Share

Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar
Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar
Penulis: Wida Wianda

1. Bertemu kembali

Penulis: Wida Wianda
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-28 11:11:05

"Mama, aku mohon jangan bawa putriku! Aku sanggup menghidupinya, Ma." 

Seorang wanita berparas memikat yang baru saja melahirkan bersimpuh dan memegang kaki wanita lain yang sedang menggendong seorang bayi perempuan baru lahir. 

"Jangan egois, kamu! Ini adalah balasan karena kamu telah merebut putraku," hardik wanita dengan usia yang dua kali lipat dengan usianya. Wanita paruh baya itu menghentakkan kakinya agar ibu dari bayi yang digendongnya melepaskan kakinya. 

Setelah lepas, dia pergi dengan cepat agar tidak bisa dikejar. 

"Ma…. Aku mohon…!" 

Ratna, mertua dari wanita yang baru saja melahirkan itu, sama sekali tidak menoleh. Kabar kematian anaknya–Erlangga Edward membuatnya tega memisahkan ibu dan bayi yang baru  dilahirkan, yang tak lain adalah cucu dan menantunya. Bagaimana tidak, menantunya baru saja menyebabkan hilangnya satu generasi penerus dari dari Fredi Edward, pemilik perusahaan WANGS GOOD. 

Wanita bernama Sabrina yang sebelumnya berstatus sebagai istri sah dari Erlang itu masih menangis dan duduk di lantai saat ibu mertuanya sudah tak terlihat. Dua tangannya menyangga badan agar tidak jatuh tengkurap. Sementara kakinya tertekuk pada siku dengkul. 

Suster perempuan yang bertugas merawat Sabrina langsung keluar setelah melihat Ratna hilang dari pandangannya. Suster itu memang secara tak sengaja melihat drama antara mertua dan menantu yang terjadi di koridor Rumah Sakit setelah kembali mengambil obat-obatan untuk pasiennya.

Suster ber-name tag Susi itu langsung membantu Sabrina berdiri dan memapah lalu membawanya menuju kamar rawat. Setelah sampai di kamar dia membaringkan wanita yang wajahnya kini basah dengan air mata itu di kasur brankar. 

"Nyonya, sebaiknya istirahat dulu!" ujar sang suster lalu beranjak untuk menenangkan bayi di dalam box. Bayi itu menangis sedari tadi, saat saudara kembarannya dibawa oleh Neneknya. 

Tersadar dengan keadaan pasiennya yang masih tak kuasa menahan tangis, sang suster itu pun menyiapkan membuat ASI dari Sabrina yang sebelumnya sudah dipompa untuk bayi yang baru lahir itu. Setelah bayi merah itu tenang dan tidur kembali, sang suster berusaha untuk menghibur Sabrina.

Sejujurnya, sang suster merasa iri kepada pasiennya sendiri karena merasa bahwa mertuanya memiliki rasa sayang yang luar biasa kepada menantunya sendiri. Wanita itu melihat dengan matanya sendiri bagaimana Ratna sangat khawatir kepada Sabrina. Tapi, semuanya berubah ketika Ratna menerima kabar kematian anaknya sendiri. Ratna yang tadinya peduli dengan kondisi Sabrina justru membentaknya dengan kasar.

"Nyonya, saya memang kurang tahu dengan permasalahan yang sedang Anda hadapi. Akan tetapi, Nyonya harus semangat. Lihatlah, anak Anda begitu cantik dan masih butuh sosok ibu!" ujar Susi tersenyum. Dia sudah berada di depan Sabrina dan memperlihatkan wajah bayi merah itu. 

Sabrina mengusap air matanya, kemudian beralih duduk. "Kamu benar. Aku masih memiliki anakku yang satu lagi." 

"Coba, Nyonya gendong!" Susi tersenyum dan mengulurkan bayi itu pada Sabrina. 

Bayi mungil nan cantik itu tersenyum di pangkuan ibunya meski terlelap. Menyaksikan senyuman dan juga mata bayinya yang masih terlelap itu, Sabrina pun ikut tersenyum. 

"Senyummu seperti embun di pagi hari yang membasahi tanah gersang. Memperindah bunga dan dedaunan. Karena itu, Mama akan memberimu nama Embun Mentari." 

