Home / Rumah Tangga / GODAAN CANTIKNYA PELAKOR / Sebuah Memo Untuk Suami

Share

Sebuah Memo Untuk Suami

Author: Embun Manis
last update Last Updated: 2023-08-07 20:32:05

Keesokan harinya, Reno bergerak di rumah kami seperti biasa. Bangun, mandi, sarapan, lalu ijin berangkat bekerja. seperti tidak ada kejadian apa-apa.

Apakah sikapnya begitu karena ia merasa kejadian kemarin memang bukanlah hal yang penting untuk dibahas lagi atau memang karena takut aku murka.

Entahlah, yang jelas aku sedang tidak nyaman melihat wajahnya. mudah-mudahan tidak berlanjut lama, sebab sejujurnya aku juga ingin segera melupakan tentang kedatangan perempuan yang tidak diundang itu.

Aku bergegas mengurus bayiku. Namanya Tania, belum genap dua tahun. setelah menyuapkannya bubur beras merah, aku lantas menjemur dan memandikannya hingga selesai. Tania kemudian kembali mengantuk. aku mengayunnya hingga tertidur. Hatiku bahagia melihat wajahnya yang cantik, putih dan bersih seperti putri salju. Penyemangat hidupku.

Belum lama Tania tertidur, suara handphone berdering dari kamar. Itu bukan handphone milikku. Itu adalah handphone milik Reno. Astaga, Reno mungkin belum sadar kalau handphone miliknya tertinggal.

 Aku lantas bergegas berhambur ke kamar dan meraih benda kecil itu. Kuhusap layar dan benar saja, handphone itu diberi pasword. Aku memasukkan kombinasi angka yang sering ia gunakan untuk atm, email dan lainnya, tetapi itu tidak berhasil. Aku mencoba tanggal pernikahan kami, tetapi itu juga tidak berhasil.

Dengan tangan gemetar, aku mencari handphone milikku dan membuka halaman f******k gadis kemarin yang belakangan sering memposting foto di dinding Reno.

 Aku membuka detail profilnya, kemudian mengetik angka kombinasi tanggal dan tahun lahir gadis itu. Ya Tuhan, tanganku lemas tak berdaya. Handphone milik Reno terbuka.

Lima menit aku termenung hingga layar itu secara otomatis terkunci kembali. jantungku masih berdegup kencang. Namun, rasa penasaranku harus segera terbayar. Dengan sisa tenaga yang ada, aku membuka galeri fotonya. Alhamdulillah aman, hanya ada fotoku dan anakku di sana.

Aku lantas membuka w******p miliknya. Mulanya, aku merasa aman sebab namaku masih disimpan dengan nama "My Lovely wife". namun, cerita aman menjadi berbeda saat ada satu kontak dengan nama "Budi" tapi dengan foto profil wajah wanita.

Aku membukanya. Hatiku pun kembali hancur berkeping-keping. itu adalah wajah gadis laknat kemarin. Aku ingin memaki, tetapi suaraku enggan keluar -sakit sekali. percakapan mereka lantas kubaca, kuteliti dan mulai terhapalkan di kepala.

*Mas, kamu sudah sampai rumah

^Sudah

*Istrimu sudah cerita Mas, kalau aku tadi datang?

*Mas...

*Sudah satu jam tapi Mas belum membalas wa ku

^iya tadi dia sudah cerita. kamu tidak ada berbicara kasar, bukan?

*Ini Sudah jam berapa? kenapa baru balas sekarang

^Jane baru tertidur

*Tumben. biasanya kalau Mas Reno pulang kerja, dia lebih sering sudah tertidur.

^Kamu jangan mengalihkan pembicaraan. kamu tadi tidak ada berkata kasar, kan?

*"Gak ada Mas

^Bagus. karena aku pasti marah kalau kamu berbicara kasar ke istriku

*Segitu sayangnya kamu dengan istrimu Mas.

^Kan dia istriku

*Lalu aku bagaimana Mas?

^Kita berdoa saja agar hatinya dilembutkan sebab jika tidak ada ijin darinya. Aku tidak bisa mempersuntingmu.

