Share

Tentang Shafita 3

Merupakan hal lumrah bagi Shafita untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan para kolega bisnis.

Tidak, ini bukan kolega bisnis yang dimilikinya. Karena sangat jelas jika dirinya bukanlah wanita yang memiliki karier melejit. Shafita hanya wanita biasa yang menghabiskan waktunya di dalam rumah dengan kegiatan yang tentu semua orang akan bisa membayangkannya seperti apa.

Bukan pula kolega bisnis kedua orang tuanya. Karena, walaupun ia tidak terlahir dari keluarga yang patut dikatakan miskin, dirinya pun tidak terlahir dari keluarga yang pantas untuk disebutkan kaya raya. Shafita biasa menyebutnya sedang-sedang saja. Ia hidup dalam porsi yang pas tanpa kelebihan ataupun kekurangan suatu apa pun.

Dan yang telah berada di dalam rumahnya sejak tiga puluh menit yang lalu adalah kolega bisnis dari Geovane. Jumlahnya sekitar tujuh orang. Empat orang di antara mereka adalah pria dan tiga orang lainnya berjenis kelamin wanita yang mana Shafita tebak merupakan sekretaris.

Shafita tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, jika Geovane sedang betah dan enggan pergi dari rumahnya maka pria itu selalu mengambil keputusan seperti: mengundang rekan kerjanya ke rumah Shafita agar ia bisa bekerja tanpa pergi dari rumah kekasihnya tersebut. 

Hanya saja, ada satu hal yang selalu mengambil bagian dari kegiatan seperti ini yang tak Shafita sukai.

Yaitu kehadiran Jesslyn yang selalu saja datang tanpa Shafita harapkan. Wajar saja memang, mengingat jika wanita itu berprofesi sebagai sekretaris dari Geovane. Namun, tidak dapat dilupakan juga jika Jesslyn tidak bekerja dengan Geovane hanya karena masalah keprofesionalan saja.

“Nona Shafita, tolong sajikan teh hangat dan kue kering saja. Tuan Geovane yang mengatakannya.”

Shafita mengerutkan keningnya setelah mendengar ucapan salah seorang pengawal Geovane yang kini sudah berdiri di belakang tubuhnya, tepatnya mereka sedang berada di dapur. Shafita menatap nanar jejeran gelas yang sudah terisi penuh dengan jus mangga yang sudah dibuatnya.

Tadi, Geovane yang memintanya untuk membuat jus, dan sekarang pria itu memberikan perubahan di waktu yang salah.

“Kenapa kau tidak mengatakannya sejak tadi? Lihatlah jusnya sudah kubuat dengan baik.” Shafita membalikkan tubuhnya dan menatap pengawal tadi yang bernama Lucas.

Pria tersebut pun tampak meringis setelah melihat gelas-gelas yang sudah tertata rapi di atas nampan.

“Maafkan aku, Nona Shafita. Tapi Tuan Geovane sendiri pun baru memerintahkannya padaku,” ucap Lucas dengan tulus dan penuh rasa hormat. Karena Geovane selalu berpesan bahwa semua pekerjanya harus memperlakukan Shafita sebagaimana mereka memperlakukan Geovane.

“Aku sama sekali tidak menyalahkanmu. Karena aku sudah tahu bagaimana tabiat bosmu itu.” Shafita kembali memutar tubuhnya, menggeser nampan yang ada di hadapannya menjauh. “Sekarang bawalah jus-jus ini ke luar dan berikan pada teman-temanmu. Berapa pengawal yang Geovane bawa ke sini hari ini?”

“Hanya enam orang pengawal saja dengan satu sopir.”

“Baiklah, jika begitu ini jumlah yang pas. Sekarang cepat bawa minuman-minuman ini!” titah Shafita yang mana perintahnya tersebut langsung diangguki oleh Lucas. Pria itu pun bergegas untuk membawa nampan tersebut pergi dari hadapan Shafita dan meninggalkan wanita itu sendirian di dapur.

“Humm ... sepertinya dia sangat senang untuk mengerjaiku!” gumamnya yang mulai sibuk untuk membuat minuman baru. Jika sampai nanti ada perubahan minuman yang diinginkan oleh Geovane, maka Shafita berjanji akan dengan senang hati menyiramkannya ke wajah pria itu.

