Share

4. MIKE KEPAYAHAN

"Jessie, kau pindah tempat dan bersiaga di balik kemudi. Aku akan turun untuk meladeni pria itu!" ucap Mike tajam dan penuh penekanan, terdengar seperti perintah yang tidak terbantahkan.

"Aku tidak akan membiarkanmu bertarung sendiri, Mike. Kau sadar kau ini ceroboh! Aku akan ikut turun." Jessie menolak pada apa yang diperintahkan Mike.

"Tolong patuhlah! Aku sudah berjanji pada Jack akan melindungimu, memastikan kau aman. Jadi bantu aku menepati janjiku itu, tolong." Nada bicara Mike terdengar sangat serius.

Jessie menghela napas mendengarnya. Dia mengalah, namun tetap akan memasang sikap waspada.

"Kembalilah dengan selamat. Selagi bisa, hindari pertarungan. Jika terpaksa bertarung, jangan gunakan sikap cerobohmu itu!" pesan Jessie tak kalah serius.

"Akan aku usahakan." Tanpa banyak kata, Mike langsung keluar dari mobil dan menghadapi pengemudi mobil yang menghadangnya.

"Aku pikir kau pria yang memiliki etika, namun dengan caramu menghadang mobilku seperti ini, kau tidak terlihat memiliki sopan santun, Tuan Matthew!" Mike mengangkat satu sudut bibirnya, tersenyum miring dibarengi dengan ucapan sinisnya, ditujukan pada pria yang kini terlihat menatapnya dengan penuh kebencian.

"Ck! Aku memang sedang tidak ingin bersopan santun denganmu, Tuan Michael!" balas pria bernama Matthew itu dengan tajam.

"Jadi? Apa yang membuat pria terhormat sepertimu ini bersikap tidak sopan seperti sekarang, Tuan? Jika kau membutuhkan bantuanku, kau bisa katakan dengan baik-baik, bukan?"

"Aku tidak butuh bantuan siapa pun, termasuk bantuanmu!"

"Oh, benar! Kau pria yang hebat, kau tidak mungkin membutuhkan bantuan dariku, pria yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirimu." Meskipun ucapannya merendah, namun nada bicara Mike terdengar mengejek. "Lalu, apa tujuanmu menghadangku?"

"Serahkan proyek itu padaku!" Tanpa basa-basi, Matthew langsung melontarkan tujuannya dengan jelas.

Mike tertawa sumbang. Dia sudah sangat yakin bahwa hal seperti ini akan terjadi. Suatu hal yang sudah sering terjadi dan sebetulnya ia sudah mengantisipasi. Namun ia tidak menyangka yang akan melakukan hal itu kali ini adalah Matthew.

"Jika kau menginginkan proyek itu, mengapa kau tidak berusaha dengan keras untuk memenangkannya? Aku sudah susah payah untuk mendapatkan proyek itu, mana mungkin aku menyerahkannya padamu? Apa kau pikir itu masuk akal?"

"Aku tidak peduli! Aku sangat menginginkan proyek itu, dan karena kau yang telah mengambil proyek itu dariku, maka kau harus menyerahkannya padaku!" Kedua tangan Matthew terkepal kuat, bersiap untuk melayangkan tinju dan memulai pertarungan, karena ia yakin Mike tidak akan mau dengan mudah menyerahkan proyek yang telah dimenangkannya.

"Tidak akan!" balas Mike singkat, namun tegas.

"Baiklah jika itu maumu, sepertinya kau lebih menyukai kekerasan!" ujar Matthew lantang, kemudian pria itu segera menyerang Mike.

Matthew telah bertekad untuk mendapatkan proyek itu bagaimana pun caranya, hingga dia berpikir jika dia bisa melumpuhkan Mike maka proyek itu akan bisa dia dapatkan.

Pukulan demi pukulan dilayangkan Matthew secara bertubi-tubi, dan Mike tidak membalas menyerang, dia hanya bertahan dan menangkis serangan. Bibirnya terus berbicara, berusaha membuat Matthew menghentikan penyerangannya, dan mengingatkan bahwa dia tidak akan pernah menyerahkan proyek itu pada Matthew apa pun yang terjadi.

Namun Matthew sama sekali tidak mengindahkan semua perkataan Mike. Dia terus menyerang Mike dengan bertubi-tubi. Karena merasa ceramahnya tidak mempan, maka kini Mike mulai melakukan perlawanan. Ia tidak hanya dalam mode bertahan, namun kini ia mulai menyerang seperti apa yang dilakukan Matthew sejak tadi.

Di dalam mobil, Jessie memperhatikan pertarungan keduanya dengan seksama. Ia mengamati gerak-gerik Matthew, khawatir tiba-tiba laki-laki itu mengeluarkan senjata untuk melukai Mike.

