Share

Bab 6

Penulis: Mama Nau
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-11 08:54:56

Alina dan Aeron saat sadar berada di sebuah taman yang indah. Mereka berdua sangat kagum, dengan keindahan bunga yang beraneka warna dan memiliki banyak jenisnya yang berbeda.

Alina menggandeng Aeron yang masih bingung dengan keadaan mereka. Alina melihat seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut pirang kecoklatan yang panjang bergelombang mirip dengannya, duduk di kursi taman menghadap kolam ikan.

Alina mengajak Aeron mendekati wanita itu. Saat semakin dekat Alina melihat wajah wanita itu sangat mirip dengannya.

"Kalian sudah bangun? Maaf disini tidak ada kasur empuk jadi ibu tidak memindahkan kalian berdua, " ucap wanita itu dengan suara lembut menenangkan hati Alina yang takut.

"Kau sangat mirip denganku, Apa kau Ibuku? " tanya Alina Ragu.

"Benar! Aku ibu kalian, "

Aeron menatap wanita itu dengan mata membelalak, antara bingung dan kagum. Ia memegang tangan Alina lebih erat, seolah memastikan semua ini bukan mimpi.

“Ibu kami?” gumam Aeron pelan. “Tapi… bagaimana bisa? Bukankah ibu… sudah tidak ada?”

Wanita itu tersenyum lembut, matanya hangat namun menyimpan kedalaman misteri. “Aku memang telah lama pergi dari dunia kalian. Tapi bukan berarti aku benar-benar hilang.” Ia mengarahkan pandangan ke kolam ikan yang tenang, riak airnya memantulkan cahaya matahari pagi yang hangat. “Tempat ini… adalah jembatan antara dunia. Hanya mereka yang dipilih yang bisa datang ke sini.”

Alina melangkah maju, matanya berkaca-kaca. “Kenapa baru sekarang, Bu? Kenapa bukan saat kami sangat membutuhk—” suaranya tercekat, emosinya membuncah.

Wanita itu berdiri dari kursi taman, lalu memeluk Alina dan Aeron bersamaan. “Karena ibu ingin kalian bisa terputus dengan takdir kalian berdua sebagai penjaga gerbang dunia. Tugas kemarin adalah tugas terakhir kalian.”

Aeron mengangkat kepala, menatap ibunya. “Takdir? Maksud Ibu… apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kami bisa sampai di sini?”

Sang ibu menatap mereka dengan serius. “Karena kalian adalah penjaga gerbang dunia. Kekuatan kalian telah tersegel sejak kecil, dan

saat segel kalian terbuka belum waktunya tubuh kalian tidak mampu menanggung kekuatan itu, jadi raga kalian berdua sudah mati, saat ini kalian hanya roh saja.”

Angin lembut berhembus, membawa aroma bunga dan suara gemericik air. Tapi suasana hati Alina dan Aeron berubah. Mereka saling bertatapan terkejut, takut, tapi juga perlahan-lahan menerima takdir mereka berdua. Alina hanya merasa sedih karena harus meninggalkan neneknya seorang diri.

“Kami… sudah mati?" bisik Alina pelan.

Ibunya mengangguk. “Dan waktunya hampir tiba. Kalian harus memilih… tetap di sini, atau reinkarnasi di dunia lainnya. ingatlah ibu selalu menyayangi kalian berdua,”

Sebuah cahaya perlahan muncul di antara pepohonan taman, membentuk jalur yang tampak seperti portal bercahaya.

“Pilihlah dengan hati,” ujar sang ibu. “Apa pun yang kalian putuskan, Ibu akan tetap mencintai kalian.”

"Apa kami akan tetap bersama-sama, bu?" tanya Alina melihat Aeron yang menggenggam tangannya erat.

"Ibu, tidak tahu, tapi seandainya terpisah kalian akan tetap memiliki kekuatan untuk bisa bertahan di dunia kalian nantinya. jadi jangan takut, ibu akan berusaha tetap melindungi kalian dari atas sini," sahutnya lembut menatap kedua anaknya yang terpisah darinya sejak lahir.

Alina dan Aeron saling menatap, dan menganggukkan kepala mereka.

"Baiklah Bu, kami akan reinkarnasi saja,"

"Pilihan yang bagus sayang, pejamkan mata kalian berdua," sirene meletakkan ujung jarinya pada kening putra dan putrinya, sebuah cahaya masuk ke dalam nya. setelah itu Sirene menyuruh keduanya untuk membuka matanya.

"Sekarang pergilah, ke cahaya itu," tunjuk Sirene ke arah portal cahaya. Setelah memeluk dan mencium kedua anaknya sirene membimbing mereka hingga ke pintu portal.

