Share

BAB-5 GRIYA UTAMI KELUARGA NITIS SUKMA

Pria muda nan rupawan yang bernama Arjuna Nitis Sukma tersebut menghembuskan nafasnya perlahan. Kedua telapak tangannya mencengkram kemudi dengan erat. Seolah ada beban berat yang tengah dia pikirkan.

“Aku akan melindungi mu, Nastiti! Apapun yang terjadi.” Lagi Arjuna bergumam

Kini, sebuah senyuman tulus dia persembahkan kepada sang istri yang tengah tertidur pulas tersebut.

Di tengah perjalanan, Pak Baskoro menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Mau tak mau Arjuna yang di belakangnya pun harus berhenti.

Nampak supir pribadi keluarga Nitis Sukma keluar dari dalam mobil yang ditumpangi Pak Baskoro. Lelaki tersebut melangkahkan kakinya perlahan kearah mobil Arjuna dan tangannya mengetuk kaca mobil dengan perlahan. Arjuna yang paham langsung menurunkan kaca jendela mobilnya.

“Ngapunten (Maaf) Den Bagus, Kanjeng Romo menyuruh saya untuk memberikan ini kepada Den Bagus Arjuna.” Sang sopir berbicara lembut sambil menyerahkan secarik kertas.

Arjuna bergegas mengambil kertas tersebut. Saat sang supir berjalan kembali ke arah mobil Pak Baskoro. Arjuna bergegas membaca isi dari lipatan kertas di tangannya itu.

“DENGARKAN AKU ANAKKU.

KAU TAK BISA MENGULUR LAGI, SEPERTI SAAT KAU MENGULUR WAKTU PERNIKAHAN MU DENGAN NASTITI.

KAU TAK BISA MENGULUR WAKTU UNTUK MEMBERIKAN PENERUS BARU KELUARGA NITIS SUKMA.

BERGEGASLAH KAU MELAKUKAN RITUAL MALAM PENGANTIN.

LALU TABURKAN BENIH MU KEDALAM RAHIM NASTITI. AGAR TRAH NINGRAT NITIS SUKMA SELAMAT.

INGAT ARJUNA, LAKSANAKAN TUGAS MU DENGAN BAIK.”

Begitu Arjuna membaca pesan dari sang Romo. Dirinya meremas kertas tersebut lalu menelannya, agar tidak diketahui oleh siapapun.

Arjuna menatap nanar ke arah Amanda, lalu membuang nafas kasar. Detik kemudian dia kembali melajukan mobil, mengikuti mobil sang Romo yang telah melaju terlebih dahulu.

Arjuna tersenyum miris. Beliau hanya tak mau menunda ritual menabur benih pada malam pengantin esok lusa. Karena esok lusa adalah bulan purnama yang begitu spesial. Bulan purnama yang hanya terjadi setiap ratusan tahun sekali. Malam yang sangat bagus untuk menciptakan anggota baru trah Nitis Sukma.

Arjuna tak bisa melawan keinginan sang Romo. Amanda harus dibentuk agar menjadi perempuan yang lemah lembut secepat mungkin, itu adalah tugas berat bagi Arjuna.

Mobil terus berjalan memasuki sebuah perkampungan dengan tampilan yang begitu kejawen. Segala sesuatu susunan disekitarnya tak lepas dari pandangan tentang adat istiadat kejawennya.

Namun sejatinya itu bukanlah sebuah perkampungan biasa. Melainkan perkampungan tersebut adalah tempat tinggal khusus keluarga Nitis Sukma.

Semua garis darah trah Nitis Sukma harus berkumpul di satu wilayah yang sama, begitu juga dengan para pembantu mereka. Semua orang yang ada sangkut-pautnya dengan keluarga Nitis Sukma harus terus tinggal dan mati di satu tempat yang sama.