 ***

Setelah seminggu, Sabrina dan bayinya sudah diperbolehkan pulang. Karena Sabrina adalah yatim pitau dan tak memiliki sanak saudara di kota ini, dia memutuskan untuk membeli rumah kecil di pinggiran kota menggunakan uang tabungannya semasa kerja. 

Sebuah rumah minimalis satu lantai yang memiliki, dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, satu ruang tamu dan halaman yang luas menjadi pilihan Sabrina. Dia mendapatkan rumah itu dengan bantuan Susi, sang suster yang telah membantunya ketika bersalin. Sabrina juga menjaga hubungan keduanya, sehingga Sabrina dan Susi kini berteman dengan baik. 

Dengan sisa uang membeli rumah, Sabrina memulai usaha membangun toko tanaman hias. Setelah lima tahun, toko itu mulai membesar dan kini dia merasa mandiri dan bisa membiayai kehidupan dirinya dan sang anak.

Begitupun putri cantiknya, Embun Mentari. Bocah yang kerap disapa Tari itu tumbuh menjadi sosok gadis kecil yang imut, lucu dan juga aktif. Tak jarang gadis itu mengganggu karyawan Sabrina di sela pekerjaan. Karena itu, di tahun ajaran kali ini, Susi menyarankan pada Sabrina untuk memasukkan Tari ke paud. 

"Tante Susi…," panggil Tari saat melihat Susi pulang dan memasuki gerbang toko. Saat itu Tari baru saja selesai membuat satu karyawan Sabrina kelelahan karena terus mengajaknya bermain.

Susi menyambut Tari dengan merentangkan kedua tangannya. "Euummm, wanginya ponakan Tante yang cantik ini," pujinya sembari mencium rambut Tari. 

"Tante juga wangi, sudah mandi 'kah?" 

"Belum. Tapi tadi menggunakan sanitizer di seluruh badan Tante, agar tidak ada kuman yang ikut tante dan menular pada Tuan Putri yang cantik ini," gemasnya lalu melepas pelukan dan mencubit hidung Tari yang minimalis. 

"Sakit, Tante!" protes Tari mengerucutkan bibirnya mungilnya. Susi tertawa dan menggandeng Tari untuk masuk ke rumahnya. 

Kini, mereka sudah berada di dalam rumah Susi. Gadis kecil itu langsung melompat pada sofa ruang tamu seperti biasanya. Sementara Susi melepaskan sepatunya. 

"Tante, sekolah paud itu gimana sih?" tanya Tari dengan suara khas anak kecil yang menggemaskan. 

"Kamu mau sekolah?" Bukannya menjawab, Susi justru balik bertanya. 

Bersamaan dengan dia selesai melepas sepatu. Lalu meletakkan sepatunya di rak sepatu dan menggantung tasnya di tempat penggantungan tas di depan pintu kamar. 

"Mama bilang, besok Tari mau dimasukkan ke paud. Tadi tidak sengaja, Tari dengar Mama bicara di telepon." Sudut bibir mungil Tari melengkung ke bawah setelah mengatakan itu. 

"Kenapa sedih? Kan bagus kalau Tari sekolah, nanti banyak temannya." Susi yang baru saja selesai meletakkan tasnya kembali menghampiri Tari. 

"Tapi… kalau Tari kebelet pipis bagaimana, Tan?" Spontan Susi menepuk jidat.

***

"Asalamualaikum, Selamat pagi, Bu! Permisi! Saya Sabrina Maharani yang kemarin menghubungi yayasan ini via telepon," sapa Sabrina yang membuat wanita berhijab dan badannya sedikit gempal itu menoleh ke arahnya. Sebelumnya dia terlihat serius menatap laptop di depannya. 

"Oh iya, Bu Sabrina. Silahkan duduk!" sambut wanita berpipi chubby dengan pandangan teduh itu. 

"Wahh, anak Ibu cantik sekali!" puji wanita berhijab ungu itu setelah dia, Sabrina dan Tari duduk di sofa. 

"Terima kasih, Bu! Benarkah ini dengan pemilik yayasan PAUD RUMAH MUTIARA?"

"Benar Bu Sabrina. Anak–anak biasa memanggil saya Bunda," jawabnya lalu beralih menatap Tari yang sedari tadi menatap lemari kaca berisi banyak piala. Dia mengagumi benda baru yang pertama kali dilihatnya itu. 