"Pergilah sayang, jalani hidup kalian yang baru, teruslah berbuat kebaikan dengan kekuatan yang ibu berikan!" Alina dan Aeron menganggukkan kepalanya mengerti.

mereka membuka pintu dan masuk bergantian, mereka yakin akan bisa saling menemukan jika seandainya terpisah. yang tidak mereka tahu adalah bahwa semua ingatan masa lalu mereka sudah dihapuskan dan mereka tidak akan pernah mengingat masa lalu mereka berdua yang menyedihkan. Mereka akan hidup dengan orang tua mereka masing-masing dan membuat cerita mereka sendiri tanpa masa lalu yang mengiringi mereka.

***

Di sebuah kerajaan, lahirlah seorang bayi cantik yang selalu mereka tunggu-tunggu kelahirannya. Ratu aeris dan Raja Simon menunggu kehadiran bayi ini sangat lama, setelah hampir sepuluh tahun menanti akhirnya bayi yang mereka nantikan hadir.

Kelahiran seorang putri yang sangat cantik membuat rakyat bersuka cita, mereka merayakan dan memberi hadiah untuk putri kerajaan mereka, dengan harta yang mereka miliiiki. putri kerajaan ini di ramal akan melindungi dan membuat sejahtera kerajaan mereka yang selalu menjadi target penyerangan kerajaan lain karena kerajaan mereka yang subur dan sumber daya yang melimpah. namun karena seringnya mereka mendapat serangan musuh, membuat kehidupan kerajaan mereka menjadi sedikit sulit.

Raja Simon, melihat hadiah yang diberikan rakyatnya merasa terharu, dia tidak menyangka kalau kelahiran putri mereka membuat rakyat sangat senang, hingga rela memberikan hadiah di saat mereka juga sedang hidup sulit.

Raja Simon akhirnya menolak semua pemberian rakyatnya , dia tidak ingin rakyatnya semakin menderita karena memberikan harta mereka yang tersisa sebagai kado untuk putri mereka yang baru lahir.

Sesuai ramalan kelahiran putri mereka di tandai dengan hujan deras yang selama ini mereka nantikan, karena saat ini juga sedang musim kemarau hingga kekeringan melanda kerajaan mereka. Tidak hanya itu yang membuat ramalan mengenai putri kerajaan mereka menjadi kenyataan, Sawah yang kering, perlahan kembali menjadi hijau, sementara orang-orang yang sakit merasa penyakitnya langsung sembuh saat mereka terkena air hujan. Melihat keajaiban itu semua, rakyat semakin percaya kalau kelahiran Ratu Aeris membawa berkah bagi kerajaan yang saat ini sedang dalam krisis. Mereka yakin Kerajaan nantinya akan maju melebihi kerajaan lainnya.

***

"Uh, dimana ini? kenapa ramai sekali?" Roh Alina yang masuk ke dalam bayi yang baru lahir namun langsung meninggal, dan jiwanya langsung menempati tubuh kosong itu merasa bingung dengan keadaannya.

"Aku reinkarnasi menjadi bayi?? ah kenapa tidak langsung dewasa saja sih. bosan menjadi anak kecil terus!" ucap Alina namun yang terdengar hanya ah eh suara bayi.

"Oh astaga aku juga tidak bisa ngomong, bagaimana ini kalau aku menginginkan sesuatu?" keluh Alina dalam hatinya. Alina hanya bisa pasrah menerima nasibnya yang kembali menjadi bayi.

"Aku haus...haus....ingin minum, tolong berikan aku minum orang-orang dewasa!" panggil Alina namun yang terdengar suara rengekan bayi yang lama-lama menangis karena kesal tidak ada yang mengerti bahasanya.

Ratu Aeris yang tengah menggendong bayi kecilnya langsung panik saat mendengar tangisan yang keras itu. Wajah cantiknya memucat, takut kalau ada sesuatu yang salah. Dengan lembut, ia menggoyangkan tubuh kecil itu dan membisikkan kata-kata lembut.

“Tenang, Sayang… Ibu di sini. Ibu tahu kamu lapar, ya?” ucap Ratu Aeris sambil tersenyum, lalu memanggil pelayan istana untuk segera membawakan susu hangat.

Alina yang masih kesal karena tidak bisa berkomunikasi hanya bisa memandang sekeliling dengan tatapan bingung. "Oke, oke... tenang, ini bukan salah siapa-siapa. Aku cuma harus sabar. Sabar, Alina. Kamu pasti bisa jadi dewasa lagi… satu hari nanti," gumamnya dalam hati.

Saat susu diberikan padanya, tangisan Alina pun perlahan mereda. Ia menatap Ratu Aeris yang menimangnya penuh kasih sayang. Dalam hatinya, entah mengapa ada kehangatan yang tak bisa dijelaskan. "Apa ini... perasaan dicintai? Tapi… kenapa terasa berbeda? Rasanya seperti... aku benar-benar anak mereka."

