Saat Awan masuk ke dalam rumah, di dalam ruang tamu ternyada sudah ada Agung dan beberapa anggota keluarga Pitaloka lainnya. Selain mereka, Awan cukup dikejutkan dengan keberadaan Jessica Walton di sana. Jessica duduk bersebelahan dengan Guntur, putranya Agung.Melihat itu, Awan bisa menebak apa yang terjadi di antara mereka berdua. Saat Jessica melihat kemunculan Awan di sana, ia terlihat salah tingkah dan dengan sedikit canggung menyapa Awan, "Halo- halo, tuan muda."Tidak terlihat lagi ekspresi tinggi hati yang ia tunjukkan saat bicara dengan Awan sebelumnya. Mungkin, kakek atau ayahnya sudah menjelaskan padanya tentang siapa Awan yang sebenarnya dan membuat Jessica tidak berani lagi memandang remeh Awan."Halo juga! Dan tolong, jangan pakai sebutan tuan muda atau semacamnya. Kamu bisa memanggil namaku, itu lebih baik." Balas Awan santai."Tapi.." Jessica merasa canggung dan merasa lancang jika dia memanggil Awan dengan namanya saja. Bagaimanapun, Awan adalah kepala klan Sanjaya.
Awan hanya bisa terkejut mendengar kalimat Abimana dan betapa santainya Abimana menanggapi hubugannya dengan Calista. Ketimbang menyalahkan Awan karena telah memiliki wanita lain selain cucunya atau justru memaksanya untuk menyingkirkan Calista demi Amanda, Abimana justru lebih khawatir tentang urutan wanita yang akan menjadi pasangan Awan. Awan hanya bisa mengangguk tanpa tahu harus berkomentar seperti apa saat itu. "Sekarang, ada hal penting yang harus kakek bicarakan denganmu." Awan hanya bisa bengong ketika mendengar Abimana bicara seperti itu, 'Jadi, apa yang kami bahas sekarang, tidak penting? Lalu, untuk apa semua kekhawatiranku tadi?' Pikir Awan greget. Padahal sebelumnya, ia sudah cemas setengah mati dan sempat berpikir bahwa Abimana akan memarahinya habis-habisan. Siapa sangka, Abimana justru tidak mempermasalahkannya dan terkesan seolah membiarkan Awan memiliki pasangan sebanyak apapun, asal Amanda tetap berada di nomor urut dua. *Sudah kayak penentuan nomor urut caleg
Kamar Amanda terletak di bangunan tengah yang berbentuk seperti perumahan keraton klasik dan Amanda sendiri menempati kamar bagian tengah dan dekat dengan sebuah kolam antik dan taman bunga kecil yang berada persis di samping kamarnya.Bahkan saat Awan sampai di sana, ia disambut oleh seorang pelayan wanita dan di depan kamar juga terdapat dua orang penjaga.Sepertinya, setelah Amanda tidak bisa menggunakan kekuatannya dan berada dalam kondisi terlemahnya, keluarga Pitaloka sengaja menempatkan pengamanan ekstra untuk menjaga keamanan calon penerus keluarga Pitaloka tersebut."Nona Amanda saat ini sedang beristirahat. Apa tuan ingin saya membangunkannya?" Tanya pelayan wanita ramah.Kebanyakan dari pelayan keluarga Pitaloka sudah mengenal Awan sebagai calon suami Amanda dan ditambah, Abimana juga sudah mengumumkan hubungan keduanya pada semua orang. Jadi, mereka tidak merasa aneh lagi saat melihat Awan mengunjungi Amanda saat itu."Tidak usah,
"Sayang, maafin aku, ya! Aku gak sengaja!" Ujar Amanda khawatir dan merasa bersalah saat melihat ekspresi kesakitan di wajah Awan. Ia terlalu bersemangat sebelumnya, tanpa memperhatikan kondisinya yang saat itu begitu terbuka.Sudah kebiasaan Amanda tidur dengan pakaian seperti itu, karena itu membuatnya merasa lebih rileks. Amanda lupa, kalau saat itu ada Awan di dekatnya. Saat menyadarinya, gerak reflek Amanda terlalu cepat dari otaknya.Setelah semua terjadi, Amanda jadi merasa bersalah karena hampir saja membunuh calon suaminya itu. Amanda bahkan dengan polosnya ingin memeriksa cidera Awan. Tapi, Awan segera menahan tangannya."Sudah-sudah, tidak apa-apa!" Ujar Awan nyengir sambil menahan pilu di bawah sana.Iya aja, Awan akan mengijinkan Amanda memeriksa pusaka pribadinya. Yang ada, pusakanya malah menuntut perawatan 'lebih' nantinya.Lagian Amanda polos banget juga sih! Apa ia gak tahu, jika benda itu sangat pribadi, main periksa-periksa aja! "Beneran?" Tanya Amanda meragukan
