Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar

Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar

By:  Wida Wianda   Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
51Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lima tahun dikabarkan meninggal dunia, kini sosok itu berdiri tegap di hadapan Sabrina. Wajah, nama ,postur tubuh dan suara yang sama. Dia benar-benar Erlangga suaminya, tapi dia sama sekali tidak mengingat Sabrina dan masa lalu bersama. Ternyata, ibu mertuanya telah membuat skandal untuk memisahkan mereka. Akan tetapi ,takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah Sabrina memperjuangkan Erlangga kembali? Atau dia akan menyerah dan kembali menjauh?

View More
Gadis Kembar Membuat Cinta Kembali Berlayar Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Wiwik Widayanti
semangat terus kak. semoga sukses
2023-02-21 13:22:40
2
default avatar
Wiwik Widayanti
keren kak, semangat nulisnya.
2023-02-10 10:28:36
2
51 Chapters
1. Bertemu kembali
"Mama, aku mohon jangan bawa putriku! Aku sanggup menghidupinya, Ma." Seorang wanita berparas memikat yang baru saja melahirkan bersimpuh dan memegang kaki wanita lain yang sedang menggendong seorang bayi perempuan baru lahir. "Jangan egois, kamu! Ini adalah balasan karena kamu telah merebut putraku," hardik wanita dengan usia yang dua kali lipat dengan usianya. Wanita paruh baya itu menghentakkan kakinya agar ibu dari bayi yang digendongnya melepaskan kakinya. Setelah lepas, dia pergi dengan cepat agar tidak bisa dikejar. "Ma…. Aku mohon…!" Ratna, mertua dari wanita yang baru saja melahirkan itu, sama sekali tidak menoleh. Kabar kematian anaknya–Erlangga Edward membuatnya tega memisahkan ibu dan bayi yang baru dilahirkan, yang tak lain adalah cucu dan menantunya. Bagaimana tidak, menantunya baru saja menyebabkan hilangnya satu generasi penerus dari dari Fredi Edward, pemilik perusahaan WANGS GOOD. Wanita bernama Sabrina yang sebelumnya berstatus sebagai istri sah dari Er
Read more
2. Makan es krim
"Mas Erlang?!" Seketika Sabrina mematung dan larut dalam keterkejutannya. Tubuhnya terasa disengat ketika menyaksikan pria yang pernah memiki peran di kehidupannya. Wanita itu tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa berdiri di hadapannya sekarang? Pria berambut hitam yang saat ini memakai jas lengkap itu melangkah mendekati mereka. Namun mata Sabrina masih tertuju di mana pria itu berdiri dan mengucap salam. "Ehh, Pak Erlangga dan Nak Bulan. Mari silahkan duduk!" sambut wanita sedikit subur itu yang kemudian berdiri dan menunjuk sofa yang di sebelah Sabrina dan Tari. Sabrina semakin terkesiap saat Bunda Asih menyebut pria itu dengan nama 'Erlangga'. "Nyonya, anda baik–baik saja?" Deg! Jantung Sabrina seakan hendak lari dari tempatnya saat mendengar suara itu. Wajahnya begitu pucat dan deru napasnya masih tak beraturan. "Eh, i–iya. Saya baik–baik saja," jawab Sabrina tergagap seraya menetralkan gemuruh dalam dada. Sabrina
Read more
3. Menculik Tari
Setelah selesai berbicara pada orang di seberang teleponnya, pria itu melajukan mobilnya. Sementara itu, Sabrina masih bercanda dengan Tari. "Iiihhh! Anak Mama sekarang sudah berani nyuekin Mama," ujarnya sembari menggelitik Tari. "Ampun, Ma! Ampun!" gelak Tari berusaha melepaskan diri. Cukup lama mereka bergurau dengan canda tawa. Kebahagiaan itu menular pada karyawan, sehinggga mereka ikut tersenyum. Seorang wanita yang mengenakan seragam putih berbalut cardigan juga tas kecil menaut pada lengan kirinya menghampiri mereka. Dia adalah Susi, seseorang yang membantu Sabrina selama ini. "Seru banget, ada apa sih?" tanya Susi dengan senyuman dan wajah tanda tanya. Sabrina dan Tari diam sejenak beralih menatap Susi. Kesempatan Tari untuk melepas diri dari pelukan ibunya yang di selingi gelitik. "Tante, tolong aku!" ujar Tari yang berlari menuju pelukan Susi sembari tertawa. Sabrina mengejar Tari. Akhirnya Susi pasrah karena Sabrina dan Tari mengelilinginya. "Mbak, ada ya
