Home / Romansa / Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku / Pagi Buta Suamiku dari Kamar Gadis Itu

Share

Pagi Buta Suamiku dari Kamar Gadis Itu

last update Last Updated: 2023-02-03 19:36:29

Shakira membantu menata boneka-boneka milik gadis belia itu. Gadis kecilku itu bertanya banyak pada Mira. Tentang sekolah, teman, dan tempat tinggal gadis itu.

Dari ruang keluarga, aku mengamati mereka. Pintu kamar Mira terbuka lebar. Jadi, aku bisa melihat aktivitas mereka.

Mas Doni yang sudah selesai membuatkan rak, memberesi perkakas yang yang digunakannya. Sebelum keluar pria itu mengelus puncak kepala kedua gadis itu.

Aku menyusul Mas Doni, menawarkan diri untuk meletakan perkakas yang dibawanya agar pria itu bisa mandi.

Usai meletakan perkakas pada tempatnya, aku menyiapkan makan siang untuk kami semua.

Kali ini aku memasak menu sederhana. Sayur sop, tempe dan ayam goreng. Paling penting sambal tomat beserta lalapannya. Setelah semuanya siap di meja makan, aku memanggil Mas Doni, Shakira, dan Mira tentunya.

Mas Doni duduk di kursinya. Mira duduk di samping pria itu, menduduki tempat duduk Shakira. Hingga membuat gadis kecilku itu cemberut. Tak ingin gadis kecil itu marah, aku mengalah agar Shakira bisa duduk di dekat papanya.

Selama makan, suasana hening. Memang kami tak terbiasa makan seraya bercengkerama. Hanya sesekali aku yang bertanya pada Shakira ingin tambah lauk atau nasi.

Aku mengamati, Mas Doni dan Mira. Gadis belia itu tampak menunduk menyantap makanannya. Sesekali gadis itu memandangku.

“Mira, makan yang banyak. Kamu mau ayam atau tempe lagi.” Mas Doni mengambilkan Mira sepotong ayam. Pria itu tak seperti biasa bersikap seperti itu.

Shakira memandang papanya. Ada gurat kecewa di wajah gadis kecil itu. Karena memang papanya tak pernah melakukan hal itu padanya. Gadis kecilku itu pun menunduk. Aku tahu, dia sedang menahan air mata.

Walaupun kecewa, Shakira tak lantas pergi begitu saja meninggalkan makannya. Semarah, sesedih apa pun, Shakira tetap menghabiskan makanannya.

Usai mencuci perlengkapan makan, aku menyusul Shakira. Gadis kecil itu, selesai makan pergi begitu saja meninggalkan kami. Ketika membuka pintu, aku mendapati Shakira sudah tidur terlelap.

***

Aku menatap Mas Doni yang baru saja keluar dari kamar Mira. Entah sudah berapa lama pria itu ada di sana. Hingga dia juga abai pada putrinya yang selama ini dia sayangi. Bahkan, ketika pria itu di rumah, tak pernah sekalipun Mas Doni absen menceritakan dongeng sebelum tidur pada Shakira. Namun, tidak dengan kali ini. Pria itu berada di kamar Mira sepanjang hari dengan alasan membantu gadis itu merapikan kamar.

“Mas.” Aku yang duduk menunggunya di ruang keluarga bangun, untuk mengejar pria itu. Karena Mas Doni berjalan begitu saja melewatiku. Sepertinya pria itu memang ingin menghindariku.

Mendengar panggilanku, pria itu berhenti. Bergegas aku menyusulnya.

“Ada apa, San?” tanyanya. Dari raut wajah Mas Doni, aku bisa melihat pria itu sedang kelelahan saat ini. Kalau sudah begitu, aku tidak bisa bertanya banyak padanya, karena justru akan memancing emosi suamiku itu.

“Tunggu aku!” Kami pun bersama menuju ke kamar kami.

***

Kumandang Azan Subuh membangunkanku. Udara dingin membuatku enggan beranjak dari tempat tidur. Aku kembali membenarkan letak selimut yang sedikit tersingkap. Pada saat itu aku menyadari kalau Mas Doni sudah tidak ada di sampingku.

