Jessie menyerang dengan sebuah tendangan yang dapat dengan mudah ditangkis oleh Matthew, satu kaki Jessie dicekal oleh lawan. Jessie membuat gerakan melompat kemudian satu kakinya yang bebas melayang hingga mengenai dada Matthew, dengan begitu Jessie terbebas dari cekalan Matthew dan kemudian mendarat dengan baik di atas aspal.Matthew terbatuk untuk sesaat, tak lama kemudian pria itu terlihat sudah berhasil menguasai dirinya kembali."Kau cukup kuat, Nona! Aku rasa aku salah karena telah meremehkan dirimu. Sekarang, aku akan serius menghadapimu.""Itu lebih baik! Kau telah melukai temanku, jadi aku tidak akan mengalah denganmu, Tuan!" Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, Jessie melesat menyerang Matthew. Menggunakan tinjunya, Jessie memberikan pukulan bertubi-tubi yang cukup berarti, karena Jessie cakap memberikan pukulan yang berarti, bukan hanya membuang tenaga dengan sia-sia.Matthew mengambil langkah mundur ketika Jessie kembali menendangnya. Dia berhasil menghindar dan kaki J
Jessie sudah sampai di rumah sakit, dan Leon yang sudah dihubungi sebelumnya, sudah siaga di sana. Leon segera menangani luka tembak yang diderita Mike."Ck! Apa kau tidak bosan terus menjadi sarang peluru? Katanya penembak jitu, tapi kau selalu terkena peluru!" Sambil berusaha mengeluarkan peluru dari lengan Mike, Leon mencibir demikian."Akh! Sakit, Bodoh! Tidak bisakah kau pelan-pelan? Perlakukan aku dengan lembut!" Mike melancarkan aksi protes karena merasa Leon sengaja menekan luka tembak yang dideritanya."Cih! Kau bahkan tidak pernah memperlakukan para gadis itu dengan lembut, dan sekarang kau ingin diperlakukan dengan lembut seperti aku memperlakukan seorang gadis, begitu?" tukas Leon dibarengi dengan memutar bola matanya jengah."Hey, apakah kau pernah memperlakukan seorang gadis dengan lembut, seperti yang kau katakan itu? Kau bahkan tidak pernah jatuh cinta, kau adalah kaum jomblo abadi!" balas Mike mencibir."Kau berisik!""Siapa yang berisik lebih dulu?" balas Mike lagi,
Jack sengaja mengantar Jessie sampai ke apartemennya, namun Jessie tidak menyangka ternyata Jack mengikutinya sampai masuk ke apartemen miliknya.Jessie masuk, dan ketika ia berbalik untuk menutup pintu, lebih dulu Jack menerobos masuk dan tanpa menunggu dipersilakan Jack langsung duduk di sofa.Jessie mendesah pelan, menutup pintu dan kemudian menyusul Jack."Kau tidak mengusirku? Tidak biasanya," kata Jack merasa heran. Karena memang biasanya Jessie tidak akan membiarkan Jack masuk ke apartemennya tanpa Mike, begitu pula sebaliknya. Jessie hanya tidak ingin berdua saja dengan lawan jenis di dalam satu ruangan yang sama, di luar urusan pekerjaan."Sebenarnya aku ingin menyeretmu keluar, tapi aku urungkan.""Kenapa?""Karena ada yang ingin aku tanyakan padamu.""Apa yang ingin kau tanyakan?" Jack melempar tubuhnya ke belakang hingga punggungnya bersandar pada sandaran sofa, kemudian melonggarkan dasi."Tentang janji," balas Jessie to the point. "Aku rasa kau berbohong saat mengatakan
Jessie merasakan jantungnya berdegup kencang, dan juga ada perasaan aneh yang seperti membakar dirinya. Menanti Jack berkata, Jessie justru sibuk dengan ekspektasinya sendiri yang terkesan konyol jika dipikir secara logika.Kenapa Jack tidak kunjung berkata-kata? Apa yang sebenarnya ingin dia katakan? Batin Jessie berbicara, masih dengan posisi yang tidak berubah dan tatapan mereka tetap beradu pandang seperti tadi. Jessie meneguk salivanya susah payah, ketika semakin memandang Jessie justru mengagumi Jack hingga tanpa disadari gadis batinnya memuji Jack tampan."Jessie, bisakah kau bangun dari atas tubuhku? Kau kecil, tapi lama-lama aku merasa berat juga," ujar Jack dengan ekspresi yang sangat sulit diartikan bagi Jessie.Malu setengah mati, seketika itu juga Jessie langsung bangkit dan menjauh dari Jack, menggeser tubuhnya hingga ujung sofa yang lain. Jessie merasakan perasaannya semakin tak karuan. Antara kesal, malu, dan ... kecewa? Entahlah, Jessie sekarang tidak tau harus berbu
