Share

Benci

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-06 11:57:13

Beberapa saat kemudian, Christian telah mengenakan pakaiannya kembali, menampilkan sikap dingin dan puas. Sementara itu, Moon menutupi dirinya dengan selimut, tubuhnya gemetar, dan pikirannya dipenuhi oleh rasa sakit dan kehancuran yang baru saja dialaminya.

Christian mendekati Moon, menyentuh kepalanya dengan sikap possessif, dan tersenyum penuh kemenangan. "Aku sangat puas malam ini," ucapnya dengan nada rendah namun penuh keyakinan. "Mulai saat ini, kau adalah wanitaku yang hanya bisa menjadi milikku. Apa yang aku janjikan akan ku tepati. Siapapun tidak akan bisa melukaimu," lanjutnya, kemudian mencium wajah Moon dengan paksa.

Moon, dengan sekuat tenaga, mendorong pria itu menjauh, merasa jijik dengan setiap sentuhan yang dirasakannya. "Jangan sentuh aku!" teriaknya dengan histeris, air mata mengalir deras di pipinya.

Di balik selimut, Moon menangis dengan sedih dan putus asa, tidak sanggup untuk menatap pria yang baru saja menyetubuhinya secara paksa. Tangisannya menggema di ruangan, mencerminkan kehancuran dan rasa tak berdaya yang dirasakannya.

Christian menatap tajam pada gadis itu, ekspresinya berubah marah melihat reaksi Moon yang menolaknya, "Apakah kau merasa aku menjijikkan?" tanyanya dengan nada penuh amarah yang terkendali.

"Iya, kau sangat menjijikkan sekali. Aku membencimu," jawab Moon dengan suara yang pecah oleh tangisan, matanya dipenuhi oleh air mata kepedihan.

Christian menggelengkan kepalanya dengan sedikit senyum sinis. "Sayang sekali, aku akan selalu hadir di dalam hidupmu," ucapnya dengan nada yang dingin, sebelum akhirnya beranjak meninggalkan ruangan.

Moon, dalam kemarahannya, melempar bantal ke arah pria itu, merasa marah dan hancur di malam itu. "Pergi... pergi...!" teriaknya dengan putus asa, suaranya menggema di antara tangisannya.

Christian yang telah berada di luar, menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh ke belakang, mengucapkan ancaman terakhirnya. "Moon, lihat saja nanti. Aku akan membuatmu tunduk padaku," katanya dengan nada penuh kepastian sebelum akhirnya melangkah pergi, meninggalkan Moon dalam kehancuran dan ketakutan.

Di malam itu, Moon menangis sepanjang malam. Ia menahan suaranya agar tidak didengar oleh neneknya yang sudah tua dan rapuh. Bayang-bayang perbuatan pria itu masih begitu jelas dalam ingatannya. Senyuman, ciuman, dan sentuhan Christian masih menghantui pikirannya.

"Menjijikkan!" ucap Moon dengan suara bergetar, penuh kebencian.

Keesokan harinya, tiba-tiba terdengar suara berisik dari luar. Moon terbangun setelah menangis semalaman. Matanya sembab, wajahnya pucat. Gadis itu bangkit dan menuju ke kamar mandi. Ia berdiri di depan wastafel, merasakan betapa malu dan hancur dirinya. Air mata kembali mengalir di pipinya yang sudah basah.

"Jangan sampai nenek tahu kejadian ini. Kalau tidak, nenek pasti akan sedih. Aku harus bertahan!" gumamnya sambil mencuci wajahnya dengan air dingin, berharap bisa menghapus sedikit rasa sakit yang ia rasakan.

Sementara itu, di luar terlihat beberapa rumah warga dirobohkan oleh dua alat berat. Beberapa pria bersetelan hitam menahan para warga dan melakukan kekerasan terhadap mereka. Tua maupun muda menerima tindakan kekerasan tanpa pandang bulu.

"Ahhh!" Jeritan mereka yang kesakitan menggema di udara. Pria dan wanita dipukul tanpa ampun, anak-anak kecil pun menjerit ketakutan dan kesakitan.

Seorang wanita tua didorong hingga tersungkur dan ditendang oleh anak buah utusan perusahaan Christian Kim.