Dengan pelan Arjuna memarkirkan mobilnya di depan rumah yang begitu megah. Bangunan yang dipenuhi ukiran kayu jati. Bangunan dengan gaya kuno yang memiliki kesan ningrat begitu kuat. “Nastiti, bangunlah Diajeng. Kita sudah sampai.” Suara lembut Arjuna terdengar membangunkan sang istri.

Sementara itu yang dipanggil nampak menggerakkan mata. Perlahan membuka kelopaknya yang tertutup. Mata itu melihat ketampanan wajah sang suami yang kini menatapnya dengan ukiran senyum di wajahnya.

“Diajeng Nastiti, bangunlah. Kita sudah sampai di Griya Utami keluarga Nitis Sukma.” Lagi suara Arjuna terdengar lembut memanggil.

Amanda kini menetap Arjuna, sang suami dengan tatapan yang kosong. Seolah jiwanya tercabut entah kemana. Perlahan kepalanya mengangguk. 

“Nggih Kang Mas.” Suara lembut Amanda terdengar.

Tak menunggu lama, Nastiti alias Amanda keluar dari Mobil. Berjalan beriringan ke pintu utama yang begitu tinggi dan besar juga megah. Pintu yang berwarna coklat tua mengkilap dengan daunnya yang penuh ukiran. Sungguh mewah, padahal hanya sebuah pintu, apalagi nanti isinya.

Pintu rumah terbuka, ternyata di dalamnya sudah menunggu beberapa orang. Empat orang laki-laki dan empat orang perempuan yang masing-masing dari mereka menggunakan pakaian layaknya Abdi dalem Keraton.

Para pria memakai baju lurik dan blangkon. Sementara para perempuan memakai baju kebaya kutu baru dan rambut bersanggul rapi dan tak ketinggalan pula mereka juga memakai kain jarik. Tak ada satupun dari Abdi tersebut yang memakai celana ataupun rok.

Salah satu dari Abdi lelaki menghampiri Amanda dan Arjuna sambil membungkukkan badan.

“Ngapunten (Maaf), Den Ayu Nastiti dan Den Bagus Arjuna sampun (Sedang) ditunggu eyang putri di ruang keluarga, Monggo Den!” Abdi berbicara pelan, tangannya dengan ibu jari mengarah ke sebuah ruangan.

Arjuna yang paham pun mengangguk, diikuti oleh Nastiti di sampingnya, Arjuna melangkah ke ruang keluarga.

Amanda hanya diam, manut (mengikuti) semua tingkah laku Arjuna, tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya yang sedari tadi tertutup rapat. Mata Amanda kosong, seolah kehilangan jiwa.

Arjuna melirik kearah sang istri, lalu bibirnya bergumam perlahan. 

“Bersabarlah, aku akan melindungi mu, Nastiti.”

Amanda tak menjawab. Dirinya terus melangkah pelan dengan tatapan yang mati.

Sesampainya di ruang keluarga, ternyata telah menunggu beberapa orang. Nampak di antara mereka, Pak Baskoro tengah duduk dengan penuh Wibawa.

Di samping kanannya ada perempuan yang sudah tak muda lagi namun masih teramat sangat cantik dengan pakaian kebaya kupu tarung dan rambut bersanggul rapi. 

Sementara itu di samping kiri pak Baskoro, duduk perempuan muda yang juga tak kalah menawan. Dia pun mengenakan kebaya kupu tarung, sama persis dengan perempuan di samping kanan Agung Baskoro. 

Rambutnya panjang, hitam legam. Rambutnya nampak  dikepang satu hingga sampai ke perut bagian kiri. Rambut kepangnya menancap dengan cantik bunga melati di setiap lipatan kepangnya. Gadis muda yang begitu cantik mempesona.

Terakhir, ada seorang nenek duduk dengan penuh wibawa di kursi tunggal yang berada tepat ke arah Arjuna dan Amanda. Perempuan tua namun aura kewibawaannya memancar begitu kuat.

“Selamat datang di griya utami cucuku, Nastiti!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status