Share

3. SUKSES

Jessie baru saja akan masuk ke dalam ruangan miliknya yang berseberangan dengan ruang milik Mike, ketika Mike menarik lengan gadis itu dan memaksanya masuk ke dalam ruangan Mike.

Jessie tersentak hingga mendorong tubuh Mike sekuat tenaga untuk melepaskan cekalan Mike pada lengannya ketika mereka sudah masuk ke dalam ruang kerja Mike.

"Tuan Michael, apa yang kau lakukan?" pekik Jessie dengan suara tertahan.

"Aku ingin bicara denganmu, Jessie. Dan panggil aku Mike saja, oke?"

"Kau bisa bicara baik-baik tanpa menyeretku seperti tadi, bukan?" kata Jessie kesal.

"Oke-oke, aku minta maaf. Jadi, kau mau duduk sebentar, bukan?" bujuk Mike dengan wajah serius.

Jessie membuang napas sesaat, kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan Mike yang tidak sebesar ruangan Jack. Meski begitu ruangan mereka dibuat eksklusif, karena hanya ada ruang kerja Mike, Jessie, dan Jack di lantai tersebut. Tidak ada ruangan lain.

"Baiklah, apa yang ingin kau katakan? Kebetulan aku juga diminta oleh Tuan Jackson untuk menemuimu, untuk membahas rencana pertemuan nanti," ucap Jessie sambil melipat kedua tangan di depan dada serta menyilangkan kakinya, membuatnya terlihat anggun dan tegas.

"Ya, aku juga ingin membahas tentang itu, tapi sebelumnya aku ingin membahas tentang hal lain dulu denganmu."

"Baik, katakan. Kita tidak punya cukup banyak waktu pagi ini, Tuan Michael, kita harus segera berangkat ke pertemuan itu."

"Sudah kubilang, panggil aku Mike saja, Jessie!" Mike merasa gemas karena Jessie selalu bersikap formal jika berada di lingkup pekerjaan. "Lagipula kita hanya berdua saja, kau tidak perlu seformal itu."

"Ya, baiklah!" Jessie akhirnya mengalah, hanya karena tidak ingin membuang waktu terlalu banyak.

"Jessie, aku ingin mengajakmu pergi berdua. Aku harap kau mau memenuhi keinginanku ini."

Jessie mengernyit. "Bukankah kita memang akan pergi berdua ke pertemuan itu, tanpa Tuan Jackson? Atau sebenarnya kau yang memaksa Tuan Jackson untuk tidak ikut?" tuding Jessie seketika. "Mike, kau tahu orang-orang yang akan kita hadapi itu cukup sulit, jadi untuk apa kau—"

"Jessie, aku tidak seperti yang kau pikirkan. Jack sengaja memberiku kesempatan untuk mengambil alih proyek ini, dia ingin menguji kemampuanku. Jadi aku sama sekali tidak memintanya untuk tidak ikut serta dalam proyek ini, kau tau?" Mike segera memotong kalimat Jessie dengan cepat.

Jessie mengedikkan bahu. "Baik. Jadi apa maksud perkataanmu tadi?"

"Ya, aku ingin pergi berdua denganmu, di luar urusan pekerjaan. Kau tentu tahu apa maksudku, bukan?"

Jessie spontan membuang pandangan ke arah lain. "Aku tidak mengerti."

"Jessie, aku ingin mengajakmu makan malam nanti, kau bisa?"

"Makan malam?"

"Ya, kau boleh memilih restoran mana yang kau mau," balas Mike antusias, dengan mata yang berbinar.

"Tapi, Mike, kau tahu aku lebih suka makan di apartemen, bukan? Aku lebih suka memasak sendiri."

Ya, semenjak orang tua Jack tinggal di luar negeri, Jessie memutuskan untuk tinggal sendiri dan memilih tinggal di apartemen. Itu karena Jessie berpikir ia dan Jack sudah sama-sama dewasa, sehingga ia merasa tidak nyaman untuk tinggal berdua pada satu atap. Jessie hanya ingin menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Baiklah, kalau begitu bisakah kau memasak lebih banyak malam ini, aku akan datang ke apartemenmu dan makan malam di sana. Kita pergi berbelanja setelah pekerjaan kita selesai, bagaimana?"

"Tidak masalah, aku juga akan mengundang Tuan Jackson nanti, untuk ikut makan malam bersama kita."

Brak!

Tiba-tiba saja Mike menggebrak meja, membuat Jessie terpelonjat, terkejut sekaligus heran.

"Mike, kau—"

"Bisakah kau luangkan waktu untuk berdua saja denganku, Jessie? Tanpa Jack! Kau setiap hari selalu bersama Jack, apakah untuk memenuhi permintaanku ini kau juga akan melibatkan Jack?" Mike kehilangan kendali, ia berkata dengan suara meninggi.

