Share

Emosi

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 15:14:56

"Korban sedang dirawat di rumah sakit, kondisinya masih lemah. Namun telah melewati masa kritis," jawab detektif itu.

Detektif lainnya yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Sungguh luar biasa sekali, seorang gadis lemah berani menyentuh seorang Christian Kim."

Moon menatapnya tajam. "Dia adalah pembunuh, kenapa aku tidak berani membunuhnya kalau nenekku sudah meninggal di tangannya."

"Nona, usiamu masih muda. Christian Kim kemungkinan besar akan bertahan. Tapi, kamu yang dalam masalah besar. Apakah kamu tidak pernah dengar nama keluarga mereka? Terutama Christian Kim? Banyak yang kenal dia adalah seorang psikopat gila. Membunuhnya kamu menghadapi dua masalah. Pertama, keluarganya tidak akan membebaskanmu. Kedua, kalau Christian Kim sadar, dia sendiri yang akan mendatangimu," kata detektif itu dengan nada memperingatkan.

Moon mengepalkan tangannya, matanya berapi-api. "Kalian memihak kepada mereka, walau sudah tahu dia adalah psikopat bajingan?" tanyanya penuh amarah.

"Apapun itu, kamu tidak akan bisa lolos dari hukum!" ucap detektif itu, mengakhiri interogasi dengan nada tegas dan tak terbantahkan.

Tiga hari kemudian.

Christian mulai membuka matanya, merasakan kelelahan yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Ia berbaring di atas ranjang pasien, dengan berbagai alat medis yang masih terhubung ke tubuhnya. Di sampingnya, berdiri Jhon, supir setianya, dan Mike, asistennya yang selalu dapat diandalkan.

"Tuan muda, sudah sadar," ucap John dengan nada lega, melihat tuannya kembali siuman.

Christian melirik ke arah mereka berdua, matanya yang biasanya penuh semangat kini tampak sayu dan wajah tampan pria itu masih pucat pasi. Ia mencoba mengumpulkan kekuatannya untuk berbicara.

"Di mana dia?" tanya Christian dengan suara lemah, namun tegas.

"Tuan muda, Nona itu sudah ditahan. Dia tidak akan bisa lolos lagi. Direktur Utama sangat marah besar sehingga meminta pihak kepolisian untuk hukum tembak saja dalam waktu dekat."

Mendengar itu, Christian langsung bangkit dari posisinya dengan cepat, namun gerakannya terhenti oleh rasa sakit yang menyengat dari bekas luka tikaman di dadanya. Ia mengerang pelan, satu tangannya meraba-raba luka tersebut.

"Mike, apa kamu tahu apa yang terjadi? Siapa yang menyuruh mereka merobohkan rumah warga desa?" tanya Christian dengan nada penuh keingintahuan dan kecurigaan.

Mike, yang sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan ini, segera menjawab, "Sepertinya bagian dari rencana Wakil Direktur, dia menggunakan nama Anda untuk melawan mereka. Direktur Utama menyalahkan Anda atas kejadian ini."

Christian mengangguk pelan, ekspresi wajahnya berubah menjadi penuh kemarahan dan kekecewaan. "Sudah kuduga, dia selalu ingin menyingkirkanku," ucap Christian. "Ambil pakaianku!" perintahnya, nada suaranya tak bisa dibantah.

"Tuan muda, Anda belum sembuh, luka tikaman juga baru dijahit. Jangan banyak bergerak dulu!" ujar John, khawatir akan kondisi tuannya.

Christian menatap tajam pada kedua bawahannya, membuat mereka merinding. "Jangan sampai aku mengulangi perkataan yang sama!" perintahnya, nada suaranya menegaskan bahwa ia tidak akan menerima penolakan.

Christian diantar oleh Mike dan John menuju ke perusahaan dengan tekad bulat untuk menemui kakaknya, Calvin, yang ia yakini adalah dalang utama atas semua kejadian tersebut.

Setelah tiba di lantai 10, Christian yang masih menahan sakit, melangkah dengan cepat. Wajahnya tegang, setiap langkahnya penuh kemarahan. Di saat yang sama, Victor, ayah mereka, yang sedang berada di lorong, ditemani oleh asistennya, melihat putra keduanya itu dengan penuh keheranan.

"Bukankah dia belum sembuh? Kenapa datang ke sini?" gumam Victor, wajahnya mengernyit penuh kekhawatiran, kemudian mempercepat langkahnya menyusul Christian.

Calvin yang duduk santai di dalam kantornya bersama beberapa pemegang saham lainnya, tiba-tiba mendengar bantingan pintu yang begitu keras, "Brak!"

Suara tersebut mengejutkan mereka semua. Mata mereka terfokus ke arah suara tersebut, melihat Christian yang tampak marah besar. 

Dengan penuh emosi, Christian melangkah masuk, matanya membara. Tanpa ragu, tangannya meraih asbak yang berada di atas meja, langsung melemparkan benda itu ke arah Calvin yang duduk di kursi kerjanya.