*Tapi Mas bilang, perasaan yang di hatiku juga ada di hati Mas. seharusnya Mas tegas dengan perasaan itu. perasaan kita ini suci Mas. dan untuk meresmikan serta menghalalkan perasaan suci kita ini, kita tidak butuh ijin istri Mas Reno. coba saja tanya Ustad Hanan yang mengisi pengajian kemarin. kalaupun kita nikah tanpa ijin Mbak Jane, pernikahan kita tetap sah.

^ Tidak segampang itu, Anggi. Aku tidak ingin kehilangan istriku.

*Kamu pengecut, Mas.

^Sudahlah. jangan terus-terusan membahas ini. kalau memang kita berjodoh, pasti ada jalan. jika memang belum berjodoh berarti ada jalan lain yang harus kita tempuh masing-masing.

*Tapi aku sudah tidak bisa mencintai laki-laki lain selain kamu, Mas. Dan bagaimana cara kita bisa berjodoh jika syaratnya adalah ijin dari Mbak Jane. mana ada Mas, Istri yang mau memberi ijin suaminya menikah lagi.

 ^Sudahlah. ini sudah malam. aku takut Jane bangun.

*Kamu selalu mementingkan Mbak Jane, Mas.

^Kamu juga istrihat yaa sayang.

Tanganku masih gemetar memegang handphone milik Reno. Aku meletakkan benda itu tepat di awal ia berada. Satu-satunya cara agar tidak merusak pagi yang indah ini adalah dengan berpura-pura tidak tahu. Walaupun hati ini sesak dengan sebutan sayang di akhir obrolan itu. Aku tetap bertekad untuk kuat demi keluarga ini, khususnya untuk anakku.

Reno juga tidak akan menikahi wanita itu jika aku tidak memberinya ijin. Begitulah pikirku saat ini, di menit ini untuk menguatkan dan menyemangati diri. Tidak tahu apa aku bisa kuat setelah satu jam nanti.

Aku kemudian pergi keluar kamar dan duduk di sofa ruangan tivi mendekati anakku. Aku mengayunnya pelan. Tidak terasa air mataku jatuh berlinang.

Sekuat apapun aku berusaha tegar saat ini, aku tetap kalah saat terpikir bagaimana bisa seorang Reno bisa menghianati cintaku. Lima belas tahun kami berpacaran, ia tidak pernah melirik wanita lain selain diriku.

"Assalamualaikum," ucap Reno, tiba-tiba sudah masuk ke dalam rumah dan bergegas masuk kamar. Ia bahkan tidak sempat melihat wajahku. Aku menyeka air mata di pipi.

"Kenapa kembali lagi, Mas?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Ini, Anu. Handphone Mas tapi tertinggal, Jane."

"Oh begitu," jawabku singkat.

Ia lantas mendekatiku lalu mengecup keningku hangat, “Mas pergi lagi, ya.”

“Oke,” jawabku sekenanya.

"Nanti malam, kita makan malam di luar ya! Nanti Tania titip dengan Ibu saja. Aku ingin berduaan denganmu," katanya kembali mengecup keningku.

"Baik, Mas," jawabku mencoba tersenyum. Aku sendiri bingung mengapa mengiyakan ajakan makan malam Reno. Padahal, aku sedang dalam keadaan tidak bersemangat. Napasku saja terasa aneh saat ini. Yang hanya kuperlukan saat ini adalah ibuku.

Reno sudah pergi. Kupikir aku kuat, tetapi semakin lama aku memikrkan isi percakapan mereka, semakin aku ingin pergi meninggalkan rumah untuk menenangkan diri.

Aku bergegas mengemasi pakaian milikku dengan anakku. Sebuah memo kuletak di atas kasur dalam kamar kami.

Maaf, Mas. Aku sedang ingin berduaan dengan Tania saja, beberapa malam ini. Handphone milkku kumatikan. Aku pulang ke Bandung.

Setidaknya, dengan cara begitulah aku bisa bisa mempertahankan kewarasanku untuk saat ini setelah tahu pasword hp mu adalah tanggal dan tahun kelahirannya, ditambah lagi aku membaca semua  isi percakapan kalian.

Telepon rumah berdering, sebuah panggilan dari Reno, “Halo! Sayang,” sapanya  bersemangat.

“Ya, Mas,” jawabku terdengar datar.

“Kenapa handphone kamu tidak aktif?”

“Kenapa memangnya, Mas?”

“Gak tau kenapa, kok perasaan mas gak enak, kepikiran wajah kamu terus,” godanya berusaha menggombal.