Aku pun mengurungkan niat untuk kembali terlelap. Bergegas aku bangun mencari Mas Doni di setiap sudut ruangan rumah. Tak kutemukan di mana pun pria itu. Mas Doni paling ke musala saat ini.  Dia tal membangunkanku karena dia tahu kalau aku sedang datang bulan saat ini. Akhirnya aku putuskan ke dapur untuk memasak.

Baru saja hendak melangkahkan kaki, aku mendengar suara pintu kamar terbuka. Aku menoleh ke sumber suara.

Mas Doni keluar dari kamar Mira. Entah apa yang dilakukan suamiku itu. Penasaran aku mendekatinya.

“Mas, aku pikir kamu ke musala.”

Mas Doni tak menanggapi perkataanku. Pria itu justru berjalan begitu saja melewatiku. Tak berselang lama, Mira keluar dari kamarnya dengan senyum penuh kemenangan.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Yang Terbaik untuk Semua

    Di halaman, Zahir tampak begitu bahagia bermain dengan Mas Angga. Mereka berdua bergantian menendang bola plastik. Zahir tertawa lepas, ketika dia berhasil menendang bola yang dioper Mas Angga. Hah! Mungkin keputusanku memang yang terbaik. Aku menolak permintaannya untuk kembali. Bukan karena tak setia. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk kami agar tak ada yang tersakiti. “Hubungan suami-istri memang bisa terputus, tapi hubungan kakak-adik tak akan pernah terputus.” Itu yang aku katakan pada Mas Angga. Boleh saja, pria itu tak menganggapku sebagai seorang istri. Paling tidak dia mau menerimaku sebagai seorang adik. Kembali meniti rumah tangga dengannya rasanya tak mungkin. Sudah cukup aku menyakitinya. Aku juga tak ingin masalah baru terjadi. Iya, semua yang dekat denganku akan menderita. “Kamu itu bodoh atau dungu?” Nenek menunjuk mukaku. Walaupun hati rasanya sakit mendengar perkataannya, aku coba bersabar. Apalagi beliau ibu dari Papa. “Harusnya kamu bersyukur masih

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kembali 2

    “Pa, boleh berhenti sebentar,” pintaku ketika mobil yang kami tumpangi melewati toko mainan.“Ada apa?” tanya Papa.Aku mengutarakan keinginanku untuk membelikan mainan Zahir. Namun, Papa melarangku turun. “Biar Papa saja yang beli.”Tanpa menunggu persetujuan dariku, Papa keluar. Pria itu berlari memasuki toko. Tak berselang lama, beliau kembali dengan dua boneka yang sedang viral di tangan. Boneka boba berwarna merah muda dan biru. Papa sengaja membeli dua, satu untuk Zahir, satunya lagi untuk Shakira.Kali ini hanya Papa yang bersamaku. Pagi tadi, usai tahu aku diperbolehkan pulang, Mama Santi pulang lebih dulu. Hendak membereskan kamarku katanya. Mobil kembali melaju. Aku memejamkan mata. Menyiapkan diri untuk bertemu orang yang aku benci. Nenek. Orang yang kuanggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada diri ini. Selama berada di rumah sakit, wanita itu tak menjengukku.“Mama.” Baru saja mobil memasuki halaman, Zahir berlari mendekat, disusul Mama San

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kembali

    Bab 31“Mira.”Ketika terbangun, Mama Santi sudah berada di sampingku.Aku coba untuk bangun. Melihat hal itu, gegas Mama membantuku duduk. Beliau juga meletakan bantal di belakangku. Tak lupa aku berterima kasih pada beliau.Mata wanita yang sudah kembali duduk di kursi yang ada di samping ranjang itu tampak merah. Pasti beliau baru saja menangis. Lagi-lagi aku merutuki diri. Karena aku, semua terluka.“Mir, kenapa tak pernah cerita pada kami. Kenapa kamu tanggung sendiri semua ini.”Mama menyayangkan keputusanku menemui Pak James. Beliau pasti sudah tahu dari Ali. “Ma, jangan menangis. Mira tak apa-apa.” Aku meraih tangan Mama dan menggenggamnya. Tubuh wanita itu berguncang. Dia memang bukan Mama kandungku, tapi dia orang pertama yang merangkul ketika tak ada orang yang mau menerima hadirku. Beliau orang yang mengajarkan untuk menjadi lebih baik lagi.“Tidak apa-apa.” Mama tampak marah. “Lihat dirimu!” Beliau menunjukku. “Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu? Bagaimana nasib Zahi

