“Tuan! Tolong jangan lakukan itu. Aku tidak punya salah apa pun,” mohon gadis itu tanpa menolehnya.
Tuan Kendrick tersenyum tipis. “Akan melakukan apa, hm?”“Tangannya,” ucap gadis itu dengan air mata yang menetes. Kali ini dia menatapnya.Sudut bibir Kendrick terangkat tipis.“Oh, maaf,” ucapnya melepaskan pundak gadis itu.Kendrick menghela nafas. Tiba-tiba dia teringat dengan masa-masa indah bersama wanita yang paling dicintainya, Marry Jasmine Bahesmana. Dia adalah ibu pria itu sekaligus dunianya.“Siapa namamu?”“Li-Lily,” jawab gadis itu malu-malu.Kendrick menatap padanya. Sehingga kedua mata saling bertemu.“Nama yang cantik,” puji Kendrick dengan lembut. Dia mengalihkan pandangannya lagi ke depan. Senyumnya mengembang.Lagi-lagi, dia mengingat momentum indah itu.“Lily. Bagaimana perasaanmu ketika ibumu dibunuh secara sadis di depan matamu?”Air mata gadis itu mulai menetes. Dia gemetar saat mengingat kejadian sadis itu. Dengusannya mulai terdengar, tangisan sekarang semakin menjadi.“Nah, itu yang aku rasakan dulu saat berumur sepuluh tahun.”“Aku harap kau tidak menganggapku jahat karena melakukan itu.”“aku melakukannya hanya untuk memberi keadilan pada Rosby karena telah membunuh ibuku.”Tubuh gadis itu seakan membeku saat mendengarnya. Lily tau jika sifat asli wanita tua itu memang sangat buruk, tapi dia seakan tak percaya karena ibu Rosby itu sangat takut dengan darah.Gadis itu menatap Kendrick dengan curiga. Lily tak bisa mempercayai ucapan orang yang tak pernah dia kenal sebelumnya.Kendrick tersenyum melihat ekspresi gadis itu. Sebagai orang yang ahli membaca psikologi seseorang, Kendrick sudah mengetahui isi pikiran gadis itu.“Kenapa? Kau tak percaya jika wanita itu bajingan berkelas yang tak punya hati?”Lagi-lagi Lily tak menjawab. Perasaan gadis itu masih bimbang. Menelan saliva, Lily masih berusaha tak mempercayainya.“Besok aku akan pergi ke makam ibuku. Kau ikutlah besok.”Pria itu tiba-tiba beranjak. Lily langsung menoleh padanya. Sekarang pria itu meninggalkannya. Saat dia menutup pintu, seseorang langsung mengunci ruangan itu kembali.Sekarang Lily kembali sendirian. Gadis itu memeluk lututnya dengan wajah yang muram. Dia menghela nafas berat. Kembali berbaring di ranjangnya.Gadis itu menyamping kanan, mengubah posisi tidurnya. Nafasnya terasa berat, dia masih terus memikirkan apa yang telah dikatakan Kendrick, jika ibunya adalah seorang pembunuh. Hal yang sulit dia percaya, walaupun logikanya mengatakan pria itu telah jujur.Dia mulai memejamkan mata. Melupakan semua kegilaan ini....“Apa dia sudah makan?”“Belum, Tuan. Piringnya hanya dibiarkan saja,” jawab seorang wanita berwajah khas Jawa dengan rambut yang digulung ke belakang.Pria tua dengan penampilan lusuh itu terus menatap ke arah mereka dengan tenang. Tatapannya tak teralihkan sedikit pun dari Kendrick semenjak dia masuk ke ruangan itu.Sudut bibir Kendrick terangkat.“Pria tua bodoh! Seharusnya dia lebih mementingkan kesehatannya dibandingkan seseorang yang bahkan tak peduli dia hidup atau mati.”Mata pria tua lusuh itu berkaca-kaca menatap Kendrick. Dia mulai meneteskan air matanya dengan menundukkan kepala.Perlahan, dia menggerakkan tubuhnya dengan menyeret. Meraih piring makanannya, dia memakan nasinya sedikit demi sedikit.Namanya adalah Robin Hood Edward. Dia sebenarnya adalah kakek Kendrick dari ibunya.Kendrick sebenarnya sangat menyayangi Kakek Robin. Namun, bagaimana pun juga pria tua itu telah menyembunyikan ayahnya dan tidak mau memberitahukannya pada Kendrick walaupun Kendrick menyiksanya.Orang-orang tak bertanggungjawab itu telah membuat Kendrick seperti monster yang sangat jahat. Padahal Kendrick melakukan semua itu hanya demi memberi keadilan atas kedua orang tuanya. Dia bukanlah tokoh jahat di cerita ini.“Bagus. Kau harus tetap hidup sampai aku menemukan ayahku.”Pria itu berbalik badan. Namun, Langkahnya berhenti. Sejak tadi, Matanya terus berkaca-kaca. Mau tak mau, air matanya menetes.