"Hai anak cantik! Bunda boleh tahu nggak siapa namamu?" Namun, Tari tidak menjawab karena fokus menghitung piala dalam hati. 

Sabrina menyenggol Tari dan mengisyaratkan kalau Bunda Asih bertanya padanya. 

"Ibu gendut mau kenalan dengan saya?" ceplos Tari dengan polosnya dan membuat Sabrina menutup wajahnya menggunakan tas. Ingin sekali rasanya bersembunyi ke dasar bumi. 

Sedangkan wanita yang kerap dipanggil Bunda itu hanya tersenyum dan menahan tawa melihat kejujuran anak kecil di depannya. Sama sekali dia tidak tersinggung dengan ucapan Tari. 

"Iya, Sayang! Boleh 'kan?" 

"Boleh. Namaku Tari, Ibu. Kata Mama nama lengkapku Embun Mentari. Kalau nama Ibu?" Tari balik bertanya.

"Nama saya Asih dan Tari bisa memanggil saya Bunda. Mau 'kan?" 

Tari mengangguk. 

"Bunda, saya minta maaf ya! Anak saya kalau ngomong memang suka ceplas–ceplos." Sabrina malu dan sungkan karena Tari tadi mengatainya 'gendut'. 

"Selamat pagi, Bunda!" sapa seorang anak perempuan kecil dari pintu dan menghentikan Bunda Asih saat hendak menjawab. 

Spontan Ratna menoleh ke arah pintu. Matanya membulat sempurna saat melihat seorang pria di belakang anak kecil itu. 

"Mas Erlang?" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   51. Ending season 1

    "Mama!" "Papa!" Teriak Tari dan Bukan secara bersamaan. Mereka berlari sembari merentangkan tangan pada Bia dan Erlangga. Meskipun baru pulang dari rumah sakit, kondisi Erlangga benar-benar sehat saat ini. Jadi dia memutuskan untuk menjemput kedua gadis kecilnya. Tentu saja dengan meminta bantuan sopir untuk menjemput. Erlangga dan Bia sama-sama berlutut untuk menyambut masing-masing putrinya. "Umm, ceria sekali dua putri Mama," ujar Bia yang mencium pipi Tari. Kemudian, Tari beralih memeluk Erlangga dan begitupun pada Bulan. Kembaran Tari itu ganti memeluk Bia. Erlangga membantu kedua gadis kecil itu masuk ke mobil sembari mereka bercerita tentang kegiatan di sekolah. "Ma, tadi Tari dapat bintang lima loh! Kata Bu Guru, hasil mewarnai Tari rapi dan bagus.""Bulan, juga! Bulan, juga! Bulan juga mendapat bintang lima. Bu Guru juga memuji gambar Bulan." "Benarkah? Karena kedua putri Papa mendapat nilai bagus, bagaimana kalau kita merayakannya?" sahut Erlangga yang antusias deng

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   50. Kamu Menyebalkan!

    "Apa katamu?" Erlangga menyerengit. Dia tidak terlalu mendengar karena suara Bia sangat pelan. "Aku tadi mengucapkan semoga cinta kita bisa langgeng. Kenapa?" Bia mengira Erlangga tidak mendengar gumanannya yang samar. Jadi hatinya dag-dig-dug takut Erlangga benar-benar mendengar. "Benarkah?" "Memangnya kamu mendengar aku berkata apa?" Bia berusaha untuk tidak gugup. "Lupakan saja! Ayo kita mandi lalu makan. Aku yakin kamu pasti belum makan." Wanita itu bersyukurlah, Erlangga benar-benar tidak jelas mendengar. "Hum. Aku sangat lapar sekarang." ***Wajah Ratna memerah bak tomat menahan marah melihat putra dan menantunya, turun dari tangga bergandengan tangan dan bercengkrama. Tangannya yang berada di atas sofa terkepal erat hingga buku-buku tangan terlihat. "Selamat siang, Ma!" sapa Erlangga. Ratna kembali melipat koran yang dibaca setelah Bia dan Erlangga sudah di samping sofa. Wanita yang telah melahirkan Erlangga itu hanya menatap keduanya dengan wajah sinis tanpa senyum.