"Brak!" Lemparan tersebut meleset, tidak mengenai sasaran karena Calvin yang dengan cepat menghindar. Wajahnya tampak pucat ketakutan melihat kegilaan adiknya.

Para pemegang saham dikejutkan dengan aksi nekat pengurus perusahaan mereka itu. Mereka saling berpandangan, bingung dan takut.

"Bajingan! Kau melakukan kesalahan dan kau melemparkan kesalahan itu ke orang lain!" bentak Christian dengan suara lantang, suaranya menggema di ruangan tersebut. Tanpa ragu, ia menyapu vas bunga yang berada di meja hingga jatuh ke lantai dan pecah berantakan, serpihan kaca tersebar di mana-mana.

Emosi Christian langsung meledak setelah mengetahui sang kakak yang menyebabkan insiden yang terjadi di desa tersebut!

Calvin yang cemas berusaha untuk tenang, sementara pemegang saham lainnya langsung beranjak dari ruangan itu sambil ketakutan, meninggalkan suasana yang tegang dan penuh ketidakpastian."Christian, apa yang kamu lakukan? Seharusnya kamu merawat dirimu di rumah sakit," ujar Calvin dengan nada khawatir, mencoba meredakan ketegangan.

"Bajingan sepertimu hanya ingin mendapatkan posisi tertinggi. Oleh karena itu kau sengaja melakukan tindakan kekerasan terhadap warga desa sehingga ada yang meninggal dengan mengunakan namaku. Luar biasa sekali," ujar Christian sambil menahan sakit dari bekas lukanya yang baru dijahit.

"Christian, aku menggunakan namamu hanya demi kebaikanmu juga. Kalau berhasil, kamu yang dapat jasanya," kata Calvin, berusaha membela diri.

"Aku tidak butuh jasa apapun. Sudah kukatakan aku akan mengurusnya. Papa telah memberiku perintah untuk melakukannya, dan kenapa saat ini kau harus ikut campur?" jawab Christian dengan tegas, tatapannya penuh kekecewaan.

"Lebih baik kita jangan bertengkar hanya karena warga desa itu. Tidak penting sama sekali. Kita adalah adik kakak," ucap Calvin yang berusaha menenangkan adiknya.

"Kakak? Kalau kau menganggapku sebagai adikmu sendiri, maka kau tidak akan bertindak tanpa sepengetahuanku. Satu nyawa yang berusia usia 70 tahun harus meninggal sia-sia karena ulahmu, dan dirimu masih duduk di sini dengan santai," kata Christian, tatapannya semakin tajam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   End

    Christian berdiri di tengah kamar dan menatap pakaian yang telah rapi tersusun di koper. Jhon dan Mike, dua orang yang telah setia bersamanya dalam segala suka dan duka, memandangnya dengan penuh haru. Udara sore yang sejuk menyusup lewat jendela, membawa keheningan yang berat di antara mereka.Mike melangkah maju, menatap majikannya dengan sorot mata penuh harapan. "Tuan, kami bisa ikut denganmu, dan memulai dari awal," suaranya serak, namun tegas.Christian menatap keduanya dengan senyuman lembut, seakan memberi mereka kekuatan. "Mike, Jhon, kalian sangat berbakat. Rajin dan tidak pernah mengeluh. Aku sudah melamarkan pekerjaan untuk kalian berdua di perusahaan besar. Kalian akan dihubungi setelah prosedurnya diurus. Bekerjalah dengan baik." Suaranya tenang, tapi penuh keyakinan. "Aku akan pergi bersama Moon. Kami memiliki terlalu banyak kenangan pahit di sini, jadi kami ingin melupakan semuanya.""Tuan, kami telah lama ikut denganmu, kami sudah biasa dengan ritme ini," Jhon mencob

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Dendam Terbalas

    "Aku tidak akan membiarkan kalian berhasil!" bentak Calvin dengan emosi yang memuncak. Matanya menyala penuh kemarahan, wajahnya memerah. Victor menatap Calvin dengan sorot mata tenang, namun penuh penyesalan. "Calvin," ucapnya dengan suara yang lebih rendah, hampir bergetar, "Papa bersalah padamu. Papa mengkhianati mamamu dan juga melukaimu. Tapi ini adalah kesalahan Papa," lanjutnya, mencoba menenangkan Calvin yang jelas tidak ingin mendengar.Calvin mendengus sinis, tidak bisa menahan tawa pahitnya. "Jangan mengatakan kalau Papa ingin menyerahkan semuanya pada dia?" suaranya bergetar, penuh kebencian dan kekecewaan. "Aku tidak sudi! Karena aku juga telah membantu mengembangkan bisnis kita. Aku pantas mendapatkannya!" sorot mata Calvin beralih pada Victor, menuntut jawaban yang adil. "Siapa pun di antara kalian," ucapnya dingin, "tidak ada yang bisa mengambil alih perusahaan ini." Christian menatap mereka berdua bergantian, membuat suasana semakin menegangkan. "Hari ini juga, aku