Moon yang berlari keluar, melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Hatinya teriris melihat penderitaan para tetangganya. Ia berteriak dengan cemas, "Hentikan! Hentikan!" Moon berusaha mendorong mereka dan menghentikan kekerasan yang terjadi, namun dia juga didorong hingga tersungkur ke tanah yang keras.

"Christian Kim sudah berjanji tidak akan mengusir kami," teriak Moon dengan suara serak, mencoba melawan ketidakadilan yang terjadi.

"Pengurus Kim yang memerintahkan kami untuk mengusir kalian dan meratakan semua rumah desa," jawab salah satu anak buah itu dengan dingin, tanpa sedikit pun rasa empati.

Moon terkejut mendengar jawaban itu, tapi sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh, ia mendengar suara yang sangat dikenalnya, "Moon," suara nenek Moon terdengar lemah, dalam kondisi kritis. Terlihat wajahnya yang pucat dan hampir tidak bisa bertahan.

"Nenek...," teriak Moon yang bangkit dan berlari menghampiri neneknya. Ia mendorong anak buah Christian yang menendang neneknya dengan sekuat tenaga, air mata bercucuran di wajahnya.

"Nenek! Nenek!" seru Moon sambil mengangkat tubuh neneknya yang terkulai lemas. Wajah neneknya lebam dan pucat, mulutnya mengeluarkan darah. 

Moon merasakan ketakutan yang luar biasa, ketakutan kehilangan satu-satunya keluarga yang ia miliki. Ia memeluk neneknya erat, berusaha memberikan kehangatan dan kekuatan, meski ia sendiri hampir putus asa.

Nenek Moon terlihat sekarat, napasnya tersengal-sengal, matanya berkaca-kaca, menahan rasa sakit yang menggerogoti tubuh rentanya. Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, ia mengeluarkan air mata, berusaha mengangkat tangannya yang lemah untuk menyentuh wajah cucunya. Namun, sebelum jemarinya yang kurus dan bergetar dapat mencapai pipi Moon, matanya terpejam, dan tangannya terkulai jatuh ke tanah, tak lagi bernyawa.

"Nenek!" Tangisan Moon pecah, ia meraih wajah neneknya, menggenggam erat tangan yang sudah dingin itu."Nenek, bangun... Nenek, buka matamu. Tolong jangan tinggalkan aku..." Suara Moon memecah keheningan, dipenuhi rasa putus asa dan kepedihan yang mendalam.

Tangisan Moon yang memilukan membuat semua anak buah Christian terhenti dari aksi mereka.

"Hari ini sampai di sini saja, Pengurus Kim memberi waktu seminggu untuk kalian. Saat itu kalian harus pergi dari sini. Kalau tidak, nyawa kalian juga akan menjadi taruhannya," kecam salah satu anak buah Christian dengan nada dingin dan tanpa belas kasihan.

Para warga yang terluka parah hanya bisa terbaring tak berdaya, dengan darah mengalir dan rasa sakit yang mendera tubuh mereka. Wanita dan anak-anak menangis histeris, saling berpelukan dalam ketakutan dan ketidakberdayaan, merasakan beban kehilangan dan ancaman yang menggantung di atas kepala mereka.

Sementara itu, Moon tetap memeluk tubuh neneknya yang kini telah pergi untuk selamanya, tubuhnya bergetar dalam pelukan yang dipenuhi rasa kehilangan yang mendalam. Air matanya mengalir tanpa henti, membasahi wajah neneknya yang tenang dan damai.

"Nenek, jangan tinggalkan aku sendirian, aku mohon padamu..." ucap Moon dengan suara serak, menatap wajah neneknya dengan pandangan yang penuh duka dan keputusasaan. 

Beberapa hari setelah kejadian itu, Nenek Moon pun telah dikremasi dengan sederhana tanpa acara apapun. Banyak warga yang hadir dalam kesedihan yang mendalam, berbagi rasa duka bersama Moon. Upacara itu berlangsung hening, hanya disertai isak tangis dan doa-doa yang lirih.

Moon, dengan air mata yang terus mengalir, melarungkan abu neneknya ke laut. Ia berdiri di tepi pantai, angin laut yang sejuk menerpa wajahnya yang basah oleh air mata.