Amanda yang semula menahan diri untuk tidak mendekati Awan. Melihat Awan sampai berteriak kesakitan, membuatnya tidak tega dan coba mendekati Awan. Hanya saja, Amanda baru saja mendekati Awan dan sebuah energi besar menghempaskan tubuhnya.Wosh.Amanda terlempar dan terhempas ke dinding kamarnya dengan wajah kesakitan. Tubuhnya yang sekarang tidak memiliki kekuatan apapun, tidak bisa menahan fluktuasi energi besar yang mengelilingi Awan."Nona, anda tidak apa-apa?" Pengawal Amanda segera bergegas masuk ke dalam kamar, begitu merasakan ada suara ribut dari dalam kamar Amanda dan mereka terkejut, ketika mendapati Amanda sudah dalam keadaan terluka di sudut kamar.Melihat Amanda yang coba bangkit dan mendekati Awan, mereka segera menghalangi Amanda."Nona, tolong jangan ke sana, bahaya!" Teriak mereka megingatkan.Energi yang sangat besar tersebut, ternyata tidak hanya mempengaruhi Awan dan secara aktif, mulai mempengaruhi ruang nyata di sekelilingnya dan sempat menyebabkan gempa dan pus
"Apa anda adalah leluhur ku, Lian?" Tanya Awan penasaran. Awan merasakan perasaan yang sangat akrab ketika bertemu dengan wanita bergaun hijau tersebut, seakan ia sedang melihat keluarganya sendiri. Perasaan yang membuat Awan merasa sangat yakin, jika wanita cantik bergaun serba hijau setengah transparan tersebut adalah leluhurnya. "Buat apa kamu masih bertanya, pertanyaan yang kamu sendiri sudah tahu jawabannya." Jawab Lian sambil tersenyum. "Namun, jika kamu masih penasaran, jawabannya bisa ya dan bisa juga tidak.""Benar, bahwa aku adalah leluhurmu. Tapi, aku hanyalah kenangan yang tertinggal dalam cincinku." Jelasnya."Ikutkah denganku, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.""Ke mana, Nek?" Tanya Awan bingung, karena di sana hanya ada mereka berdua dan pohon besar tersebut. Lian hanya tersenyum tipis ke arah Awan dan detik berikutnya, Lian menjentikkan jarinya ke udara.Seketika, pemandangan yang sebelumnya gelap, tiba-tiba dipenuhi oleh cahaya terang dan membuat seluruh area
Sedetik kemudian, Awan segera membuang harapan fana tersebut. 'Jika kekuatan nenek Lian sebesar itu, bukankah seharusnya ia menjadi yang terkuat di antara semua saudaranya dan bahkan dari pendiri klan Sanjaya itu sendiri?' Pikir Awan dengan ekspresi bertentangan. Memikirkan hal itu, Awan segera berkata, "Nenek, aku tahu ini bukan pohon yang memiliki kekuatan penghancur. Lalu, apa gunanya pohon ini sebenarnya?" Tanpa diduga oleh Awan, Lian tertawa setelah mendengar pertanyaan Awan, sampai-sampai membuat seluruh tubuhnya berguncang. Jika saja Lian bukanlah leluhurnya, Awan mungkin akan menikmati pemandangan indah di depannya, di mana sepasang gunung kembar Lian yang tertutup gaun hijau transparan itu, ikut turut naik karena tawa lepas yang mengguncang tubuhnya. Namun, yang bisa dilakukan Awan saat itu hanya bisa menatap heran Lian dengan penuh tanya. "Ternyata kamu memang anak yang ditakdirkan itu! Jika saja, kamu tergoda untuk menggunakan pohon besar itu sebagai kekuatan untu
Dhuaar. Batu sebesar rumah, hancur dalam satu tebasan Amanda dan serangan itu, membuat gadis berparas cantik tersebut semakin bersemangat mengeluarkan semua kemampuannya. Amanda seakan bersenang-senang layaknya seorang anak kecil yang sedang mendapatkan mainan baru. Apalagi, setelah ia sempat kehilangan kekuatannya. Wosh. Dengan menggunakan kemampuan pengendali waktu milik Marin, Amanda yang sudah menggunakan zirah biru terang berpindah secepat kilat ke sisi lain, untuk menangkap Awan dan menjebaknya ke dalam zona waktu miliknya. "Sayang, terimalah serangan satu ini!" Tebasan Zephyr. Wosh. Baam. Amanda melancarkan serangan dengan kekuatan penuhnya. Awan bisa merasakan semangat membara kekasihnya itu dalam serangan tersebut. Meski begitu, kekuatan waktu milik Amanda berhasil di eliminasi oleh Awan dan tanpa menghindari serangan Amanda sedikitpun, Awan menepis serangan tersebut dengan pedang hitam miliknya. Dhuaar. Energi serangan Amanda meledak di sisi lain pulau dan seket