"Bukankah sudah ku katakan untuk menunggu kami sebelumnya?" "Kenapa kalian malah bertindak gegabah dan memaksa menyerang duluan?" "Jika kami tidak datang, siapa yang akan menyelamatkan kalian berdua?" Cecar Lana marah melihat Chiya dan adiknya tidak mengindahkan instruksinya dan berakibat, terlukanya mereka berdua. "Awan-san, Lana-chan, maaf!" Chiya menunduk dan merasa bersalah. Namun, lain halnya dengan Xynthia yang senyum-senyum tanpa merasa bersalah. Ia coba merajuk pada Awan dan berpikir bahwa tuan mudanya itu tidak akan memarahinya, sama seperti kakaknya. "Kan kami mau membersihkan jalan buat tuan muda." "Membersihkan apanya? Kalian malah membuat keadaan menjadi tambah kacau! Kalau kalian terluka parah atau lebih buruk lagi, bagaimana kalian berdua akan mempertanggungjawabkan tindakan kalian pada tuan muda?" Xynthia menatap Awan dengan tatapan memohon perlindungan darinya. Awan menjitak kepala Xynthia, sebelum mengusapnya seperti biasanya, "Xynthia, kamu harus dengar apa y
Awan tertawa ketika melihat tatapan semua orang tertuju pada dirinya. Apalagi tatapan itu mengisyaratkan bahwa dirinya seolah benar-benar melakukan apa yang dituduhkan oleh Jesscia sebelumnya."Hahaha, menarik-menarik! Kalian justru tertarik tentang hubunganku dengan temanku yang diculik oleh Johan Walton, ketimbang mencari tahu fakta yang sebenarnya.""Aku tegaskan, Johan Walton telah menculik temanku. Terlepas bagaimana penilaian kalian atau semua orang tentang hubunganku dengan wanita yang ia culik, jika kalian memang mencurigainya. Aku sama sekali tidak peduli." Lanjut Awan acuh tak acuh dan membuat senyum percaya diri Jessica sebelumnya, langsung memudar.Jessica tidak pernah berpikir bahwa Awan akan setidak peduli itu dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. Meski di sana ada paman dari tunangannya dan juga atasannya di Divisi Zero.Meski begitu, Jessica tidak berhenti sampai disitu. Ia kembali menyerang Awan dengan permainan kata-katanya, "Tuan Awan, bagaimana tidak bermor
Awan tersenyum dingin. Dengan kemampuannya, merupakan hal yang sangat mudah baginya untuk mendengarkan apa yang dibisikan oleh Jessica pada Ariyon.Sekarang, mendengar langsung ucapan oleh Ariyon, Awan yakin kalau mereka pasti memandang remeh dirinya karena telah tegas mengatakan bahwa ini adalah urusan pribadi antara mereka sedari awal dan membuat keluarga Walton berpikir, kalau dia sama sekali tidak punya kompetensi yang bisa membuat mereka takut.Karena itu, Awan segera berkata, "Aku bisa mempertimbangkan syarat terakhirku. Hanya saja, putramu bukan saja menculik temanku dengan niat buruk. Pengawal yang ia kirim, bahkan membunuh salah satu pengawalku dan meninggalkan satu orang lainnya dalam keadaan kritis.""Jadi, berhentilah membuang waktuku!" Lanjut Awan tegas."Berhentilah membual, bajingan! Mana buktinya, kalau aku menculik pelacurmu, hah?" Teriak Johan masih berusaha menutupi kesalahannya. Ia tidak ingin membuat semua orang berpikir, kalau dia adalah penculik. Karena itu, bag
Jika saja Johan bukan anaknya. Maka Ariyon tidak akan mungkin mau untuk menundukkan kepalanya pada siapapun. Tapi, Johan adalah masa depan keluarganya dan apa yang dilakukan Ariyon saat itu, sepadan dengan pengorbanannya.Awan menatap Ariyon dan keluarganya sejenak.Meski begitu, sorot mata Awan tampak tegas dan tidak tergoyahkan, "Bukankah sudah ku katakan dengan jelas? Syarat pertama bahkan tidak bisa dihitung, karena orang-orangku lah yang telah berhasil mendapatkan temanku kembali. Jika tidak, putra anda mungkin akan terus bersikukuh tidak mengakui perbuatan jahatnya. Demi menghargai kalian, anggap saja aku bermurah hati untuk tidak menuntut pertanggungjawaban kalian semua. Karena sedari tadi, kalian terus membela pria pembohong itu."Rahang Ariyon mengeras dan tampak ketegangan di wajahnya, "Apa anda benar-benar tidak akan memberi keluarga kami muka sedikitpun? Saya ingatkan, kami juga bukan keluarga lemah yang bersedia ditekan begitu saja."Awan tersenyum penuh minat mendengar k
