Air mata Erika
Kata paling menyakitkan dalam hidup bagi seorang gadis angkuh seperti Erika adala kalah. Kata itu bukan hanya menyakitkan, memalukan tapi juga tidak pernah ada dalam kamusnya. Tapi itu dulu, sebelum gadis brengsek itu hadir dalam hidupnya dan merebut seorang pria paling dia incar selam ini, Rio.
Seperti pagi ini mata Erika dan dua kalak iparnya dipaksa melotot pada penampakan dua sosok di depannya, Surti dan Rio yang juga tengah berjalan kaki melintasi trotoar tempat mereka memarkirkan mobilnya.
"Wait," desis Erika matanya melotot ke arah dua sosok yang sangat dikenalnya.
"Itu kan Si gadis bergajulan?" Shila melotot.
"Wow sama Rio. Ngapain lagi mereka berdua kayak gitu?" Meri geleng kepala.
Tak habis pikir dengan selera tangan kanan Yudha, senang banget ngintilin Surti yang kalau dari level penampilan dengan Erika adik
Setelah HalalBagaimana rasanya jatuh cinta dan dicintai oleh orang yang tepat, jodoh terbaik yang ditakdirkan Allah dan ditulis dalam suratan nasib?Indah bukan?Mata Surti membasah saat mendengar ijab kabul dari laki-laki yang selama ini sering digodanya tanpa berpikir akan menjadi serius seperti ini.Suara Rio mantap, jelas dan bersungguh-sungguh saat mengucap ijab kabul pernikahannya, Suara khas seorang pria sejati dan bertanggung jawab."Saya terima nikahnya Safira Maharani Binti Iwan Ridwan, dengan mas kawin, mas seberat lima puluh gram dan seperangkat alat solat dibayar tunai." ucap Rio, menyebut nama asli Surti yang ternyata cukup indah."Bagaimana saksi, Sah?""Saaaah." Saksi dan hadirin menjawab dengan antusias. Membuat suasana seketika berubah semarak dan penuh haruTerlihat m
37Bulan terlihat lembut di luar sana, hari masih pukul setengah delapan malam. Yudha yang sudah kembali dari kantor beberapa jam yang lalu, kini berganti pakaian dengan kaos krem dan celana santai. Ganteng sekali.Sementara Yudha yang tampak menutup gordyn kamar lebih rapat, Haifa merebahkan tubuhnya yang terasa mudah lelah di tempat tidur. Di usia kehamilannya yang masih tergolong muda, rasanya bergerak sedikit saja membuatnya capek dan mudah lelah, ditambah dengan gangguan penciuman terasa sangat sensitif dan masih sangat mengganggunya .Beruntung Yudha adalah tipe suami yang pengertian dan penyayang. Bukan hanya memahami kalau Haifa sedang dalam kondisi lemah, tapi juga selalu siaga menemani Sang istri menjalani masa ngidam yang berat.Haifa lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Ternyata dia memang merasakan gejala morning sicknes yang cukup serius.
Video Panas Meri Untuk Raka"Hah, apa katamu?" Meri yang kali ini datang tidak bersama Shila meradang. Mukanya basah efek mencuci muka karena matanya terkena cipratan sambel yang tersenggol sama Erika. Bulu matanya lepas entah kemana, pun make up licin dan gincu menyala yang hanyut terbawa air kran. Meri terlihat pucat dan tak menarik lagi."Kamu ngomong apa Haifa?" Meri kembali membentak, tatapannya terlihat menakutkan. Tatapan seorang maling yang tertangkap basah. Nekad dan mengerikan."Aku punya bukti semua perselingkuhanmu, selama Mas Raka pergi ke Amerika." Haifa menjawab tenang."Aku baru tahu, kau ternyata bukan hanya angkuh, kau juga bejat, Meri." Haifa melanjutkan."Kau kesepian kan? Hingga kau memiliki seorang kekasih di luar sana?"