"Nenek, pergilah dengan tenang dan damai. Aku akan menyusulmu setelah aku menyelesaikan masalah di sini. Aku tidak akan membiarkan nenek pergi begitu saja," batin Moon, menguatkan dirinya di tengah kepedihan yang tak tertahankan.

Malam hari, Moon duduk melamun di ruang tamu, tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Hanya dalam sehari, hidupnya berubah drastis. Kejadian yang menimpanya begitu cepat dan brutal: dirinya diperkosa dan harus kehilangan satu-satunya anggota keluarga yang paling ia cintai.

Bayangan wajah Christian Kim melintas di benaknya, menyulut api kebencian yang membara dalam hatinya. "Christian Kim, karena kamu aku telah kehilangan harga diri dan nenekku. Sebelum aku menyusul nenekku, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri," gumam Moon dengan suara penuh dendam. Ia meraih gunting yang terletak di atas meja, memegangnya erat dengan tangan yang gemetar. Dalam hatinya, ia sudah memutuskan. Tidak ada jalan kembali. Hanya ada satu tujuan: balas dendam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   End

    Christian berdiri di tengah kamar dan menatap pakaian yang telah rapi tersusun di koper. Jhon dan Mike, dua orang yang telah setia bersamanya dalam segala suka dan duka, memandangnya dengan penuh haru. Udara sore yang sejuk menyusup lewat jendela, membawa keheningan yang berat di antara mereka.Mike melangkah maju, menatap majikannya dengan sorot mata penuh harapan. "Tuan, kami bisa ikut denganmu, dan memulai dari awal," suaranya serak, namun tegas.Christian menatap keduanya dengan senyuman lembut, seakan memberi mereka kekuatan. "Mike, Jhon, kalian sangat berbakat. Rajin dan tidak pernah mengeluh. Aku sudah melamarkan pekerjaan untuk kalian berdua di perusahaan besar. Kalian akan dihubungi setelah prosedurnya diurus. Bekerjalah dengan baik." Suaranya tenang, tapi penuh keyakinan. "Aku akan pergi bersama Moon. Kami memiliki terlalu banyak kenangan pahit di sini, jadi kami ingin melupakan semuanya.""Tuan, kami telah lama ikut denganmu, kami sudah biasa dengan ritme ini," Jhon mencob

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Dendam Terbalas

    "Aku tidak akan membiarkan kalian berhasil!" bentak Calvin dengan emosi yang memuncak. Matanya menyala penuh kemarahan, wajahnya memerah. Victor menatap Calvin dengan sorot mata tenang, namun penuh penyesalan. "Calvin," ucapnya dengan suara yang lebih rendah, hampir bergetar, "Papa bersalah padamu. Papa mengkhianati mamamu dan juga melukaimu. Tapi ini adalah kesalahan Papa," lanjutnya, mencoba menenangkan Calvin yang jelas tidak ingin mendengar.Calvin mendengus sinis, tidak bisa menahan tawa pahitnya. "Jangan mengatakan kalau Papa ingin menyerahkan semuanya pada dia?" suaranya bergetar, penuh kebencian dan kekecewaan. "Aku tidak sudi! Karena aku juga telah membantu mengembangkan bisnis kita. Aku pantas mendapatkannya!" sorot mata Calvin beralih pada Victor, menuntut jawaban yang adil. "Siapa pun di antara kalian," ucapnya dingin, "tidak ada yang bisa mengambil alih perusahaan ini." Christian menatap mereka berdua bergantian, membuat suasana semakin menegangkan. "Hari ini juga, aku

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Kekecewaan Moon Terhadap Victor

