Share

Muncul di Kamar

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2024-08-06 11:48:41

Christian berdiri tegak di tengah padang rumput yang sunyi, hanya diiringi suara angin yang berbisik melalui daun-daun pohon tinggi. Di sekelilingnya, beberapa anak buahnya berdiri dengan waspada, memperhatikan setiap gerak-geriknya. Di tanah, seorang pria terbaring tak berdaya, wajahnya penuh luka, salah satunya dari sayatan pisau yang kini digenggam erat oleh Christian.

Pria itu, yang matanya terbuka lebar dengan ketakutan, adalah orang yang menabrak Moon dan meninggalkannya tanpa rasa bersalah. Wajahnya kini penuh luka dan darah, mencerminkan nasib buruk yang menantinya. 

Christian melangkah mendekati pria itu dengan tenang, mengayunkan pisaunya dengan santai. "Kau tahu," katanya, suaranya tenang tapi penuh ancaman, "di dunia ini, orang seperti kau seharusnya bertanggung jawab atas kesalahan sendri, bukan lari seperti pengecut. Terutama ketika korbannya adalah gadis itu." Christian berhenti sejenak, mengarahkan ujung pisaunya ke dada pria itu. "Kau tahu kau membuatku marah, kan?"

Pria itu menggigil, menahan sakit dan ketakutan yang mencekam. "Aku minta maaf! Aku salah, tolong maafkan aku!" suaranya terdengar putus asa, bergetar dengan ketakutan yang nyata.

Christian mendekatkan wajahnya, senyum dingin tergambar di bibirnya. "Sayangnya, aku bukan tipe orang yang murah hati," ucapnya, menggesekkan pisau itu pelan ke kulit pria tersebut, "dan aku sangat tidak suka membuang-buang waktu." Dengan gerakan cepat dan dingin, Christian menusukkan pisaunya ke dada pria itu, darah segar memancar, mengotori pisau dan tangannya.

 Pria itu tersentak, merintih, namun suaranya segera teredam oleh tangan kuat anak buah Christian yang menutup mulutnya dengan kain.

Christian memperhatikan wajah pria itu yang kini penuh dengan rasa sakit dan ketakutan, air mata mengalir dari matanya. Ia menikmati setiap detik penderitaan pria itu, menyaksikan bagaimana rasa sakit itu merenggut kekuatan hidup dari tubuhnya. 

Christian memutar pisaunya perlahan, memperdalam luka, sebelum akhirnya menariknya keluar dengan satu gerakan cepat..Ketika pria itu terkapar, darah terus mengalir dari lukanya, tubuhnya kejang-kejang sebelum akhirnya terdiam. 

Christian menatap karyanya dengan penuh kepuasan, senyuman dingin masih menghiasi wajahnya. Di balik wajah tampannya, tersembunyi jiwa yang kejam dan tanpa ampun, terlihat jelas dari tatapan mautnya. Christian berdiri tegak, melemparkan pandangannya ke langit malam yang berbintang. "Begitulah seharusnya, kau harus menanggung konsekuensi dari tindakanmu," katanya pelan, sebelum berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan tubuh pria yang tak bernyawa itu.

***

Moon terbangun perlahan, pandangannya kabur saat ia mencoba mengenali lingkungan sekitar. Kamar itu asing baginya, dinding-dindingnya berwarna lembut, namun ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Ia tersentak bangun, menatap sekeliling dengan cemas hingga matanya bertemu dengan Christian yang duduk di ujung sofa, tersenyum melihatnya.

"Apa yang kau lakukan padaku?" tanya Moon dengan nada kebingungan dan sedikit pusing, mengingatkan dirinya pada kejadian terakhir yang diingatnya.

Christian hanya tersenyum, duduk santai dengan kaki yang terlipat. "Aku hanya ingin melihat wajahmu saat kau tidur. Sangat menyenangkan, kau tahu," jawabnya dengan nada tenang, seolah apa yang dilakukannya adalah hal yang wajar.