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Kekecewaan Moon Terhadap Victor

    Victor merasa darahnya berdesir dingin, napasnya seakan tersangkut di tenggorokan saat menatap putrinya, Moon, yang berdiri di depannya dengan sorot mata tajam. Tubuhnya yang lelah seakan kehilangan kekuatan. Tidak pernah dia membayangkan hari di mana seluruh rahasia kelam yang selama ini ia simpan rapat-rapat akhirnya terungkap.Christian, dengan dingin dan penuh dendam, duduk santai di sofa. Tatapannya tajam seperti pisau yang siap menancap,"Aku adalah bayi yang kamu adopsi," suaranya terdengar menggelegar dalam keheningan ruangan. "Kedua orang tuaku tewas di tanganmu. Seluruh milik keluargaku juga kau rebut begitu saja. Sementara Moon adalah putri kandungmu yang kau lantarkan selama ini. Apa lagi yang ingin kau katakan?"Kata-kata Christian menusuk hati Victor seperti jarum tajam. Selama bertahun-tahun, dia hidup dalam ilusi bahwa apa yang dia lakukan adalah demi kekuasaan, demi keluarganya.Moon, yang dari tadi berdiri di sudut ruangan, mulai men

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Sebab Kematian Ibu Moon

    Calvin menatap Christian dengan mata yang menyala penuh emosi, berusaha menyangkal kebenaran yang baru saja diungkapkan. Sementara itu, Victor, yang duduk di samping Calvin, mulai merasakan jantungnya berdetak tak teratur. Keringat yang tadi hanya mengalir di dahinya kini membasahi tengkuknya.“Jangan bercanda! Keluarga Kim membesarkanmu selama ini. Apakah kau menggunakan cara ini untuk membalas kami?” tanya Calvin dengan nada yang lebih keras, mencoba menguasai percakapan meski suaranya terdengar sedikit goyah.Christian tersenyum sinis, langkahnya perlahan mendekati Calvin yang masih duduk di sofa. “Membesarkan aku? Apakah aku harus berterima kasih padamu? Membunuh kedua orang tuaku yang juga adalah sahabat dekatmu. Lalu mengambil alih perusahaan mereka tanpa rasa malu sedikitpun,” ujar Christian, nada suaranya semakin berbahaya dengan setiap kata yang keluar.Calvin terdiam sejenak, kata-kata Christian menghantamnya seperti palu besar

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Pembalasan Christian

    "Pa, apakah benar di dalam rekaman ini adalah Papa? Mana mungkin Papa tega pada sahabat sendiri," ujar Christian dengan senyum sinis.Victor tampak terkejut namun berusaha tetap tenang. Ia merapatkan jasnya seolah mencoba mengendalikan suasana hatinya. "Ini hanya rekaman rekayasa, tidak ada kejadian itu," jawabnya dengan suara berat, membela diri.Christian mendekat, "Benarkah? Kalau begitu, Papa cukup mengklarifikasi pada media untuk menyelamatkan perusahaan kita," kata Christian dengan nada menantang."Christian, semua ini tidak benar. Pasti ada yang ingin menjatuhkan kita," ujar Victor dengan tegas, matanya menyiratkan ketakutan yang samar.Sementara itu, Calvin, yang berdiri di sana memandangi Christian dengan penuh rasa ingin tahu dan cemas. "Bagaimana bisa rekaman itu terungkap? Dari mana asalnya, dan apakah brengsek ini tidak tahu apa-apa?" gumam Calvin dengan geram, berpikir keras.Seorang sekretaris tiba-tiba masuk tergesa-gesa, raut

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Rekaman Yang Tersebar

    Christian sengaja membuka ponselnya dengan gerakan lambat, matanya menelusuri layar dengan ekspresi tenang yang tampak dingin. Suasana di ruangan itu berubah hening ketika dia memutar video yang tengah viral. Wajah Victor dan beberapa orang lain yang hadir langsung mengarah pada Calvin, menunggu reaksinya. Di sudut ruangan, Calvin tampak terdiam, mencoba menahan kemarahan yang memuncak. Sorotan mata tajam Christian menancap pada layar ponselnya sebelum beralih ke Calvin."Calon direktur utama bercinta dengan beberapa wanita di satu malam, luar biasa sekali, kakakku," suara Christian memecah keheningan, nadanya penuh sarkasme dan sindiran halus. Dia memperlihatkan ponselnya kepada Calvin, dengan artikel-artikel yang mulai bermunculan di media sosial, menghancurkan reputasi Calvin.Calvin yang dikejutkan oleh berita tersebut langsung merogoh saku jasnya dengan tergesa, merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia membuka ponselnya dan dalam hitungan detik, layar menampi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status