Share

Bab 6. Virtual dengan Rekan Kerja

Aku masih berkutat di dapur, sedangkan Mas Bryan baru dengan virtual dengan rekan kantornya. Sembari asyik menggoreng kentang, terdengar suara pintu kamar Rara sepertinya dia sudah bangun. Pintu kamar Rara memang agak mandet mungkin tukangnya kurang pas memasang pada saat rumah ini dibangun.

Gegas aku menemui Rara, ku tarik dia sampai ke dapur. Tidak mungkin juga aku ngocehin Rara di depan pintu kamarnya, sedangkan Mas Bryan sedang melakukan virtual di depan laptop.

"Kak, apaan sih narik-narik? Sakit tau." Rara memijat-mijat pergelangan tangannya yanh ku pegang dengan sedikit erat, hingga ada bekas merah berbentuk jari-jariku.

Aku sudah merasa gondok dengan dia, sikap Rara yang sudah mulai tidak sopan kalau dibiarkan akan membuat semuanya semakin parah, terparahnya aku bisa usir dia dari sini.

"Kenapa jam segini baru bangun, Ra?" bisikku pelan.

"Ooh, semalam aku begadang bikin tugas. Tidurnya udah subuh kak, lagian hari ini juga kuliahnya lewat virtual makanya aku bisa nyantai dikit." Jawabnya santai tanpa merasakan kalau aku sedang jengkel dengan dia.

"Kok kakak nggak percaya ya kalau kamu ngerjain tugas. Atau kamu lagi ngerjain sesuatu yang dilarang? Hayo ngaku?"

Bukannya ngaku dan ketakutan, Rara malah menghela napas ringan. "Aku heran deh, kakak kenapa sih? Curigaannya ke tolong banget? Udah ah, aku mau ke kamar dulu. Mau kuliah virtual soalnya." dengan bersungut-sungut Rara meninggalkan aku yang masih keheranan melihat tingkah santai tak bersalahnya.

Apa aku yang salah ya? Tapi kenapa, ah sudahlah jika nanti masih ku temukan hal yang ganjil terpaksa aku akan cari cara untuk membuktikannya. Aku butuh jawaban, sekalipun nanti terungkap yang menyakitkan bukankah lebih baik aku tahu lebih awal ketimbang semuanya terlambat.

***

"Mon, Mas lapar siapin makan siang yah." pinta Mas Bryan yang baru saja selesai melaksanakan kerja lewat virtual. Dia terduduk lesu di sofa ruang tamu. 

Sekilas tampak bagiku yang tengah membereskan perintilan Mas Bryan yang masih tergeletak di atas meja, meja itu memang multi fungsi selain bisa untuk dijadikan meja makan bisa juga dijadikan meja kerja. Aku sibuk memindahkan piring berisikan lauk-pauk, sayur-mayur dari lemari sambal yang ada di dapur ke meja bekas pakai untuk virtual tadi. 

"Mas, sudah siap nih makanannya. Yuk, mari makan," ajakku. Dengan gontai Mas Bryan pun berjalan menuju kursi di dekat aku berdiri. 

Dia menoleh ke belakang, melihat pintu kamar Rara yang masih tertutup rapat. "Rara di kamar, Mon? Ajak makan sekalian biar rame," pinta Mas Bryan.

"Kita makan duluan aja, Mas. Rara katanya masih jadwal kuliah online." Jelasku sambil meletakkan piring yang sudah berisikan nasi, lauk-pauk, dan sayur-mayur tinggal siap di santap oleh Mas Bryan.

"Ya coba aja panggil dulu, biar sekalian, biar rame juga kitanya Mon,"

"Memang kamu merasa sepi banget Mas kalau cuma makan berdua sama aku?!" nada bicaraku naik satu oktaf membuat Mas Bryan yang tadinya sedikit lesu menjadi tergagap.

"Eeeuuumm, nggak Mon. Yuk, makan. Kamu sensi mulu, bikin kepala ku jadi tambah pusing," sindirnya. Dengan menahan sesak di dada tak ku pedulikan ucapan Mas Bryan, selera makan ku hilang sekejap, kalau bukan karena lapar mungkin aku sudah bertolak ke kamar dan membiarkan Mas Bryan makan sendiri.

Duuuh aduuuuh, Mas Bryan lagi puber atau lagi apa sih, Rara lagi, Rara lagi. Deeeuuuhhh...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status