bantu vote untuk mendukung cerita ini
Begitu Riko pulang dan meletakkan ponselnya di atas meja, Novie segera mengambil benda tersebut dan memeriksa semua jejak percakapan suaminya. Novie kaget ketika melihat laporan pesan SMS banking transfer dana yang dikirimkan Riko ke rekening Nabila. Dada Novie langsung bergemuruh panas mengetahui Riko mengirim uang lima juta rupiah ke pada mantan istrinya. Bukan hanya masalah jumlah nominalnya yang membuat dada Novie seperti sedang direbus, tapi Novie juga sedang sangat cemburu karena menduga Riko masih suka memperhatikan mantan istrinya. Meskipun Nabila kalah muda dari Novie yang baru dua puluh tiga tahun tapi Nabila juga masih cantik, badannya Bagus, pantas untuk dicemburui. "Jadi Mas Riko ngasih uang lima juta buat mantan istri Mas?" tanya Novie begitu Riko keluar dari kamar mandi. "Itu untuk bagas." "Lima juta hanya untuk anak umur satu tahun?" sewot Novie sama sekali tidak percaya. "Mas yakin itu bukan untuk ibunya juga? Ingat Mas, dia sudah mantan istri, sudah bukan tanggun
[Boleh kita kenalan, Nabila?][Ya] balasan Nabila benar-benar singkat hingga sulit ditebak dia kurang suka atau bagaimana.[Namaku Sunan, aku sudah mendengar banyak cerita dari Moy tentangmu. Semoga aku tidak mengganggumu malam-malam begini][Tidak Mas][Terimakasih Nabila] sebuah pesan yang di belakangnya ditambah emoji senyum.Usia Nabila sudah dua puluh delapan tahu, sebelum menikah Nabila dan Riko sempat berpacaran selama dua tahun, mereka menjalani pernikahan selam tiga tahun sebelum akhirnya bercerai. Selama itu Nabila tidak pernah berpikir dirinya akan kembali terlibat obrolan chatting dengan lawan jenis yang membuatnya berdebar-debar lagi seperti ini. Padahal Sunan baru mengajaknya berkenalan dan jari Nabila hampir gemetar ketika balas mengetik pesan. Rasanya menggelikan menyadari dirinya sepanik ini hanya karena diajak berkenalan oleh seorang laki-laki melalui chat."Nabila, aku ingin langsung terus terang dengan maksudku, apa kau tidak masalah?][Ya Mas tidak apa-apa] Nabila
"Ingat, ya! duit Mas Riko sekarang juga duitku! karena sekarang aku istrinya dan kau bukan siapa-siapanya lagi!" "Aku tidak perduli dengan uang kalian, tapi jika Mas Riko tidak bertanggung jawab menafkahi putranya itu baru menjadi urusanku!" "Jangan naif Nabila, banyak pasanga suami istri yang sudah berpisah dan mereka gak ngerecokin lagi rumah tangga mantan suaminya, gak kayak kalian yang mau terus jadi benalu!" "Jaga ucapanmu!" Moy yang baru muncul dengan menggendong Bagas langsung ikut menyela. Tentu Novie juga kenal dengan pemilik salon langgananya itu. "Karyawanmu yang memulai lebih dulu!" Novie menunjuk Nabila untuk melempar kesalahan. "Jangan pikir aku tidak tahu kau hanya wanita pelakor yang telah merebut suami Nabila dan sekarang masih berani bicara tidak tahu diri!" Novi luar biasa syok mendapatkan balasan seperti itu dari orang yang dia pikir akan membelanya atau mungkin memecat Nabila. "Pergi dari sini karena aku juga bisa membayar mulut wanita murahan sepertimu!"