“Tolong mandikan dia dengan baik. Lalu pakaikan baju baru.”Dia pun melangkah mengeluarkan ruangan itu. Apa pun yang sekarang dia lakukan, itu bukan keinginan Kendrick sendiri. Namun, Dia harus melakukannya untuk menyelamatkan ayahnya yang juga sedang disiksa.Sebenarnya dahulu Kendrick dan kakek Robin sangat dekat. Pria malang itu selalu dinyanyikan oleh kakeknya sebelum tidur. Siapa yang menyangka akhirnya akan seperti ini, hanya karena orang jahat yang tak bertanggungjawab.Lyly Harperwood, gadis itu terbaring lemah bisa menangkap gelombang suara di tidurnya. Matanya masih terpejam, namun dia bisa tau jika seseorang membuka pintu ruangannya.Lily bisa mendengar derap kaki wanita yang memasuki ruangannya. Gadis itu menghitung derap kakinya. Saat derap kaki ke lima terdengar, gadis itu langsung terbangun dengan menodongkan pisau. Nafasnya terengah-engah.“Apa yang kau lakukan!”Wanita itu mengangkat kedua tangannya.“Tenanglah, Nona. Aku hanya menjalani perintah tuan Kendrick.”“Apa yang dia perintahkan!” tanya gadis itu membentak.“Dia hanya memerintahku untuk membantumu bersiap-siap. Kau akan dipindahkan ke rumah utamanya.”“Mungkin dia akan menjadikanmu pembantunya. Kau bisa dapat banyak uang dan hidup enak di sana.”Gadis polos itu mempercayai ucapan wanita itu. Dia menurunkan pisaunya perlahan. Menunduk memikirkan apa yang diucapkan wanita itu.Karena kelembutan ucapan dan rautnya. Lily pun berpikir wanita itu mungkin bukan orang yang jahat.“Kau serius?” tanyanya polos.Wanita berwajah khas Jawa itu mulai berani melangkah dengan perlahan. Dia tersenyum kebutuhan pada Lily.“Iya. Untuk apa aku berbohong?”Dengan berlahan dia mengambil pisau di tangan Lily. Gadis yang telah terpengaruh kelembutannya itu sudah tak melawan. Dia kemudian memberikan pisau itu pada asistennya.Wanita bergaun biru itu bukanlah wanita biasa. Dia adalah ahli hipnotis terhebat yang Kendrick bayar untuk menghipnotis para tahanannya. Tak heran jika gadis itu langsung patuh padanya.Tiba-tiba gadis itu tersadar dari hipnotisnya. Raut wanita bergaun itu seketika muram, biasanya korban-korbannya yang lain tak bisa sadar secepat itu.“Kau pembohong! Pria jahat itu tak mungkin—“Kepalanya seketika pusing. Tangan wanita licik itu sangat cepat menyuntikkan obat bius di leher Lily. Gadis itu seketika tersungkur begitu saja.Sekarang dia benar-benar tak sadarkan diri. Dengan bangganya, sudut bibir wanita itu terangkat sebelah.“Bawa dia ke mobil.”Dua pria bertubuh besar mengangkat tubuh gadis yang tergeletak itu. Mereka sebenarnya telah melakukan kesalahan fatal, namun hanya saja mereka belum menyadarinya. Kalung permata gadis itu tampak lebih berkilau.Seorang pria berkepala botak menatap Lily dengan kagum. Wajahnya yang sangat cantik dan tubuhnya yang sangat indah membuat pria itu menelan ludah. Pikirannya terus membayangkan betapa nikmatnya gadis itu.“Nanti di tengah jalan kita berhenti dulu, ya? Aku pingin nyicipi gadis ini sedikit.”Seketika tangan temannya itu melayang, menghantam kepala si botak.“Dasar tolol!”“Nanti kalau tuan Kendrick tau, tamat riwayatmu!”Pria botak itu bergidik ngeri. Dia merinding membayangkan tuan Kendrick akan menghukumnya sangat sadis seperti korbannya yang lain. Semua orang di kota ini takut kepadanya.Perjalanan pun di mulai. Mata pria botak itu tak teralihkan sedikit pun dari Lily. Dia terus meraba tubuh gadis itu kecuali bagian sensitifnya.Lily menoleh pada jam dinding, tak terasa sudah pukul 17.54. Gadis itu menunggu selama berjam-jam hingga senja telah larut. Wajahnya menunduk dengan penuh rasa khawatir. Ibu Alexandria tidak datang-datang, sedangkan Kendrick masih belum pulang. Lily sangat bingung dengan apa yang terjadi.Bahkan dia telah menelepon Kendrick berulang kali, namun tak diangkat. Itu membuatnya semakin khawatir dan gelisah dengan keadaan pria itu. Lily takut dia adalah masalah di jalan atau yang lebih parahnya lagi kecelakaan.“Sebenarnya ini ada apaan, sih? Kok aneh banget?”“Apa jangan-jangan Ibu Alexandria menipuku, ya? Kenapa coba dia dia gak datang, padahal dia sudah berjanji dengan Kendrick.”Lily menghirup nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Itu membuat dirinya menjadi lebih tenang. Dia masih tak bisa percaya ibu Alexandria melakukan hal ini padanya, tanpa memberikan alasan yang jelas mengapa dia tak datang.“Sepertinya aku tidak boleh mempercayai siapa pun.”Gadis itu beranjak dari