Sejak petang, Jessie sudah sibuk di dapur untuk membuat beberapa menu makanan yang kemudian akan dia bawa untuk Mike. Meski ditugaskan untuk mengurus makanan untuk Mike, Jessie tetap tidak ingin terlambat datang ke kantor. Rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaan sangatlah besar. Meski mengurus Mike juga merupakan salah satu tugas yang diberikan Jack, namun Jessie tetap berusaha untuk mengerjakan semua pekerjaan, termasuk pekerjaan kantor, dengan disiplin waktu.Jessie membuka pintu apartemennya ketika ia sudah siap untuk pergi ke tempat tinggal Mike, dengan membawa rantang berisi makanan untuk laki-laki itu.Betapa terkejutnya Jessie, ketika pintu terbuka, Jack berdiri tepat di depan pintu, dan Jessie hampir saja menabrak tubuh Jack yang berdiri mematung tepat di depan pintu."Jack, kenapa kau ada di sini sepagi ini?" Jessie mengernyitkan dahi. Rasa canggung yang kemarin tercipta, kini masih sedikit tersisa dialami gadis itu."Aku tahu kau tidak nyaman jika datang ke apartemen Mike
Jack dan Jessie berjalan beriringan memasuki gedung Emperor, nampak begitu serasi dan anggun serta berkarisma. Setiap lapisan jabatan di gedung Emperor memuja kekompakan Jessie dan Jack, tak lupa Mike juga ikut menjadi pujaan bagi mereka dalam kekompakan, dan pujaan bagi para gadis tentunya.Bagi mereka yang tidak tahu mereka bersaudara, pasti sudah akan berasumsi mereka adalah pasangan yang serasi. Namun bagi mereka yang tahu mereka bersaudara, akan menilai Jack terlalu posesif menjaga adik perempuannya sampai-sampai membatasi Jessie agar tidak berinteraksi dengan sembarang pria.Mendapat perlakuan yang demikian posesif, bagi sebagian orang menganggap Jessie mungkin akan merasa tertekan. Namun bagi Jessie, itu justru sebuah hal yang dia sukai. Jessie menyukai perlakuan Jack yang demikian, karena sejujurnya Jessie tidak terlalu memikirkan untuk menjalin hubungan dengan seorang pria untuk saat ini.Jessie yang telah dibesarkan dan difasilitasi dengan amat baik oleh keluarga Howard, mem
"Tuan, pakaian yang kau mau untuk pesta nanti sudah siap. Aku akan meminta orang untuk mengirimkannya kemari." Jessie datang melapor, ketika ia telah menyelesaikan tugasnya, membatalkan meeting dengan Vincent dan menangani ocehan kliennya itu yang tidak terima karena Emperor menolak desian dari grup R&B mentah-mentah. Dan itu membuat Vincent murka.Jack bukan orang yang tidak mau menerima pendapat orang lain karena Jack selalu berpikiran terbuka, namun apa yang dilakukan R&B kali ini sangat membuat Jack kecewa. Dan Jack tidak mau menjalin kerjasama dengan orang yang egois."Tidak!""Tidak?" Jessie mengernyitkan dahi, tidak mengerti mengapa Jack berkata tidak."Ya, tidak perlu dikirim kemari. Aku yang akan datang ke sana nanti, bersamamu.""Bersamaku? Tidak, sebaiknya aku mengantarmu ke sana lalu aku pulang untuk bersiap-siap pula," tolak Jessie."Kau akan bersiap di sana bersamaku juga, Jessie. Kau akan datang bersamaku, jadi kau harus tampil beda dari biasanya. Aku bukan Mike, kau me
Jessie memandang tak berkedip pada gaun yang tersaji di hadapannya. Dalam hati gadis itu memuji Jack dengan pilihannya yang ternyata berhasil membuat Jessie takjub."Nona, mari ikut aku ke dalam." Seorang petugas membuyarkan lamunan Jessie, yang tengah sibuk memuji Jack dalam diam.Tanpa banyak kata Jessie mengekor setelah si petugas lebih dulu masuk ke dalam ruang rias."Nona, apakah aku boleh bergosip denganmu?" tanya petugas itu sambil tangannya bekerja merias wajah Jessie."Hm, lihat dulu, siapa yang akan kau gosipkan denganku," balas Jessie tak bersikap antipati pada petugas itu. "Tapi sebelumnya bolehkah aku tahu namamu?""Tentu saja, Nona, namaku Eve, sebuah kehormatan bagiku karena Nona menanyakan siapa namaku." Petugas yang mengaku bernama Eve itu menundukkan kepala, menunjukkan rasa terima kasihnya sekaligus menunjukkan sikap hormat pada Jessie."Kau berlebihan, Eve. Baiklah, jadi siapa yang akan kau gosipkan bersamaku?" tanya Jessie dengan nada bersahabat.Ditanya seperti i