“Kamu itu lagi nyetir, Mas. Bahaya nyetir sambil telponan,” tegurku berusaha mencari alasan untuk mengakhiri panggilan.

“mau gimana lagi, Masnya udah kangen,” ujarnya tidak mau berhenti menggombal.

“Aku tutup ya, Mas,” imbuhku dengan nada datar.

“Tapi kamu beneran gak apa-apa, kan? Soal dia, hari ini, mas pastikan akan menegurnya,” jelasnya merasa gelisah.

“Sudah ya, Mas,” potongku tidak sabaran, lalu menutup telepon.

Setelahnya, telepon itu terus berdering hingga empat kali sampai akhirnya sunyi. Di saat itu, aku sudah hampir selesai mengemas barang-barang yang kuanggap penting untuk dibawa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   ENDING

    Malam hari, sambil menyandang ransel besar yang penuh terisi buku-buku hukum. Jane berjalan cepat menuju mobil meninggalkan rumah ibunya yang sudah sepi karena semua penghuni sudah tertidur pulas. Belum sampai ke mobil, sebuah mobil masuk ke dalam pekarangan rumah Ibu Jane. Itu adalah mobil milik Haikal. Jane tertegun menurunkan tas ranselnya karena terlalu berat jika terus-terusan dipikul. Haikal keluar dari mobil dengan senyuman, lalu mendekati Jane.“Kamu mau ke mana, Jane?”“Ke rumah teman, dia berprofesi sebagai pengacara. Jadi, aku mau tanya banyak hal ke padanya.”“Tengah malam begini?”Jane terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sebab, mulanya ia ingin ke rumah Haikal untuk memastikan secara langsung tentang sejauh mana kasus ayahnya kini bergulir. Haikal lantas mengangkat tas ransel milik Jane, lalu menggiringnya masuk ke dalam rumah.“Ibu sudah tidur?”“Iya, sudah. Oh, iya. Mau aku buatkan teh atau kopi?” tanya Jane.“Kopi saja, Jane.”“Baiklah kalau begitu. Sebentar ya

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Strategi Jebakan

    Jane menutup buku yang sedari tadi ia baca. Ia mempelajari pasal-pasal kuhp yang diarahkan Haikal untuk ia pelajari. Masalah hutang ayahnya sudah lunas secara tuntas kepada pihak-pihak rentenir dengan menggunakan sebagian uang claim asuransi perusahaan. Dimana salah satu rentenir tersebut adalah Sania yakni Ibu mertuanya sendiri.Jane telah berbicara secara serius dengan ayahnya tentang konsekuensi strategi yang akan mereka tempuh setelah ini. Ayah Jane menyatakan ia siap untuk semuanya asal ia bisa kembali menyandang nama asli, lalu bisa bertatap muka dan berbicara langsung dengan Istri dan anaknya. Mendengar itu Jane terharu meski awalnya ia ragu. Sedangkan masalah ganti rugi yang pasti juga akan menjadi masalah sudah diantisipasi oleh Haikal.Sejak awal, Ayah Jane memberikan sejumlah saham dan uang kepada Haikal untuk dikembangkan demi hari ini. Hari dimana Ayahnya Jane akan mengakui kesalahannya di mata hukum atas pemalsuan kematian serta membayar ganti rugi atas uang asuransi ya

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Kembalinya Haikal

    lBerminggu-minggu sudah terlewati menjadi istri yang memiliki madu. Jane tidak merasa semakin bahagia dan tidak pula merasa rumah tangganya semakin sakinah. Reno tidak bisa membagi waktu secara adil dan Anggi terlalu possesif kepada Reno.“Pokoknya, Jane tidak boleh hamil sebelum aku berhasil hamil dan melahirkan anak!” tegas Anggi di depan Jane dan Reno di sebuah kantin kampus, tempat Jane kuliah. Reno mengunjungi Jane untuk memberikan paket makanan untuk Tania. Tidak lama kemudian, tanpa diundang, Anggi hadir dan langsung bergabung di meja yang sama dengan mereka. Pada awalnya, Anggi hanya diam, tetapi melihat Jane dan Reno mulai bercanda gurau. Anggi menjadi cemburu dan membahas hal yang tidak nyambung dengan maksud pertemuan itu.“Waduh, tapi bagaimana ya? Aku sepertinya sedang hamil anak kedua.” Jane menjawab usil.“Kalau begitu gugurkan!” tegas Anggi.“Kamu sudah gila yaa, Nggi. Kamu tidak berhak mengatur hidup Jane,” bentak Reno.“Terima kasih untuk paketnya, Mas. Aku masuk

