuduhan yang kemarin," ucap Anggi dengan kerendahan hati."Tidak salah dengar? Anggi yang bersikeras menahanku kini minta maaf?" sindir telak Sherina. Sepertinya ada dendam kesumat di dalam hati Sherina.Kemudian, Irfan membuka percakapan dengan memotong pembicaraan Sherina. Ini supaya tidak berlarut-larut dalam dendam."Ya, ini kesalahpahaman, mohon dimaklumi, Sherina. Maaf kami benar-benar baru mengetahui yang sebenarnya," tutur Irfan coba membela istrinya.Hening, seketika suasana hening, Satrio pun menatap lekat ke arah Anggi."Saya tahu, kamu seperti itu karena tuduhan anak buah peneror itu, saya paham betul," timpal Satrio."Saya janji akan membersihkan nama baik kalian nantinya," ucap Anggi.Sedangkan Sherina masih duduk terpaku bersandar dengan santai. Ia merasa menang atas ucapan maaf yang telah dilontarkan Anggi dan Irfan."Saya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status