Riko sengaja memarkir mobilnya di sebrang jalan salon langganan Novie, kira-kira jam lima sore setelah dia pulang dari kantor. Nabila masih belum mau mengangkat telepon Riko karen itu dia ingin membuktikan apa benar sekarang Nabila bekerja. Tak berapa lama Riko melihat Nabila sedang menggendong Bagas keluar dari pintu salon. Nabila terlihat kerepotan menenteng tas lumayan besar yang mungkin berisi bekal keperluan putranya. Karena membawa anak-anak bekerja memang merepotkan harus banyak perbekalan. Nabila benar-benar bekerja di salon seharian dengan membawa putranya sama seperti yang dia katakan di telepon tadi. Sebenarnya Riko tidak tega dan ingin keluar dari dalam mobil tapi Nabil sudah lebih dulu menghentikan angkutan umum. Bukannya Riko tanpa hati melihat mantan istri dan anaknya seperti itu, tapi Nabila yang bersikeras untuk minta bercerai. Nabila juga tidak mau mendengarkan nasehat kedua orang tua Riko agar mereka tetap mempertahankan pernikahan. Semua itu memang salah Riko, tap
Nabila masih sangat muda dan cantik, keberadaan satu orang anak tidak akan membuat Sunan keberatan. Sunan juga sudah beberapa tahun menduda, dia bukan hanya butuh pendamping untuk membesarkan anaknya, Sunan juga butuh wanita utuk kembali menemani malam-malamnya. Pria manapun pasti juga akan menginginkan wanita cantik dan masih muda. Usia sunan sekarang 37 tahu sedangkan Nabila 28 tahu selisih sembilan tahun masih bisa sangat terkejar dalam pernikahan."Maaf jika kedatanganku mengejutkan," Sunan masih tersenyum."Tidak apa-apa Mas." Nabila jadi bingung harus mengucapkan apa dan tiba-tiba jadi seperti pengecut hanya untuk balas menatap pria di hadapannya.Sunan kelihatan tidak sungkan sama sekali untuk terus terang memperhatikan Nabila dan menyukainya dengan jujur. Sunan tidak hanya menyukai kecantikan parasnya tapi juga kecantikan sikapnya yang lembut serta keibuan."Apa boleh nanti kuantar pulang?" tanya Sunan sambil mengetuk-ngetukkan ujung jari di atas meja resepsionis."Ini belum wa
Akhirnya Moy bertemu dengan duda tajirnya yang samasekali tidak mengecewakan. Pokoknya tidak ada yang 'abal-abal', semuanya 'real' enak dipandang dan bakal enak kalau dipegang-pegang. Terlihat jelas dadanya yang membusung bidang dan terbalut kencang di balik kemeja. Sangat maskulin seperti standar Moy yang tinggi untuk kualitas laki-laki.Moy juga tidak keberatan membiarkan tubuhnya dipandangi dengan terus terang. Laki-laki manapun pasti pertama kali akan melihat body perempuan, munafik dan bohong jika laki-laki tidak mengakui hal itu. Moy memiliki lekuk tubuh sintal, sangat menggairahkan hasrat laki-laki. Mereka sudah sama-sama dewasa, tahu keinginan masing-masing dan sudah bisa memprediksi bakal seperti apa malam ini berakhir. Ini juga bukan kali pertama Moy bakal menghabiskan malam dengan teman kencannya. Sejak resmi bercerai dari Dito, Moy sudah pernah merasakan beberapa jenis pria dalam petualangannya dan tahu ciri laki-laki yang bakal memuaskan di atas ranjang.Moy sudah duduk ge
Moy dan Nabila berjalan di parkiran saat tidak sengaja bertemu Dito, mantan suami Moy."Moy!" panggil Dito yang kelihatannya baru tiba dan langsung berjalan cepat menyebrangi halaman parkir."Aduh, ngapain juga kita ketemu laki-laki ini!" desis Moy."Siapa?" Nabila menoleh pada sahabatnya yang terlihat kesal."Dito mantan suamiku."Meski Moy sudah sering bercerita tapi, memang baru kali ini Nabila melihat mantan suami Moy. Dito masih muda, perawakannya tinggi dan tampan."Jangan coba terus menghidariku!" tuduh Dito begitu mereka lebih dekat."Jangan harap aku mau ngasih uang ke kalian lagi!" tolak Moy."Itu uang sewa yang harus kau bayar sesuai kesepakatan!""Itu rumahku sendiri, kau tidak ikut membelinya sepeserpun! Untuk apa aku harus membayar sepuluh juta sebulan! Kau mau memerasku?" lantang Moy tidak mau kalah."Selama sidang pembagian gono-gini kita belum selesai sesuai kesepakatan kau harus tetap membayar uang sewa untuk rumah yang kau tempati!"Selain tidak mau mengalah Dito jug
"Mas, gimana Bagas, apa dia rewel?"Hampir tiap dua jam sekali Nabila menelpon cuma untuk memastikan kondisi putranya. Sejak Bagas lahir memang baru kali ini Nabila tidak tidur bersama putranya."Bagas baru saja tidur." Terdengar suara Riko yang sepertinya juga sambil mengetik padahal sudah lewat jam sebelas malam."Mas, masih bekerja?""Ada sedikit revisi untuk meeting besok hari Senin." Tiba-tiba jemari Riko terhenti untuk mengetik.Entah sudah berapa lama tidak ada lagi yang bertanya seperti itu karena biasanya Novie acuh tidur jika Riko sedang lembur. Hanya Nabila yang dari dulu memperhatikan hal-hal sepele untuknya. Riko menghela napasnya yang menyesak di dada tapi bibirnya tidak bisa berucap apa-apa dengan kondisi mereka sekarang."Istirahatlah Nabila. Jika nanti malam Bagas bangun dan menangis mencarimu akan kuantar ke tempatmu.""Titip Bagas, Mas." Nabila menutup teleponnya.Semalaman itu Nabila juga tidak bisa tidur sama sekali. Rasanya memberikan suaminya untuk Novie tidak se