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Sup Iga Asin

    BAB 34Sup IGA Asin Untuk AnggiLama Reno termenung selepas ia mendirikan shalat shubuh hari ini. Ia sengaja mengunci kamar dari dalam agar Anggi tidak tidur dengannya malam tadi. Namun, di balik rasa kecewa terhadap perbuatan Anggi kepada putri yang amat ia sayangi, Reno juga kasihan dengan Anggi.Ia tahu bahwa Anggi tidak berniat untuk melukai Tania. Ia hanya mempermudah cara menjaga Tania dengan cara yang amat salah. Sejak kecil Anggi dibesarkan dengan gelimang harta dan kemewahan. Termasuk, dengan penjaga, pelayan dan pembantu di dalam hidupnya. Pastilah sulit untuk menerima tanggung jawab menjadi Ibu sambung dan harus menyisihkan waktu untuk bertugas menjaga anak tirinya.Meski begitu, ia belum tampak lunak terhadap Anggi karena rasa bersalah yang besar kepada Jane. Ia malu karena takut pada akhirnya ucapan Jane benar yakni tidak mungkin ada yang bisa menggantikan posisinya menjadi Ibu Tania.Reno bingung dan belum bisa berpikir jernih untuk hal yang harus diperbuat setelah ini.

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Pujian Sania Untuk Jane

    BAB 33“Aku bisa jelaskan, Mas!” Kini Anggi mulai menangis dengan raut muka ketakutan.“Sebaiknya kamu diam!” ujar Reno membantu Jane membuka rantai.“Dasar wanita tidak berperasaan! Jangan mentang-mentang Tania bukan anakmu, kamu bisa berbuat seperti ini!” bentak Sania.Jane hanya menangis dan segera menggendong putri kesayangannya. Tidak lama kemudian, ia mengemasi barang-barangnya dengan tetap menggendong Tania. Reno bertanya ia sedang melakukan apa? Jane menjawab bahwa ia akan pulang ke rumah Ibunya.Jane dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak terima dengan perbuatan Anggi kepada anaknya dan tidak pernah lagi bisa percaya kepada Anggi untuk menjaga anaknya. Reno berusaha menenangkan dan berkata ia bisa menegur Anggi, tetapi Jane tidak boleh pergi. Reno menjamin bahwa semua akan baik-baik saja. Jane kemudian berteriak.“Cukup, Mas! Cukup!” geram Jane.“Jane….” Reno panik.“Aku tidak mau lagi tinggal di sini!” ujar Jane sangat yakin.“Tapi….” Reno masih berusaha menahan Jane.“Tapi,

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Kaki Anakku Dirantai

    “Sayang!”“Biasa saja memanggilku, Mas. Aku merinding mendengarnya!” keluh Jane.“Kapan kamu pindah ke rumah baru kita?”“Kamu mau aku satu atap dengan kalian, Mas? Kamu sudah gila ya?”“Tidak. Aku hanya memikirkan kebaikanmu. Aku sudah berbicara pada Mama tentang impianmu untuk pendidikan. Mama siap membantumu mewujudkan impianmu sebab kini sudah ada Anggi yang akan membantu mengurusku.”Di dalam benak Jane ia menyesalkan sifat suaminya yang sedikit-sedikit harus lapor Ibunya seolah tidak punya pendirian. Tapi sejenak Jane berpikir tentang tawaran yang diberikan oleh Reno. Melanjutkan pendidikan memang merupakan hal yang ia inginkan ditambah lagi keadaan baru ini sedikit membuatnya merasa rumit dan aneh. Mungkin, ia bisa mencoba dunia baru untuk sejenak lepas dari sebuah kenyataan yang ia anggap beban.“Maksud kamu, aku bisa kuliah lagi, Mas?”“Iya. Tentu saja!”“Lalu, bagaimana dengan Tania?”“Biar Anggi yang mengurusnya.”“Kamu percaya dengan Anggi?”“Tentu saja aku percaya. Dia ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status