**

Sementara itu, di tempat yang jauh dari kerajaan itu sebuah desa kecil yang dikelilingi pegunungan dan hutan rimba lahir seorang bayi laki-laki dari keluarga pemburu. Sang ayah, Goran, adalah pria kuat dengan luka-luka di seluruh tubuh, dan sang ibu, Risa, adalah wanita lembut dengan kekuatan penyembuhan alami.

Bayi itu lahir saat badai petir yang hebat mengguncang langit malam, seolah mengumumkan kedatangannya. Para tetua desa melihatnya sebagai pertanda bahwa anak itu membawa kekuatan besar yang kelak akan menentukan masa depan dunia.

**

Di balik tatapan bingung dan tangisan kecilnya, Aeron perlahan mulai sadar. Jiwanya kini berada dalam tubuh bayi laki-laki itu. Ia tidak langsung menangis seperti Alina, hanya mengerjapkan matanya dan mengamati keadaan sekitar.

"Ini... dimana?" pikirnya dengan perasaan bingung. Ia mencoba menggerakkan tangan kecilnya namun hanya bisa mengepalkan jemari mungilnya.

Risa, sang ibu, mengelus lembut kepala bayinya. “Dia tidak menangis… anak ini pintar sekali,” bisiknya pelan, menatap mata bayi itu yang tajam dan dalam seolah mengerti segalanya.

Goran, yang biasanya kaku, tampak terdiam memandangi anaknya yang tampan “Kau akan tumbuh jadi lelaki hebat putraku. Aku yakin itu.”

**

Waktu pun berlalu…

Alina tumbuh sebagai Putri Kerajaan dengan nama Putri Elaria, anak yang dikagumi semua orang. Meskipun tubuhnya masih kecil, ia sering kali menunjukkan kedewasaan dalam bertindak dan bicara. Banyak penasihat kerajaan yang tercengang melihat betapa bijaksananya sang putri sejak usia dini.

Sedangkan Aeron, yang kini bernama Rion, tumbuh sebagai anak pemburu tangguh. Ia jarang menangis, cepat belajar, dan tanpa sadar menunjukkan kekuatan fisik serta intuisi luar biasa yang tak lazim untuk anak seusianya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 16

    Putri Elaria memejamkan matanya, berusaha berbicara dengan tanaman yang ada di dekat mereka. "Apa kau melihat orang yang membakar sesuatu di sini?" tanya Elaria bertanya pada tanaman semak belukar yang ada di depan tempat pembakaran. "Iya, dia seorang pria yang memakai baju hitam dan wajahnya memakai topeng." Elaria membuka matanya perlahan. Angin seolah ikut menahan napas, menunggu reaksinya. "Topeng?" gumamnya. "Apakah kau tahu ke mana dia pergi setelah itu?" Tanaman semak itu bergoyang pelan, seolah merenung. "Dia membawa sesuatu yang dibungkus kain. Lalu berjalan ke arah timur… ke arah hutan kabut." Jantung Elaria berdetak lebih cepat. Hutan kabut adalah tempat yang tak banyak orang berani masuki. Terkenal karena kabutnya yang bisa membuat orang kehilangan arah dan ingatan. “Terima kasih,” ucap Elaria tulus. Ia berdiri dan memandang ke arah timur, terlihat berpikir. “Hmm, Ku rasa aku akan kesana besok saja, terlalu berbahaya jika pergi saat malam hari begini," gumam

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 15

    Beberapa hari kemudian, Setelah menempuh perjalanan yang berbahaya , mereka akhirnya sampai di kerajaan Nethara. Prajurit utusan kerajaan Nethara kemudian melaporkan kedatangan Putri Elaria dan rombongannya, Raja Veron dan para menteri menyambut kedatangan Putri Elaria dan rombongannya. "Selamat datang Tuan Putri Elaria, maaf kami terpaksa merepotkanmu untuk bersedia datang ke kerajaan ku ini," Raja Veron menyapa Putri Elaria ramah. "Terima kasih Yang Mulia Raja Veron atas sambutannya. Aku harap aku bisa membantu kerajaan ini," ucap putri Elaria membungkuk kan tubuhnya sedikit. "Kalian semua pasti lelah, biarkan pelayan memandu kalian ke kamar untuk beristirahat dulu, saat makan siang nanti baru kita mengobrol kembali," Raja Veron memanggil beberapa pelayan untuk mengantarkan tamu-tamunya ke kamar tamu. Putri Elaria menganggukkan kepalanya setuju, karena dia sendiri memang sedikit lelah dan ingin beristirahat dulu sebelum nanti akan menggunakan kekuatannya. Beberapa jam ke