Read more
4. Aku merindukanmu, Mas!
Lalu Ratna melihat Erlangga berdiri agak jauh di belakang Sabrina dan sedang tersenyum padanya. "Mama," panggil Erlangga seraya melambaikan tangan pada Ratna. Bergegas Ratna mengakhiri pembicaraannya dengan Sabrina sebelum Erlangga menghampirinya. "Ingat baik-baik, jangan pernah ganggu kehidupan Erlangga lagi." Bisikan yang terdengar lembut tapi mampu menusuk hati Sabrina hingga dalam dan terasa ngilu. Kemudian Erlangga menggandeng tangan Mamanya ke dokter spesialis langganan Ratna periksa kesehatan. "Mama mengenal wanita tadi?" tanya Erlang saat mereka berjalan di lorong. "Tidak. Mama tidak mengenalnya. Tadi secara tidak sengaja Mama menabraknya dan kami sedikit berbincang," jawab Ratna berbohong. "Memangnya kenapa?" Ratna bertanya lagi. "Tidak. Hanya tanya." Erlang tidak percaya dengan jawaban ibunya. Wajahnya sulit diartikan. Erlangga tahu jika Mamanya berbohong dan memilih tidak mengatakan kalau dia kenal dengan Sabrina. Tanpa berkatapun, Erlangga dapat melihat dari sorot
Read more
5. Kebohongan Ratna
Kalimat Erlangga menggantung karena mendapat pelototan mata dari Sabrina. Wanita itu khawatir jika kedua anak gadis yang masih polos ini berpikir yang tidak–tidak. Tari dan Bulan juga sontak menoleh ke Erlangga saat dia mengatakan kata 'memeluk'. Tentu saja pemikiran keduanya tidak polos lagi. Mereka justru mengharapkan jika Sabrina dan Erlangga bersama. "Cieee, maksud Papa, Tante Sabrina meluk Papa ya?" goda Bulan dengan menyipitkan mata dan lengkungan senyum. "Mama suka sama Papanya Bulan ya?" Tari ikut–ikutan menggoda kedua orang dewasa itu. Pipi Sabrina memerah seperti kepiting rebus. Sedangkan Erlangga tersenyum canggung dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal."Kalian masih kecil, jangan berpikir yang tidak–tidak. Bulan, jangan dengarkan Papa kamu. Dan kamu Tari, jangan menggoda Mama lagi, atau Mama akan panggil dokter biar kamu disuntik lagi." ***Keesokan harinya, Tari sudah diperbolehkan pulang. Semalam, Susi datang menjenguk sekalian membawa baju ganti untuk Sabrina. S
Read more
6. Tawaran
Wanita berbadan ramping itu mendongakkan kepalanya untuk menatap langit. Lalu dia memejamkan mata dan menghirup udara sebanyak–banyaknya. Saat matanya terpejam, muncul wajah Erlangga, Tari dan Bulan tersenyum kepadanya. "Aku harus bagaimana, Mas? Harus kah aku pergi jauh darimu, setelah mengetahui kalau kamu masih hidup?" "Kenapa pula kamu lupa ingatan?" Setelah dua hari berlalu, Sabrina sudah memikirkan matang–matang keputusan tentang Erlang. Saat ini juga, Tari sudah pergi ke sekolah. Gadis kecil itu benar–benar tak sabar untuk kembali ke sekolah. Padahal dia baru sehari masuk. "Bulan!" teriak Tari saat melihat Bulan turun dari mobil. Lalu Erlang juga turun setelah Bulan. Kedua orang yang usianya terpaut jauh itu menatap Tari dan Sabrina secara bergantian. Bulan menatap Sabrina sekilas lalu beralih pada Tari yang masih diperban bagian tangannya. Sementara Erlang, menatap Tari sekilas lalu menatap Sabrina dengan senyuman yang menawan. "Tari sudah sembuh?" tanya Erlan
Read more
7. Niat Menggoda justru tergoda