Ponsel Jessie berdering, terpaksa ia mengalihkan perhatiannya dari pertarungan antara Matthew dan Mike sesaat.

Telepon dari Jack, Jessie segera mengangkatnya.

"Hebat, kalian berhasil memenangkan proyek itu." Suara Jack terdengar tanpa basa-basi ketika sambungan telepon terhubung.

"Berita itu sudah sampai padamu? Cepat sekali!"

"Tentu saja! Aku mendapat pesan selamat tiada henti."

"Itu kerja keras Mike."

"Aku tahu. Jadi, kalian sudah kembali? Haruskah kita merayakan kemenangan Mike?" tanya Jack terdengar antusias dan bangga.

"Ide bagus! Ya, kami tengah berada dalam perjalanan pulang, namun seseorang menghadang kami. Kau tahu, seseorang dengan hati yang kotor menginginkan proyek itu dan ingin merebutnya dari Mike," jelas Jessie yang matanya tidak lepas memperhatikan pertarungan.

"Dia bukan lawan yang mudah untuk dihadapi, tapi Mike memintaku bersiaga di dalam mobil saja. Dia bilang dia berjanji padamu. Janji apa itu?"

Jack mencibir pelan. "Aku tidak akan menjelaskan hal itu untuk saat ini. Kirimkan lokasi kalian sekarang! Aku segera menyusul."

"Tapi, bukankah kau bilang sedang tidak enak badan? Aku bisa menangani di sini."

"Aku sudah lebih baik. Ini perintah, jadi laksanakan!"

Jessie tidak bisa berkata tidak mendengar suara tegas Jack. "Baik!"

Jack mengakhiri panggilan, dan Jessie segera mengirimkan lokasinya seperti permintaan Jack.

Pertarungan di luar semakin sengit, Matthew benar-benar orang yang kuat. Jessie melihat beberapa kali Mike harus menerima tinju dari Matthew, menyebabkan sudut bibirnya pecah dan berdarah, serta terbatuk-batuk sambil memegangi perutnya yang mendapat tendangan kuat dari Matthew.

Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Mike dan Matthew semakin tertawa puas, merasa ia akan memenangkan pertarungan itu dan dia bisa memaksa Mike untuk menyerahkan proyek itu padanya. Dia kesakitan dan mulai kehabisan energi, namun dia tetap tidak menyerah.

Melihat hal itu, Jessie tidak bisa tinggal diam. Gadis itu melanggar larangan Mike dan segera turun dari mobil untuk membantu Mike.

Mike kembali mendapat pukulan telak, membuatnya jatuh tersungkur. Matthew mendekat dan hendak menginjak punggung Mike yang masih belum bangkit. Namun Jessie tidak membiarkan hal itu terjadi. Jessie lebih dulu membuat gerakan, menendang punggung Matthew, hingga pria itu ikut jatuh tersungkur karena tidak siap dengan pukulan Jessie yang tidak dia duga.

"Nona Jessica, sepertinya kabar tentangmu itu benar, kau perlu diperhitungkan dalam pertarungan. Jadi, apa kau akan memberiku kesempatan untuk melihat kebolehanmu?" ucap Matthew yang sudah bangkit berdiri dan mengusap-usap pakaiannya yang kotor karena ia jatuh tersungkur tadi, akibat tendangan Jessie.

"Jessie, jangan! Kau kembalilah ke dalam mobil!" seru Mike mencegah Jessie untuk bertarung. Mike sudah berdiri meski dia masih tidak bisa berdiri dengan benar karena ia kehilangan banyak tenaga dan harus menikmati rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya.

Matthew sangat tangguh, dan Mike tidak tega jika Jessie harus bertarung dengan Matthew meskipun kemampuan Jessie bisa dikatakan lebih daripada kemampuan Mike dalam ilmu bela diri.

Jika Mike lebih unggul dalam menggunakan senjata, Jessie lebih unggul dengan pertempuran dengan tangan kosong. Jessie sengaja meningkatkan kemampuan bela dirinya daripada kemampuan menggunakan senjata. Karena baginya bela diri itu perlu untuk melindungi diri, namun untuk senjata sebisa mungkin Jessie tidak akan menggunakannya jika tidak dalam keadaan yang teramat mendesak.

Jessie pernah membunuh seorang musuh menggunakan senjata api, dan itu menjadikan dirinya sangat ketakutan. Untuk itulah Jack meminta Jessie untuk meningkatkan kemampuan bela dirinya agar dia tidak menggunakan senjata lagi.

"Sebuah kehormatan aku bisa menunjukkan kemampuanku kepada Anda, Tuan Matthew!" Jessie tidak mengindahkan larangan Mike dan justru bersiap meladeni tantangan Matthew.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status