    Victor merasa darahnya berdesir dingin, napasnya seakan tersangkut di tenggorokan saat menatap putrinya, Moon, yang berdiri di depannya dengan sorot mata tajam. Tubuhnya yang lelah seakan kehilangan kekuatan. Tidak pernah dia membayangkan hari di mana seluruh rahasia kelam yang selama ini ia simpan rapat-rapat akhirnya terungkap.Christian, dengan dingin dan penuh dendam, duduk santai di sofa. Tatapannya tajam seperti pisau yang siap menancap,"Aku adalah bayi yang kamu adopsi," suaranya terdengar menggelegar dalam keheningan ruangan. "Kedua orang tuaku tewas di tanganmu. Seluruh milik keluargaku juga kau rebut begitu saja. Sementara Moon adalah putri kandungmu yang kau lantarkan selama ini. Apa lagi yang ingin kau katakan?"Kata-kata Christian menusuk hati Victor seperti jarum tajam. Selama bertahun-tahun, dia hidup dalam ilusi bahwa apa yang dia lakukan adalah demi kekuasaan, demi keluarganya.Moon, yang dari tadi berdiri di sudut ruangan, mulai men

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Sebab Kematian Ibu Moon

    Calvin menatap Christian dengan mata yang menyala penuh emosi, berusaha menyangkal kebenaran yang baru saja diungkapkan. Sementara itu, Victor, yang duduk di samping Calvin, mulai merasakan jantungnya berdetak tak teratur. Keringat yang tadi hanya mengalir di dahinya kini membasahi tengkuknya.“Jangan bercanda! Keluarga Kim membesarkanmu selama ini. Apakah kau menggunakan cara ini untuk membalas kami?” tanya Calvin dengan nada yang lebih keras, mencoba menguasai percakapan meski suaranya terdengar sedikit goyah.Christian tersenyum sinis, langkahnya perlahan mendekati Calvin yang masih duduk di sofa. “Membesarkan aku? Apakah aku harus berterima kasih padamu? Membunuh kedua orang tuaku yang juga adalah sahabat dekatmu. Lalu mengambil alih perusahaan mereka tanpa rasa malu sedikitpun,” ujar Christian, nada suaranya semakin berbahaya dengan setiap kata yang keluar.Calvin terdiam sejenak, kata-kata Christian menghantamnya seperti palu besar

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Pembalasan Christian

    "Pa, apakah benar di dalam rekaman ini adalah Papa? Mana mungkin Papa tega pada sahabat sendiri," ujar Christian dengan senyum sinis.Victor tampak terkejut namun berusaha tetap tenang. Ia merapatkan jasnya seolah mencoba mengendalikan suasana hatinya. "Ini hanya rekaman rekayasa, tidak ada kejadian itu," jawabnya dengan suara berat, membela diri.Christian mendekat, "Benarkah? Kalau begitu, Papa cukup mengklarifikasi pada media untuk menyelamatkan perusahaan kita," kata Christian dengan nada menantang."Christian, semua ini tidak benar. Pasti ada yang ingin menjatuhkan kita," ujar Victor dengan tegas, matanya menyiratkan ketakutan yang samar.Sementara itu, Calvin, yang berdiri di sana memandangi Christian dengan penuh rasa ingin tahu dan cemas. "Bagaimana bisa rekaman itu terungkap? Dari mana asalnya, dan apakah brengsek ini tidak tahu apa-apa?" gumam Calvin dengan geram, berpikir keras.Seorang sekretaris tiba-tiba masuk tergesa-gesa, raut

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Rekaman Yang Tersebar

    Christian sengaja membuka ponselnya dengan gerakan lambat, matanya menelusuri layar dengan ekspresi tenang yang tampak dingin. Suasana di ruangan itu berubah hening ketika dia memutar video yang tengah viral. Wajah Victor dan beberapa orang lain yang hadir langsung mengarah pada Calvin, menunggu reaksinya. Di sudut ruangan, Calvin tampak terdiam, mencoba menahan kemarahan yang memuncak. Sorotan mata tajam Christian menancap pada layar ponselnya sebelum beralih ke Calvin."Calon direktur utama bercinta dengan beberapa wanita di satu malam, luar biasa sekali, kakakku," suara Christian memecah keheningan, nadanya penuh sarkasme dan sindiran halus. Dia memperlihatkan ponselnya kepada Calvin, dengan artikel-artikel yang mulai bermunculan di media sosial, menghancurkan reputasi Calvin.Calvin yang dikejutkan oleh berita tersebut langsung merogoh saku jasnya dengan tergesa, merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia membuka ponselnya dan dalam hitungan detik, layar menampi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status