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 14

    "Kak Leon, ayo makan dulu!" teriak Elaria memanggil Leonhart. Leon akhirnya duduk di samping Putri Elaria, walaupun terlihat canggung. Ia menerima sepotong roti dan secangkir kecil air yang disodorkan gadis kecil itu. "Makanlah kak!" ucap Elaria tersenyum manis. membuat Leon tersipu malu. Putri Elaria terlihat sangat cantik dan menggemaskan menurutnya. "Terima kasih, Tuan Putri," ucap Leon lembut. Putri Elaria mengerucutkan bibirnya sedikit, lalu menggeleng, "Jangan terlalu kaku begitu, panggil aku Elaria saja, Kak Leon, aku merasa jadi tua kalau kau memanggilku Tuan puteri," katanya setengah bercanda. Leon tertawa kecil, tawa yang jarang sekali terdengar. "Baiklah... Elaria," katanya akhirnya, menatap gadis itu dengan tatapan hangat. Mereka makan dalam diam untuk beberapa saat, ditemani suara angin sepoi dan desiran daun-daun. Kai, kuda hitam miliknya yang setia, duduk beristirahat di dekat mereka sambil meminum susu yang di berikan Elaria. Dia memandangi jalanan yang sep

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 13

    Putri Elaria dan rombongannya akhirnya memulai perjalanannya, dia naik di atas punggung Kai memacu kudanya lebih cepat, agar mereka cepat sampai ke ladang. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam akhirnya Putri Elaria telah sampai di ladang. Dia tidak menyangka penduduk Desa ini, pagi-pagi sudah bekerja membersihkan sisa panen dan mencangkul tanahnya kembali agar bisa di tanami lagi. "ah...Tuan Putri kau sudah datang!" ucap kepala desa, menatap gadis kecil di depannya penuh hormat. Putri Elaria turun dari kudanya, begitu juga dengan Xira dan Leonhart yang setia mengikuti di belakangnya. "Kepala Desa, ada apa ini? kenapa pagi-pagi warga desa ramai sekali ada disini?" tanya putri Elaria heran, mendekati kerumunan para warga yang terlihat sedang mencangkul ladangnya. "Ah...Tuan Puteri melihat hasil panen kemarin, semua warga jadi terlalu bersemangat, hingga kami ingin lahan ini bisa segera di tanami lagi," ucap kepala Desa tersenyum malu. Putri Elaria tersenyum, dia senang me

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 12

    Mereka semua sampai di istana saat malam hari, untung saja Elaria membawa bola cahaya dan memberikan sedikit kekuatannya agar bola cahaya itu dapat bersinat terang.. Setibanya di istana, gerbang besar Kerajaan terbuka perlahan, menyambut rombongan kecil yang baru saja kembali dari ladang. Cahaya bola sihir yang dibawa Putri Elaria berpendar lembut, menerangi jalan setapak berbatu yang mengarah ke pelataran istana. Para penjaga memberi hormat, sementara para pelayan segera datang menyambut dan mengambil alih kereta barang yang penuh dengan hasil panen. Kai berjalan gagah, meskipun masih sempat melirik ke arah keranjang buah, berharap ada apel tersisa. Tapi Elaria sudah memperingatkan dengan tatapan tajam yang membuat Kai langsung menunduk, pura-pura sibuk menjaga sikap sebagai kuda kerajaan yang bermartabat. Di dalam istana, Raja Simon menunggu di ruang singgasana, ditemani sang istri Ratu Aeris dan beberapa penasihat serta jenderal kepercayaannya. Matanya terlihat lelah, namun k

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 11

    Sementara itu, jauh di tanah tandus Nethara, Raja Veron berdiri di balkon tinggi istananya. Matanya menatap cakrawala yang mulai berubah warna menjadi kelabu kehijauan, pertanda bahwa makhluk-makhluk yang menyerang kerajaannya itu semakin mendekat ke pusat kerajaan. Angin malam di Nethara berembus pelan, dari celah-celah pegunungan yang jauh. Raja Veron menghela napas panjang, seakan ingin membuang segala beban yang menggumpal di dadanya. Ia tahu waktunya hampir habis rakyatnya tidak akan bisa bertahan karena mahluk yang datang menyerang kerajaan mereka membuat sumber mata air kering, hewan piaraan mati, tanaman yang mereka tanam mati semua, bahkan penyakit aneh tiba-tiba menyerang hampir semua rakyatnya, membuat para tabib kewalahan. Setelah Putri Elaria selesai menerima tamu kerajaan Nethara, dia bersama Xira meneruskan rencana melihat tanah yang akan di tanaminya untuk mengatasi bahan pangan saat kemarau nanti. Putri Elaria dan Xira menaiki kuda mereka masing-masing di ikuti pa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status