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   49. Mendapatkan yang lebih sempurna

    Erlangga terus menatap pintu dan menunggu sosok yang diharapkan datang. Akan tetapi, setelah dua detik waktu yang terlewat dari waktu yang diberitahukan, orang itu belum juga muncul. "Bia kemana sih?" gerutunya sambil berkali-kali mengecek ponsel. "Harus berapa kali Mama bilang kalau istrimu itu tidak akan datang. Tadi pagi aja, waktu Mama ke kamarmu untuk memberitahunya, dia masih tidur pulas," sahut Ratna yang mengemas pakaian Erlangga. Erlangga hanya diam karena sulit percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibunya. Menurutnya, Sabrina tidak seperti itu. "Tuh kan! Kamu tidak percaya dengan ucapan Mama." Ratna kembali berucap sinis. Keadaan menjadi hening. Bahkan sampai di depan rumah, ibu dan anak itu hanya bicara seperlunya. Saat memasuki rumah, Erlangga mendapati keadaan rumah yang sepi. Dia heran karena tidak biasanya seperti ini. Hanya Sumi yang menyambutnya di depan pintu. "Bi, kemana Bia dan anak-anak?" tanya Erlangga padanya sedikit sinis. "Neng Bia masih di kamar, Den

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   48. Nomor tak dikenal

    Saat senja mulai tampak, Fredy memutuskan untuk kembali. "Cepatlah sembuh! Maaf jika nanti, mungkin Papa tidak bisa mengunjungimu lagi." Pria paruh baya itu tersenyum sangat manis pada Erlangga. "Ini adalah uang terakhir tabungan Papa. Jika uang itu sudah habis, mungkin Papa tidak bisa menengokmu lagi." "Kenapa terburu-buru, Pa. Memang Papa tidak merindukan Tari dan Bulan? Mereka berdua sangat merindukanmu." Meskipun ada masalah diantara mereka, tetapi Erlangga masih enggan menerima kalau kenyataan kalau Fredy memilih untuk hidup sederhana di kota kecil yang mungkin terpencil."Papa titip pesan, bilang kalau kakeknya ini juga merindukan mereka. Tapi kamu yakin tidak ada masalah dengan istrimu? Papa hanya khawatir kalau Mamamu kembali membuat ulah." Fredy sedikit menurunkan nada bicaranya. Memang, Ratna tidak berada disana. Namun dia tetap takut ada orang lain yang mendengar. "Nanti setelah pulang, aku akan menyelidiknya, Pa." "Ya sudah, jaga dirimu dan juga keluargamu baik-baik

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   47. Merebutmu!

    Tabrakan tak bisa di hindari. Mobil Erlangga terpenjal jauh dan berguling ke depan. Jika tidak ada pembatas, sudah dipastikan akan jatuh ke jurang. Beberapa saat lalu saat berada di kios sate padang, ada seseorang yang membututi mereka di belakang. Seperti kejadian saat mereka makan mie ayam bakso. Namun pria misterius itu tidak mempotret atau memfoto mereka diam-diam. Melainkan melakukan sesuatu pada mobil Erlangga. "Akhirnya punya kesempatan juga. Kalau tidak, sudah pasti Bos Elvano yang akan menggorok leherku." Hanya beberapa menit pria itu selesai mengutik mobil Erlangga. Pria yang mengenakan hodie hitam itu memotong kabel rem mobil. Erlangga dan Sabrina sama sekali tidak curiga karena tidak ada yang mencurigakan. Pria itu sama sekali tidak meninggalkan jejak yang membuat curiga. Rencana Elvano semakin sukses saat ada sopir truk dari arah yang berlawanan sedang mengantuk. Kedua mobil itu sama–sama tidak bisa menghindar dan saling bertabrakan. Erlangga sudah berusaha sekuat

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   46. Mas, awas!

    Susi mengatakan itu sembari menatap Sekar dan Leon secara bergantian. Mata jelas penuh harap. Sementara Sekar dan Leon saling padang dan diam sesaat. Tanpa diduga, kemudian mereka tertawa cukup keras. Membuat Susi mengerut heran. Awalnya dia mengira akan banyak pertimbangan dari keduanya. Siapa sangka dugaannya salah. "Tentu saja kami setuju, Sayang. Kami sudah mengenal Farhan. Semenjak kamu pergi, Kakakmu sering mengajak temannya berkunjung ke rumah." Saat itu, Susi dan Aldo tidak mengumbar hubungannya pada siapapun termasuk para sahabat masing-masing. Aldo tidak mengenalkan Susi dengan sahabatnya. Waktu kuliah, Aldo adalah orang yang paling tertutup diantara ketiga sahabatnya. Pun ketiga sahabatnya itu tidak pernah mempertanyakan masalah Aldo. Prinsip mereka, tidak akan ikut campur jika tidak diminta. Makanya, persahabatan itu selalu langgeng sampai sekarang."Terima kasih, Bunda, Papi. Kalau begitu aku panggil Farhan kesini ya?" tanya Susi. Terdengar memang meminta persetujua

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   45. Kalian memberi restu 'kan?