0o0o0o0

Butuh sekitar tiga kali putaran bagi Shafita untuk dapat menyajikan semua minuman dan kue-kue kering di ruang tamunya. Pasalnya, tidak ada yang membatunya sama sekali untuk melakukan hal tersebut. Para pengawal Geovane berjaga di luar rumah. Geovane sendiri juga sibuk dengan urusannya dalam menyambut dan mengobrol dengan para kolega.

Shafita selalu mengusahakan yang terbaik di setiap kegiatan seperti ini. Ia tidak mau jika para kolega bisnis dari kekasihnya lari menunggang kuda jika saja ia tidak bisa menyambut dan memperlakukan mereka dengan baik.

Apalagi mengetahui jika biasanya Geovane mengadakan pertemuan di restoran atau gedung yang mewah dengan fasilitas yang mumpuni dan pelayanan yang luar biasa. Akan sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan rumah minimalisnya, tetapi yang penting Shafita mengusahakan yang terbaik.

Kini Shafita berdiri di samping sofa yang diduduki oleh Geovane. Kepalanya mengangguk sejenak dengan tatapan yang ia arahkan pada orang-orang berjas yang hadir di rumahnya. Di antara semua, hanya ada satu orang yang menatapnya dengan tatapan yang mencemooh.

Siapa lagi jika bukan Jesslyn si sekretaris penggoda?

Wanita yang duduk dalam balutan pakaian seksi itu tersenyum penuh ejekan padanya. Bahkan Shafita harus memutar bola matanya mengetahui jika tidak satu pun pakaian kerja yang Jesslyn miliki pantas untuk dikenakan. Sepertinya wanita itu memiliki sindrom tersendiri yang membuatnya sangat senang untuk memakai pakaian yang sangat terbuka.

Apalagi posisi duduknya yang membuat wanita mana saja akan iri dengan keindahan tubuhnya.

Dan tentu saja Shafita adalah pengecualian.

“Selamat menikmati, kuharap apa yang kusajikan sama sekali tidak mengecewakan.” Tanpa memedulikan Jesslyn, Shafita menatap rekan bisnis Geovane dengan ramah. Hal tersebut membuat Geovane merasa senang karena Shafita yang selalu berhasil menjamu tamunya.

“Tidak sama sekali, Nona Shafita. Apa yang kau lakukan sangat menunjukkan bahwa kau begitu memperlakukan kami dengan baik. Kau sudah sangat cocok untuk menjadi Nyonya Priangan. Aku rasanya tak sabar untuk segera mendapatkan kartu undangan.” Seorang kolega yang bernama Amir berkata yang mana kalimatnya mampu membuat Shafita tersenyum malu.

Berbeda dengan Jesslyn yang langsung menunjukkan raut wajah tidak suka. “Kau benar, Tuan Amir. Nona Shafita sangat cocok untuk menjadi seorang istri yang mana dapat menjadi tangan dan kaki suaminya di rumah. Akan lebih sempurna rasanya bila Nona Shafita dapat menemani Tuan Geovane untuk duduk satu meja kerja dan mempresentasikan setiap kerajaan bisnis yang dimiliki oleh suaminya.”

Shafita tahu jika kalimat itu diucapkan oleh Jesslyn untuk menegaskan bahwa ada perbedaan besar yang terbentang jauh antara Shafita dan Jesslyn. Apalagi dengan keadaan yang sedang terjadi sangat menjelaskan bagaimana posisi Shafita.

Jesslyn duduk bersampingan dengan Geovane di antara para kolega bisnis, sedangkan Shafita hanya menjadi pelayan yang menyajikan makanan dan minuman untuk mereka walau ia adalah tuan rumah di sini. Terkadang, Shafita tidak merasakan senang untuk memikirkan itu. Membandingkan dirinya degan Jesslyn adalah hal yang sangat menyebalkan tetapi selalu dilakukannya.

Tidak memilih untuk menjawab, Shafita menundukkan kepalanya dalam. Namun, ia kembali mengangkat wajahnya ketika sebelah tangannya ditarik oleh Geovane. Bahkan dengan berani pria itu mencium tangannya. Senyuman Shafita kembali mengembang ketika Geovane berkata.

“Itu sama sekali tidak benar. Shafita sudah sempurna untukku karena yang kuinginkan adalah seorang istri, bukan rekan bisnis.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status