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Sekali Hina, Tetap Hina

    POV MIRASekali Hina, Selamanya Hina“Zahir bukan putramu!”Aku memandang pria itu nyalang. Tak terima kalau dirinya mengaku sebagai ayah Zahir. Aku tidak mau, putraku itu memiliki ayah seperti dia. Memang diriku juga hina, tapi tak seluruhnya kesalahan diri ini. Semua terjadi karena Jodi.“Apa katamu?” Jodi kembali mengungkit kejadian masa lalu.“Belum pasti kalau dia putramu. Bilamana itu benar, aku tak akan membiarkan kamu membawanya,” tantangku.Ya, tak akan kubiarkan putraku itu jatuh ke tangan Jodi. Aku tidak ingin bocah imut itu mendapat didikan yang salah. Bila pun benar Jodi adalah ayah biologis Zahir, segala cara akan aku lakukan agar Zahir tak jatuh ke tangannya. Aku yang mengandung, dan membesarkannya seorang diri walau menahan malu dan hinaan dari para tetangga.“Ok. Fine. Aku tak akan mengusik kehidupanmu, tapi puaskan aku malam ini!” Pria itu berjalan mendekat. Seketika aku berlari ke arah pintu. Tak kubiarkan Jodi kembali membawaku ke lubang dosa yang sama.“Cek! Suda

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Dia Putraku

    POV MIRADia PutrakuAku mematut diri di cermin. Penampilanku begitu beda dengan riasan sedikit tebal. Sejenak, aku memandang tas kertas yang berisi gaun pemberian Pak James. Gaun itu tak hanya terlalu pendek. Bagian dadanya juga terbuka. Aku membeli pakaian yang lebih tertutup dengan uang pemberiannya. “Sudah selesai.” Wanita berparas cantik dengan celana jeans dan kaos dengan nama salon itu memutar tubuhku menghadapnya. “Cantik sempurna. Mbak pasti hendak bertemu tunangan atau pacarnya mungkin. Wah! Beruntung sekali pasangan Mbak memiliki wanita secantik ini.”8 Aku tak menanggapi perkataan wanita itu. Tak mungkin juga aku mengatakan kalau diri ini akan menjual diri. “Terima kasih, Mbak.” Aku pergi meninggalkan wanita itu. Sebelumnya aku membayar ke kasir terlebih dahulu. Sebelum keluar salon, terlebih dulu aku memesan taksi daring Pikiranku berkecamuk. Aku kembali memandang diri melalui kaca yang ada di atas kepala sopir taksi. Ah ... apa gunanya aku menutup aurat, bila pada ak

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Pria Bodoh

    POV AnggaAku rasanya sangat membenci Mira. Karena dia, aku mendekam di penjara. Ah ... bagaimana bisa, aku terjebak dalam pernikahan ini. Harusnya aku tegas dalam menolak perjodohan dulu. Harusnya aku pergi dari rumah itu. Ibarat jatuh tertimpa tangga. Bukan hanya kehilangan Naura, aku juga harus mendekam di penjara. Argh! Dua narapidana yang berada dalam satu sel denganku memandang ketika aku berteriak. Rasanya kepala dan dadaku tertimbun ribuan batu. Berat. Papa Yuda juga sekali tak menjengukku. Mungkin, pria itu malu dan kecewa memiliki putra sepertiku. Apalagi, beliau merupakan abdi negara. Bukan hanya memikirkan diri sendiri. Aku juga kalut ketika Mama Sandra terkulai saat polisi membawaku paksa. Dari kejadian yang menimpa diri ini, aku bisa melihat rasa cinta yang tulus dari seorang ibu untuk anaknya. “Ma, maafkan Angga.” Ada sedikit sesal, ketika mengingat diri ini pernah marah pada Mama. Terutama ketika wanita itu membicarakan Mira. Memang, wanita itu baik. Dia perhati

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status