    Sekar menangis dan tangisan itu menular pada Susi. Keduanya menangis hingga menimbulkan suara. Seakan keduanya lupa dengan banyak orang yang berada di gedung ini. Leon juga terkejut saat melihat Susi berdiri disana bersama temannya Aldo. Melihat istrinya dan Susi berpelukan, Leon juga ikut memeluk mereka. Sontak, semua orang disana memandang ketiga orang yang sedang berpelukan itu. "Maafkan Bunda, Sayang!" lirih Sekar sekali lagi. "Maafkan Papi juga, Nak!" "Susi juga minta maaf, Bunda, Papi. Maafkan Susi karena hal itu, Susi marah dengan kalian." Orang-orang di sekeliling mereka merasa haru. Namun, Zaskia dan Papinya merasa aneh. Apa hubungan keluarga Richard dengan calon istri Farhan? Santoso-ayahnya Zaskia juga bertanya-tanya dalam hati. "Keluarga kalian mengenal temannya Kak Bia?" tanya Zaskia setelah menyenggol Aldo. "Susi adik angkatku," jawab Aldo datar yang tatapannya tetap tertuju pada orang tuanya dan Susi. "Apa?" Zaskia dan Santoso tertegun sejenak. Setelah puas

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   44. Maafkan Bunda, Sayang!

    Erlangga memukul stir mobil saat sudah berada di depan rumahnya. Dia benar–benar tidak menyangka kalau Elvano akan mengkhianatinya seperti ini. Padahal, saat Fredy memilih untuk mengundurkan diri dan pergi bersama istri barunya, dia sudah memiliki rencana untuk membujuk Ratna agar meminta Elvano yang mengurus perusahaan itu. Biar bagaimana pun, Elvano juga berhak atas perusahaan itu. Karena dia juga sama-sama cucu dari keluarga Kusuma. Ratna dan ibunya Elvano adalah kakak beradik, meskipun dari ibu yang berbeda. Selain itu, Erlangga juga memiliki perusahaannya sendiri. Dia sama sekali tidak serakah. Namun, Elvano terlalu tidak sabar. Bahkan dia juga berani ingin merebut Sabrina darinya.Untuk mengatasi hal seperti ini, teman yang bisa diandalkan Erlangga hanya lah Aldo. Dia satu–satunya teman yang memiliki koneksi pada bidang mafia dan hacker yang mumpuni. "Pasti dia sedang sibuk dengan rencana pernikahannya. Seharusnya aku tidak menganggunya sekarang." Monolognya sembari kembal

  • Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar   43. Rencana selanjutnya

    Erlangga mengerutkan keningnya seraya menatap nomor yang tertera di layar ponselnya. Pikirannya seakan sedang memikirkan sesuatu yang rumit. Pria itu berjalan keluar. Saat melawati ruangan sekretarisnya dia mengatakan, "Anggia, undur rapatnya menjadi jam sebelas siang." "Baik, Pak!" Sesampainya di dalam mobil, Erlangga kembali mendapat pesan dari nomor misterius tadi. (Kamu ingin menemuiku bukan? Aku berada di Vila dekat pesisir pantai dua kelapa.)Erlangga membaca pesan itu tanpa berniat membalasnya. Kemudian dia melajukan mobilnya ke alamat yang di dalam chat. Awalnya dia ingin meminta bantuan Aldo untuk melacak nomor misterius itu. ***Sementara itu, pria yang berada di villa sedang meneguk segelas kecil vodka. Wajahnya terlihat mengerut setelah meminumnya. "Anak muda, kamu telah menjalankan tugasmu dengan baik. Sekarang katakan, apa yang kamu inginkan?" tanya pria paruh baya yang baru saja meneguk minuman beralkohol itu. "Permintaan saya tidak banyak, Tuan Redd. Saya hanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status