Moon merasa kesal, "Tidak waras!" serunya, cepat-cepat bangkit dari tempat tidur, menjaga jarak dari Christian.

Christian tidak terganggu dengan reaksi Moon. Ia berdiri dan mendekat, tatapannya menjadi serius. "Pertimbangkan permintaanku," katanya dengan nada tegas. "Dua hari. Aku ingin jawabannya setelah dua hari."

Moon menghela napas panjang, mencoba menguasai dirinya. "Aku tidak akan setuju dengan permintaanmu," katanya dengan tegas.

Christian tertawa kecil, sebuah senyum sinis menghiasi wajahnya. "Wah... apakah kau tidak ingin mengubah hidupmu? Bersamaku, hidupmu akan berubah. Tidak perlu lagi hidup di desa," ujarnya, suaranya terdengar menggoda namun penuh ancaman terselubung.

Moon menggelengkan kepala. "Aku tidak berminat menjadi wanitamu, pria pemain wanita," balasnya tajam, berusaha untuk pergi dari ruangan itu..Namun, sebelum ia sempat melangkah jauh, Christian menahan lengannya dengan cengkeraman yang kuat. Mata mereka bertemu, dan Moon bisa melihat kilatan dingin dalam tatapan Christian. 

"Aku tidak punya kesabaran, Moon. Hanya dua hari. Jika setelah dua hari kau masih tidak memberikan jawaban, aku akan meratakan desa ini!" ancamnya, suaranya penuh ketegasan yang membuat jantung Moon berdebar kencang.

Moon merasa tegang dan terintimidasi, tapi ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan ketakutannya. "Kau tidak ada bedanya dengan pria murahan," balasnya dengan suara rendah, mencoba melepaskan lengannya dari cengkeraman Christian. Ia akhirnya berhasil menepis tangan Christian dan bergegas keluar dari ruangan itu.

Christian memandangi punggung Moon yang menjauh dengan tatapan dingin. "Lihat saja nanti," gumamnya pada dirinya sendiri, "aku yakin kau akan tunduk padaku. Menolakku? Aku tidak suka ditolak. Semakin kau menjauh, aku akan membuatmu semakin terikat padaku." Senyum dingin muncul di wajahnya, menandakan tekadnya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Dua hari kemudian, desa itu dipenuhi dengan suasana kegembiraan. Warga berkumpul di salah satu rumah untuk pesta makan-makan. Nenek Moon juga ada di sana, berbincang dengan warga lain yang tengah menyiapkan makanan dan minuman.

"Nenek Moon, di mana Moon? Kenapa dia belum datang?" tanya salah satu warga dengan penasaran.

Nenek Moon tersenyum lembut. "Anak itu sedang merapikan rumah. Dia selalu suka kebersihan," jawabnya

"Apakah dia akan datang?" tanya yang lain dengan penasaran.

Nenek Moon mengangguk. "Moon akan datang, tapi mungkin agak malam. Tidak apa-apa, kita bisa makan sambil berbincang-bincang," jawabnya.

"Mari kita makan dan minum!" seru salah satu warga dengan semangat, mengangkat gelasnya. Warga lainnya mengikuti, bersulang dengan penuh kebahagiaan. Musik yang kuat terdengar, diiringi tawa dan tarian dari mereka yang ikut merayakan.

Sementara itu, di rumahnya, Moon sedang mandi. Air sejuk dari pancuran desa membasahi tubuhnya, membuatnya merasa segar dan nyaman. Tanpa disadarinya, pintu rumahnya terbuka perlahan, dan Christian, tamu yang tidak diundang, masuk dengan langkah tenang. Dia memperhatikan keadaan sekitar, memastikan semua warga sedang bersenang-senang di luar rumah.

Christian berjalan ke arah kamar Moon, Dia mendengar suara air dari kamar mandi, senyuman jahat muncul di wajahnya. Dengan tenang, ia mendekati pintu kamar mandi yang tidak tertutup rapat. 