Sabrina tersenyum canggung saat wanita itu berujar. "Emm, maaf ya, Mamanya Felix! Sebenarnya kami bukan satu keluarga." "Yah, padahal kalian itu cocok banget loh. Apalagi Tari dan Bulan memiliki wajah yang serupa, sudah seperti saudara kembar. Cocok banget menjadi keluarga kecil," ujar Hesti yang merupakan teman Riri–Mamanya Felix. "Sebenarnya, kami memang satu keluarga, Bun," ujar Sabrina dalam hati. Tidak mungkin dia mengucapkan itu melalui lisannya, karena Erlangga ada di sampingnya. Jadi, Sabrina hanya memaksakan senyuman. "Doakan saja Bu–Ibu, semoga nanti kami menjadi satu keluarga yang samawa," sahut Erlangga tiba-tiba. Dan itu membuat Sabrina tertegun beberapa saat. Serempak para ibu–ibu disana mengucapkan 'amin'. "Yukk, kita pulang!" ajak Erlang yang kemudian menggandeng tangan Sabrina yang masih sedikit nge-blank. Tari dan Bulan sudah dulu berjalan di depan mereka. Kedua gadis itu saling bergandengan tangan. "Kamu kenapa?" tanya Erlangga saat melihat ekspresi Sabrin
Read more
8. Pertemuan Tak di Sengaja
"Nekat kamu ya? Tapi tidak masalah. Karena kamu memilih untuk memperjuangkan anak saya, maka bersiaplah untuk kehilangan kedua anakmu." Dengan sinis Ratna mengatakan itu pada Sabrina. Kemudian dia mengambil blackcard yang berada diatas meja dan pergi. Jus yang dipesannya bahkan belum disentuh sama sekali. Sabrina mengembuskan napas kasar. Seakan dia baru saja keluar dari tahanan yang pengap udara. "Ya Tuhan, balikkan hati Mama untuk menerimaku dan Tari kembali." Sabrina memutuskan untuk pulang. Dan Sesampainya di rumah, dia langsung memeluk Tari. "Eumm, wanginya anak Mama. Sudah mandi ya?" tanya Sabrina yang masih berjongkok di depan Tari. "Sudah dong, Mbak Bela tadi yang mandiin aku." "Yaudah, Mama mandi dulu ya. Nanti kita makan siang bersama." Sabrina berdiri dan bersiap untuk berdiri lagi. "Oke, Ma." Tari mengacungkan jempolnya pada Sabrina lalu berlanjut main boneka lagi. Karena pertemuan dengan mantan mertuanya cukup lama, Sabrina memilih untuk memesan makanan me
Read more
9. Om mau menikahi Mama?
"Mama kenapa?" Ratna menjadi salah tingkah karena tiba–tiba menggebrak meja. "Maaf! Mama rasa, migrain Mama kambuh," ujar Ratna berbohong. Tentu saja dia takut kalau Sabrina mengatakan hal yang tidak–tidak dan membuat Erlangga curiga padanya. "Benarkah?" Ratna mengangguk karena ingin segera pulang. "Bisakah kita pulang sekarang?" "Papa, aku masih mau main sama Tari. Boleh ya, Pa?" "Tidak! Bulan ikut pulang Oma sama Papa!" tolak Ratna kasar secara refleks. Wajah Bulan menjadi sangat, menyedihkan. Matanya mengembun dan bersiap untuk menangis. "Waktu saya sedang luang, Nyonya. Bulan boleh ikut ke rumah saya untuk bermain dengan Tari. Kebetulan, anak saya itu suka usil sama kalau di rumah. Ya, karena dia tidak memiliki teman." Mata kecil Bulan langsung berbinar saat mendengar Ratna tidak keberatan. "Tidak! Oma bilang tidak ya tidak!" Lagi–lagi, Ratna membentak Bulan hingga membuat Tari bersembunyi di belakang Sabrina. Akan tetapi, Bulan berbeda, Dai tidak mendengark
Read more
10. Makan Malam Keluarga
Pipi Sabrina memerah setelah tatapannya dengan tatapan Erlangga bertemu. Buru–buru dia menundukkan pandangannya agar tidak semakin kentara perasaan tak menentu ini. "Bu Bos, ada seseorang yang datang dan katanya adalah mitra bisnis Bu Bos." Luna tiba-tiba datang dan menganggu reuni keluarga kecil yang hanya Sabrina yang mengetahuinya. "Siapa?" Seorang pria berpakaian setelan jas hitam datang dan berdiri di belakang Luna. "Selamat sore, Bu Sabrina," sapa pria tersebut. Luna sangat terkejut karena tiba-tiba pria itu sudah di belakangnya. Erlangga menautkan dua alisnya. Begitupun pria itu saal melihat Erlangga dan Bulan. "Elvano?" "Om El!" Seru Erlangga dan Bulan secara bersamaan. "Kalian kenal?" tanya Sabrina bingung. "Kak Erlangga adalah sepupuku," jawab pria yang bernama Elvano itu. Sabrina membulatkan mulutnya dan membentuk huruf 'o'. Tanpa di persilahkan, Elvano duduk di samping Erlangga. Dia sudah seperti layaknya kerabat Tuan rumah. "Tari, Bulan, kalian
Read more
DMCA.com Protection Status