Rahasia MeriAku merasakan dada yang terasa meledak mendengar ancaman Yudha. Bagaimana tidak, adik iparku yang selama ini terlihat lemah, plin-plan dan tidak pernah emosi itu, kini menatapku dengan tatapan mengancam dan penuh kebencian.Semua orang berubah, tapi tidak ada yang sedrastis Yudha. Setelah dia kembali rujuk dengan istri kampungannya, nyaris aku seperti tak lagi mengenalnya.Bayangkan, hari ini, setelah dia membentakku dengan geram dan dengan teganya mengirim video perselingkuhanku dengan Daniel kepada Mas Rama. Di temani Bi Narti, dia dengan cepat menyambar tubuh Haifa untuk dilarikan ke rumah sakit.Tinggal aku sendiri terkaget-kaget dengan noda darah Haifa yang tampak kontras di ubin putih.Yudha tidak sedetikpun melirikku, pun perduli dengan perasaanku yang detik
Perpisahan dan pertemuan adalah dua hal yang selayaknya saling melengkapi. Saat ada perpisahan yang menyakitkan, seyogyanya ada pertemuan yang membahagiakan.Begitulah hidup dua pasang manusia selayaknya, apalagi yang telah diikat dengan tali pernikahayang Syah. Pertemuan Setelah sekian lama terpisah, selayaknya adalah hal paling indah dan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.Tapi tidak dengan Raka dan Meri saat ini, dua hati yang sekian lama terpisah jarak dan waktu itu, kini saling pandang laksana dua orang musuh yang saling membenci.Meri sepertinya dengan cepat menguasai keadaan, bibir dan mulutnya yang sempat bergetar kini perlahan menyungging senyum sinis yang terlihat sangat luar biasa di mata Erika.Hanya perempuan tidak punya hati, yang masih sanggup menatap suaminya dengan kepala tegak di saat aib dan nista
41"Meri?" Ibu yang baru muncul dan tidak menyaksikan huru-hara antara Raka dan Meri terlihat sangat terkejut mendapat Meri yang tertatih menuju pintu.Wajah Ibu tampak masih berkeringat, setelah membersihkan halam.yang cukup luas membuatnya merasa cukup Bermandi keringat."Raka? Ya Allah...bagaimana aku tidak melihatmu? Belum sempat Meri menjawab , Ibu terpekik mendapati kehadiran putranya. Bergegas mendekati Raka dan memberondong dengan pertanyaan."Katanya, dua hari lagi baru sampai, Nak?" Tanya Ibu mengingat kedatangan Raka yang dia tahu adalah dua hari ke depan.Raka tak menyahut, menghambur ke pelukan Ibu. Menumpahkan segala sakit atas penghianatan Meri."Kenapa dengan Meri?" Ibu yang seperti merasakan kegelishan p
Haifa mejamkan matanya saat dokter yang menanganinya keluar dari ruangan perawatan tempat dia sekarang berbaring.Ada air mata yang meleleh yang keluar paksa dari matanya. Ada raut cemas dan harap yang bercampur menjadi satu. Rasa yang terus silih berganti semenjak dirinya terjengkang dan pendarahan di rumah sampai masuk UGD dan kini di ruang perawatan."Jangan menangis, Sayang. Bukankah menurut dokter, hasil USG menunjukan bayimu masih dalam keadaan baik. Kau hanya perlu istirahat. Jangan cemas," bisik Yudha lirih. Berulangkali membelai lembut kepala Haifa yang terlihat sedikit shock saat mengetahui dirinya pendarahan."Sayang, semangat. Beruntung kamu segera ditangani dokter." Yudha terus membisikan kalimat yang membesarkan hati istrinya."Mas." Mata Haifa perlahan terbuka."Aku tidak apa-apa,
Hawa pagi mendadak panas. Shila mengibas rambutnya dengan gusar, apalagi terlihat Bi Narti berjaga tidak jauh dari tempatnya Haifa duduk.Dasar pembokat sialan, kok bisa-bisanya datang tepat dia ingin menghajar Haifa. Shila mengepalkan tangannya, mengingat ancaman yang diucapkan Haifa barusan.Rahasia besar dirinya? Rahasia apa? Dia terlalu banyak memiliki sisi kehidupan yang disembunyikan selama ini.Apakah petualangan cintanya dengan banyak pria di luar sana seperti Meri? Atau duit satu milyar yang Mas Andre berikan dan bilang habis karena usaha butik yang dirintisnya hancur?Atau...atau...apa ya? Shila memijit alisnya yang berlukis dengan sempurna."Aku tahu kamu banyak rahasia, Mbak Shil. Tapi rahasia ini, jauh lebih memalukan dari kasus Meri kemarin. Aku yakin, saat suamimu tahu, kau bukan hanya ditalak, tapi juga ak