Moon, yang masih mandi, tidak menyadari kehadiran Christian. Ia tetap menikmati air dingin yang membasuh tubuhnya, membiarkan dirinya tenggelam dalam perasaan nyaman dan segar.

Christian berdiri di depan pintu, matanya menatap tajam melalui celah pintu yang sedikit terbuka. Ia menikmati pemandangan tubuh Moon yang telanjang, terukir dengan senyuman manis di wajahnya. Pandangan itu membuat senyum di wajah Christian semakin lebar, penuh dengan keinginan yang tidak bisa dibendung.

"Sepertinya, aku harus menikmatinya malam ini juga," gumam Christian dengan senyuman puas. Ada ketegangan di udara, rasa dominasi yang kuat terlihat dari cara pandangnya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   End

    Christian berdiri di tengah kamar dan menatap pakaian yang telah rapi tersusun di koper. Jhon dan Mike, dua orang yang telah setia bersamanya dalam segala suka dan duka, memandangnya dengan penuh haru. Udara sore yang sejuk menyusup lewat jendela, membawa keheningan yang berat di antara mereka.Mike melangkah maju, menatap majikannya dengan sorot mata penuh harapan. "Tuan, kami bisa ikut denganmu, dan memulai dari awal," suaranya serak, namun tegas.Christian menatap keduanya dengan senyuman lembut, seakan memberi mereka kekuatan. "Mike, Jhon, kalian sangat berbakat. Rajin dan tidak pernah mengeluh. Aku sudah melamarkan pekerjaan untuk kalian berdua di perusahaan besar. Kalian akan dihubungi setelah prosedurnya diurus. Bekerjalah dengan baik." Suaranya tenang, tapi penuh keyakinan. "Aku akan pergi bersama Moon. Kami memiliki terlalu banyak kenangan pahit di sini, jadi kami ingin melupakan semuanya.""Tuan, kami telah lama ikut denganmu, kami sudah biasa dengan ritme ini," Jhon mencob

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Dendam Terbalas

    "Aku tidak akan membiarkan kalian berhasil!" bentak Calvin dengan emosi yang memuncak. Matanya menyala penuh kemarahan, wajahnya memerah. Victor menatap Calvin dengan sorot mata tenang, namun penuh penyesalan. "Calvin," ucapnya dengan suara yang lebih rendah, hampir bergetar, "Papa bersalah padamu. Papa mengkhianati mamamu dan juga melukaimu. Tapi ini adalah kesalahan Papa," lanjutnya, mencoba menenangkan Calvin yang jelas tidak ingin mendengar.Calvin mendengus sinis, tidak bisa menahan tawa pahitnya. "Jangan mengatakan kalau Papa ingin menyerahkan semuanya pada dia?" suaranya bergetar, penuh kebencian dan kekecewaan. "Aku tidak sudi! Karena aku juga telah membantu mengembangkan bisnis kita. Aku pantas mendapatkannya!" sorot mata Calvin beralih pada Victor, menuntut jawaban yang adil. "Siapa pun di antara kalian," ucapnya dingin, "tidak ada yang bisa mengambil alih perusahaan ini." Christian menatap mereka berdua bergantian, membuat suasana semakin menegangkan. "Hari ini juga, aku

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Kekecewaan Moon Terhadap Victor

    Victor merasa darahnya berdesir dingin, napasnya seakan tersangkut di tenggorokan saat menatap putrinya, Moon, yang berdiri di depannya dengan sorot mata tajam. Tubuhnya yang lelah seakan kehilangan kekuatan. Tidak pernah dia membayangkan hari di mana seluruh rahasia kelam yang selama ini ia simpan rapat-rapat akhirnya terungkap.Christian, dengan dingin dan penuh dendam, duduk santai di sofa. Tatapannya tajam seperti pisau yang siap menancap,"Aku adalah bayi yang kamu adopsi," suaranya terdengar menggelegar dalam keheningan ruangan. "Kedua orang tuaku tewas di tanganmu. Seluruh milik keluargaku juga kau rebut begitu saja. Sementara Moon adalah putri kandungmu yang kau lantarkan selama ini. Apa lagi yang ingin kau katakan?"Kata-kata Christian menusuk hati Victor seperti jarum tajam. Selama bertahun-tahun, dia hidup dalam ilusi bahwa apa yang dia lakukan adalah demi kekuasaan, demi keluarganya.Moon, yang dari tadi berdiri di sudut ruangan, mulai men

