Share

Dia Menghantam Pintu Utama

Monalisa terus disemangati oleh Namira.

"Rezeki nggak ada yang tahu, umur juga bukan patokan."

Malam harinya, mata Monalisa terasa sulit dipejamkan. Tidak terhitung pula dia bertukar posisi tidur.

"Mata panda kamu kelihatan, Mon. Nggak nyenyak ya tidurnya semalam?"

Kedua wanita dewasa ini sedang berada di stasiun menunggu kereta api.

"Susah, aku kepikiran soal interview nanti."

"Wajar sih, hal normal kok. Pake ini aja." Namira merogoh sebuah benda berbentuk bulat dan panjang, rata-rata perempuan memakai ini.

"Nggak menor ntar, Na?" Monalisa tampak ragu menerima benda itu.

"Nggak kok. Coba aja dulu. Ntar kalau nggak nyaman bisa dihapus. Atau solusi lain pake kacamata."

Dari rumah, Monalisa hanya memakai sunscreen, bibir di poles dengan lipstik berwarna merah bata, serta matanya dipakaikan eyeliner.

Sebelum kereta jurusan mereka datang, Monalisa sibuk merias diri, memberi cushion dan concelear di wajahnya.

"Nah, gitu kan lebih cantik. Mata panda nya jadi lenyap," puji Namira setelah se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status