"Maaf, Mike, aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah. Hanya saja kau tahu, aku tidak terbiasa berdua saja dengan lawan jenis jika berada di apartemenku, bukan?" Jessie berusaha menjelaskan. Sekali lagi Jessie hanya ingin menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Mike membuang napas kasar. Kini ia merasa menyesal telah menggebrak meja dan menunjukkan kemarahannya.

"Maaf, aku tidak bermaksud marah padamu, Jessie. Aku hanya ...." Mike menarik rambutnya ke belakang, frustrasi.

Mike berpikir dia telah keterlaluan. Seharusnya dia bersikap lebih sabar demi mendapatkan perhatian Jessie, bukan malah sebaliknya.

"Lupakan! Lebih baik sekarang kita menyusun rencana untuk pertemuan nanti," ujar Mike sambil mengangkat tangannya ke udara, pertanda ia mengakhiri obrolan yang bersifat pribadi itu.

Jessie mengangguk tanpa suara. Akhirnya Mike mulai menjelaskan rencana yang telah ia susun dengan Jackson, dan Jessie menyetujui tanpa banyak mendebat. Terjadi sedikit berubah rencana, namun mereka mendiskusikan dengan cepat dan mendapatkan kesepakatan dengan tepat.

Usai menyusun rencana, mereka segera pergi ke pertemuan yang sudah diatur karena waktu mereka juga sudah semakin dekat dengan waktu yang telah ditentukan.

"Biar aku saja yang menyetir, Jessie." Mike mengambil alih kunci mobil Jack dari tangan Jessie.

Ya, sebagai sekretaris Jackson, Jessie sudah terbiasa menyetir mobil untuk menghadiri pertemuan-pertemuan di luar kantor. Kemampuan menyetirnya tidak bisa diragukan meskipun dia seorang perempuan.

Jessie ingin mendebat, namun Mike sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin.

"Kau tidak akan masuk, Jessie? Kita akan semakin banyak kehilangan waktu jika kau tetap berdiri di sana!" seru Mike dari dalam mobil.

Jessie mengangguk. Tanpa banyak kata Jessie segera masuk ke dalam mobil dan detik berikutnya Mike sudah membawa mobil itu melaju membelah jalanan kota yang sudah cukup padat sepagi ini.

⚜️⚜️⚜️

Mike bertugas untuk mempresentasikan proposal yang sudah dibuat oleh Jack dan dirinya semalaman suntuk. Sebenarnya itu adalah tugas Mike untuk membuat proposal untuk tender kali ini, namun karena satu dan lain hal membuat Mike jadi tidak bisa merampungkan proposal dengan tepat waktu. Hal itu yang membuat Jack jadi ikut lembur, membantu Mike menyelesaikan proposal tersebut.

Biasanya Jack tetap akan ikut menghadiri undangan tender meskipun proyek itu mungkin diserahkan pada Mike sepenuhnya, namun kali ini Jack membiarkan Mike membuktikan kemampuannya, sebagai syarat mendapatkan restu untuk mengejar Jessie.

Jika biasanya Jessie yang bertugas untuk mempresentasikan proposal pada undangan tender yang mereka hadiri, kali ini Jack meminta Mike yang melakukan semuanya sendiri. Jessie ditugaskan hanya untuk mendampingi dan melengkapi kekurangan saja, serta mengawasi Mike yang seringkali bertindak ceroboh.

Mike sudah berhasil menyelesaikan presentasi dengan amat baik, dan pihak pembuat tender merasa puas dan terpukau dengan proposal dari perusahaan Emperor, perusahaan milik keluarga Howard tersebut.

Pihak penyelenggara tender telah menyetujui proposal yang diajukan oleh perusahaan Emperor, dan ya, Mike berhasil memenangkan tender tersebut.

Mika sangat bergembira karena selain bangga telah memenangkan tender ketika bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya yang tak kalah kuat dibandingkan dengan Emperor, Mike juga merasa ia telah lulus ujian pertama yang diajukan oleh Jack. Mike tidak sabar untuk menagih janji yang diucapkan Jack.

Usai mengurus segala hal yang diperlukan untuk keperluan tender yang telah dimenangkannya, kini Mike dan Jessie kembali ke kantor Emperor.

Namun sialnya ia mengalami kendala dalam perjalanan.

Sebuah mobil yang terlihat sebagai mobil modifikasi, sama halnya dengan mobil milik Jackson, menghadang laju mobil yang dikendarai Mike. Mau tidak mau Mike menghentikan laju mobilnya dan menunggu siapa orang yang berani menghadang perjalanannya.

Pria bertubuh tinggi besar berkacamata hitam, turun dari dalam mobil yang menghadang Mike dan Jessie.

"Mike, dia orang yang sulit untuk dihadapi. Apa rencanamu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status