Share

Pagi Buta Suamiku dari Kamar Gadis Itu

Shakira membantu menata boneka-boneka milik gadis belia itu. Gadis kecilku itu bertanya banyak pada Mira. Tentang sekolah, teman, dan tempat tinggal gadis itu.

Dari ruang keluarga, aku mengamati mereka. Pintu kamar Mira terbuka lebar. Jadi, aku bisa melihat aktivitas mereka.

Mas Doni yang sudah selesai membuatkan rak, memberesi perkakas yang yang digunakannya. Sebelum keluar pria itu mengelus puncak kepala kedua gadis itu.

Aku menyusul Mas Doni, menawarkan diri untuk meletakan perkakas yang dibawanya agar pria itu bisa mandi.

Usai meletakan perkakas pada tempatnya, aku menyiapkan makan siang untuk kami semua.

Kali ini aku memasak menu sederhana. Sayur sop, tempe dan ayam goreng. Paling penting sambal tomat beserta lalapannya. Setelah semuanya siap di meja makan, aku memanggil Mas Doni, Shakira, dan Mira tentunya.

Mas Doni duduk di kursinya. Mira duduk di samping pria itu, menduduki tempat duduk Shakira. Hingga membuat gadis kecilku itu cemberut. Tak ingin gadis kecil itu marah, aku mengalah agar Shakira bisa duduk di dekat papanya.

Selama makan, suasana hening. Memang kami tak terbiasa makan seraya bercengkerama. Hanya sesekali aku yang bertanya pada Shakira ingin tambah lauk atau nasi.

Aku mengamati, Mas Doni dan Mira. Gadis belia itu tampak menunduk menyantap makanannya. Sesekali gadis itu memandangku.

“Mira, makan yang banyak. Kamu mau ayam atau tempe lagi.” Mas Doni mengambilkan Mira sepotong ayam. Pria itu tak seperti biasa bersikap seperti itu.

Shakira memandang papanya. Ada gurat kecewa di wajah gadis kecil itu. Karena memang papanya tak pernah melakukan hal itu padanya. Gadis kecilku itu pun menunduk. Aku tahu, dia sedang menahan air mata.

Walaupun kecewa, Shakira tak lantas pergi begitu saja meninggalkan makannya. Semarah, sesedih apa pun, Shakira tetap menghabiskan makanannya.

Usai mencuci perlengkapan makan, aku menyusul Shakira. Gadis kecil itu, selesai makan pergi begitu saja meninggalkan kami. Ketika membuka pintu, aku mendapati Shakira sudah tidur terlelap.

***

Aku menatap Mas Doni yang baru saja keluar dari kamar Mira. Entah sudah berapa lama pria itu ada di sana. Hingga dia juga abai pada putrinya yang selama ini dia sayangi. Bahkan, ketika pria itu di rumah, tak pernah sekalipun Mas Doni absen menceritakan dongeng sebelum tidur pada Shakira. Namun, tidak dengan kali ini. Pria itu berada di kamar Mira sepanjang hari dengan alasan membantu gadis itu merapikan kamar.

“Mas.” Aku yang duduk menunggunya di ruang keluarga bangun, untuk mengejar pria itu. Karena Mas Doni berjalan begitu saja melewatiku. Sepertinya pria itu memang ingin menghindariku.

Mendengar panggilanku, pria itu berhenti. Bergegas aku menyusulnya.

“Ada apa, San?” tanyanya. Dari raut wajah Mas Doni, aku bisa melihat pria itu sedang kelelahan saat ini. Kalau sudah begitu, aku tidak bisa bertanya banyak padanya, karena justru akan memancing emosi suamiku itu.

“Tunggu aku!” Kami pun bersama menuju ke kamar kami.

***

Kumandang Azan Subuh membangunkanku. Udara dingin membuatku enggan beranjak dari tempat tidur. Aku kembali membenarkan letak selimut yang sedikit tersingkap. Pada saat itu aku menyadari kalau Mas Doni sudah tidak ada di sampingku.

Aku pun mengurungkan niat untuk kembali terlelap. Bergegas aku bangun mencari Mas Doni di setiap sudut ruangan rumah. Tak kutemukan di mana pun pria itu. Mas Doni paling ke musala saat ini.  Dia tal membangunkanku karena dia tahu kalau aku sedang datang bulan saat ini. Akhirnya aku putuskan ke dapur untuk memasak.

Baru saja hendak melangkahkan kaki, aku mendengar suara pintu kamar terbuka. Aku menoleh ke sumber suara.

Mas Doni keluar dari kamar Mira. Entah apa yang dilakukan suamiku itu. Penasaran aku mendekatinya.

“Mas, aku pikir kamu ke musala.”

Mas Doni tak menanggapi perkataanku. Pria itu justru berjalan begitu saja melewatiku. Tak berselang lama, Mira keluar dari kamarnya dengan senyum penuh kemenangan.

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status