Melihat orang di dalam dan di luar ruangan yang sangat ramai dan aura permusuhan yang sangat kental. Baik Abimana maupun Haris Walton, segera menyadari bahwa ada sesuatu yang salah di sana. Haris menatap putranya dan menuntut penjelasan darinya, "Ariyon, bisa kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi di sini?"Ariyon yang berharap bahwa ayahnya bisa menyelesaikan masalah itu demi bisa menyelamatkan keluarga mereka, segera menjelaskan apa yang terjadi. Ia tidak berani berbohong. Karena bagaimanapun, di sana masih ada Agung Pitaloka dan juga Awan.Di sisi lain, Abimana juga menghampiri Awan dan bertanya, "Nak, katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi di sini?"Sebagai presiden Divisi Zero, Abimana tahu betapa seriusnya situasi yang sedang terjadi di sana. Apalagi, Awan sampai melibatkan pasukan merah klannya saat itu. Sebagai seorang yang sudah berpengalaman, Abimana tahu bahwa ia tidak bisa masuk dan mencampuri masalah Awan begitu saja, meski Awan adalah calon mantu dan juga jend
Setelah mempertimbangkan nasehat Abimana dan hukuman yang dibuat oleh Haris untuk cucunya, Awan berpikir bahwa keputusan itu adalah yang terbaik dan paling bijak. Kekerasan sikap Awan sebelumnya, karena didorong oleh sikap Ariyon yang bersikeras melindungi putranya. Jika saja, Ariyon bisa bersikap seperti ini sebelumnya, Awan mungkin tidak akan mengejarnya dan tidak perlu menunjukkan kekuatan klannya untuk menekan mereka."Saya harap, saya bisa mempercayai ucapan anda, tuan tua Walton."Haris mengangguk dan menghembuskan napas lega, "Tenang saja! Saya sendiri yang akan memastikan jika Johan akan menjalani hukumannya tanpa ada perlakuan khusus apapun."Setelah itu, suasana yang semula tegang, perlahan mulai mencair. Setelah Dylan, pengawal pribadi Haris membawa paksa Johan dan mengirimnya ke Afrika hari itu juga. Johan tampak hancur dan tidak berdaya saat dibawa pergi. Mungkin, dia akan menyesali tindakannya hari itu dan merasa bahwa tidak akan ada keadilan yang bisa menyentuhnya."Na
"Jadi, bisa dibilang, kami ini adalah keluarga jauh dari klan Sanjaya."Lebih lanjut, Haris mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Kotak tersebut terlihat kuno dan terbuat dari emas hitam. Terdapat batu permata berwarna hijau di atas kotak yang terlihat menyala terang, seolah ada cahaya di dalamnya."Aku selalu membawa kotak ini bersamaku, saat menginjakkan kaki di negara ini. Karena aku tahu, aku akan bertemu dengan anda suatu saat."Haris meletakkannya ke atas meja dan mengangsurkannya ke depan Awan.Hanya dengan melihatnya, Awan bisa merasakan ada energi yang sangat padat di dalamnya. Seolah Awan sedang melihat cincin warisan ayahnya pertama kali."Apa ini?" Tanya Awan penasaran."Jujur saja, aku juga tidak tahu apa isinya, tuan. Karena sampai saat ini, belum ada satupun dari kami yang bisa membuka kotak ini.""Hanya saja, mendiang ayah saya berpesan. Saat batu permata berwarna hijau dikotak ini bersinar, itu artinya kami harus segera mencari kepala keluarga klan Sanj
Awan meletakkan tubuh Calista dengan begitu lembut di atas ranjang. Seakan-akan tubuh Calista terbuat dari porselen antik yang gampang pecah, jika ia tidak berhati meletakkannya.Momen tersebut, mengingatkan Awan pada kejadian hampir setahun yang lalu. Hanya saja, Awan tidak perlu lagi menghapus ingatan Calista seperti dulu.Ketika menempatkan tubuh Calista di atas tempat tidur, jarak keduanya begitu dekat, yang membuat Awan dapat memperhatikan wajah tertidur Calista dari jarak yang hampir tiada batas. Belum lagi, wangi khas Calista yang merasuk lembut ke dalam indera penciumannya membuat Awan betah untuk berada dalam posisi tersebut untuk waktu yang cukup lama.Ada perasaan tidak tega dalam hatinya atas apa yang telah ia lakukan terhadap Calista di masa lalu."Maaf!" Ucap Awan pelan, sebelum merapikan tepian pakaian Calista yang sedikit terbuka.Awan bangun dan hendak pergi meninggalkan Calista. Namun, Calista yang sudah lama pingsan, tiba-tiba menggeliat dan merasakan kehadiran sese