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Sebab Kematian Ibu Moon

    Calvin menatap Christian dengan mata yang menyala penuh emosi, berusaha menyangkal kebenaran yang baru saja diungkapkan. Sementara itu, Victor, yang duduk di samping Calvin, mulai merasakan jantungnya berdetak tak teratur. Keringat yang tadi hanya mengalir di dahinya kini membasahi tengkuknya.“Jangan bercanda! Keluarga Kim membesarkanmu selama ini. Apakah kau menggunakan cara ini untuk membalas kami?” tanya Calvin dengan nada yang lebih keras, mencoba menguasai percakapan meski suaranya terdengar sedikit goyah.Christian tersenyum sinis, langkahnya perlahan mendekati Calvin yang masih duduk di sofa. “Membesarkan aku? Apakah aku harus berterima kasih padamu? Membunuh kedua orang tuaku yang juga adalah sahabat dekatmu. Lalu mengambil alih perusahaan mereka tanpa rasa malu sedikitpun,” ujar Christian, nada suaranya semakin berbahaya dengan setiap kata yang keluar.Calvin terdiam sejenak, kata-kata Christian menghantamnya seperti palu besar

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Pembalasan Christian

    "Pa, apakah benar di dalam rekaman ini adalah Papa? Mana mungkin Papa tega pada sahabat sendiri," ujar Christian dengan senyum sinis.Victor tampak terkejut namun berusaha tetap tenang. Ia merapatkan jasnya seolah mencoba mengendalikan suasana hatinya. "Ini hanya rekaman rekayasa, tidak ada kejadian itu," jawabnya dengan suara berat, membela diri.Christian mendekat, "Benarkah? Kalau begitu, Papa cukup mengklarifikasi pada media untuk menyelamatkan perusahaan kita," kata Christian dengan nada menantang."Christian, semua ini tidak benar. Pasti ada yang ingin menjatuhkan kita," ujar Victor dengan tegas, matanya menyiratkan ketakutan yang samar.Sementara itu, Calvin, yang berdiri di sana memandangi Christian dengan penuh rasa ingin tahu dan cemas. "Bagaimana bisa rekaman itu terungkap? Dari mana asalnya, dan apakah brengsek ini tidak tahu apa-apa?" gumam Calvin dengan geram, berpikir keras.Seorang sekretaris tiba-tiba masuk tergesa-gesa, raut

  • Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam   Rekaman Yang Tersebar

    Christian sengaja membuka ponselnya dengan gerakan lambat, matanya menelusuri layar dengan ekspresi tenang yang tampak dingin. Suasana di ruangan itu berubah hening ketika dia memutar video yang tengah viral. Wajah Victor dan beberapa orang lain yang hadir langsung mengarah pada Calvin, menunggu reaksinya. Di sudut ruangan, Calvin tampak terdiam, mencoba menahan kemarahan yang memuncak. Sorotan mata tajam Christian menancap pada layar ponselnya sebelum beralih ke Calvin."Calon direktur utama bercinta dengan beberapa wanita di satu malam, luar biasa sekali, kakakku," suara Christian memecah keheningan, nadanya penuh sarkasme dan sindiran halus. Dia memperlihatkan ponselnya kepada Calvin, dengan artikel-artikel yang mulai bermunculan di media sosial, menghancurkan reputasi Calvin.Calvin yang dikejutkan oleh berita tersebut langsung merogoh saku jasnya dengan tergesa, merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia membuka ponselnya dan dalam hitungan detik, layar menampi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status