“Eh ... sebenarnya memang benar jika Danielle adalah temanku, tapi itu dulu sekarang tidak. Itu karena terjadi sebuah pertengkaran antara aku dengannya, sehingga aku menghapus nomornya begitu saja. Maaf, saat itu aku terbawa emosi.”Lizy bahkan tak memejamkan matanya menatap mata laki-laki itu. Tatapan tajam gadis itu membuat Alvin takut untuk menoleh padanya. Lizy bisa melihat kebohongan pria itu dengan melalui ketidak tenangan rautnya.“Jangan berbohong! Apakah kau tidak lihat kau sedang berhadapan dengan siapa?” “Aku bisa membaca bahasa tubuh maupun pikiranmu dengan sekali lihat. Jangan pernah lupa jika aku kuliah jurusan psikologis.”Alvin mengangkat wajahnya, dia menatap sinis pada gadis itu. Dia akui apa pun yang Lizy katakan memang benar, tebakannya tak pernah luput. Oleh karena itu Lizy selalu dianggap ancaman.“Terserah kau saja, meski kau menganggapku munafik pun aku tak peduli,” bantah Alvin tak terima.Pria itu membuka ponselnya. Dia menekan bagian kontak dan mulai
Di dalam kamar Kendrick yang telah tertutup rapat, suara ponsel terus berdering di atas meja kerjanya. Tak seorang pun yang bisa mendengar karena luasnya kamar tersebut. Ponsel itu tertinggal karena Kendrick terburu-buru pergi demi menghindari pertanyaan Lily.Saat ini pria itu sedang duduk di sebuah kafe out door. Pandangannya begitu kosong, menatap polos pada keramaian orang-orang di jalan itu.Dia menarik nafas dengan berat, lalu menghembuskannya perlahan. Mengangkat secangkir kopi hangatnya, lalu menyeruput perlahan.“Andai saja saat itu aku tak meninggalkan ayah, semua ini mungkin tak akan terjadi.”Kendrick sangat menyesali perbuatannya saat itu. Hal paling menyakitkan dalam hidupnya adalah mengambil keputusan yang sering dianggap sepele. Kendrick tak mengerti mengapa semua hal yang dia anggap kecil selalu menjadi besar, seperti keputusannya untuk menyembunyikan Kakek Bretton dan ayahnya di ruangan yang dia anggap aman.Padahal mereka berdua masing-masing telah dia berikan
Bibir Lily semakin terangkat dengan sudutnya yang menurun. Sangat menyakitkan baginya untuk semua itu. Dia masih tak bisa meninggalkan Kendrick.Tanpa ragu-ragu lagi, Lily memeluk Kendrick dengan erat. Merasakan hangatnya tubuh Lily, membuat Kendrick merasa panas dingin. Kendrick meneguk salivanya sendiri saat merasakan kedua tangan kecil Lily yang melingkar ditubuhnya itu memberikan sensasi geli yang terangsang syahwatnya.Kendrick tak memedulikan apa yang sedang Lily pikirkan, dia sedang berusaha menahan dirinya untuk tak melakukan apa pun.“Tuan, kau tak mau bertemu denganku lagi bukan karena kau ingin pindah alam, kan?”Kendrick tak menyangkal apa yang dia katakan. Bisa-bisanya gadis itu berpikir seperti itu?“M-maksudnya?”Lily melepaskan pelukannya dan melihat pada Kendrick. Mata mereka saling bertemu dengan saling bertanya-tanya.“Tuan tidak paham?”Pria itu merasa malu dengan pertanyaan bodohnya itu. Mengalihkan pandangan ke hal lain sambil memikirkan cara untuk menjaw
“Melepasmu?”“Untuk apa aku takut melepasmu, Lily?”Kendrick tersenyum, lalu tertawa. Saat itu sebenarnya dia menertawakan dirinya sendiri yang berpikir aneh. Lily bukanlah segalanya, dia hanya gadis yang dia tawan di rumahnya dan dirinya malah menaruh perasaan pada gadis itu.Senyum pria itu memudar dengan begitu cepat. Dia menjadi tampak murung.“Selamat, Lily.”Kendrick menjulurkan tangannya pada gadis itu. Tapi Lily hanya memerhatikan tanpa menggerakkan tangannya sedikit pun.“Selamat akhirnya kau bertemu dengan orang tuamu. Hari ini adalah hari berakhir kita bertemu. Setelah ini kita akan benar-benar berpisah.”Kendrick bahkan tak menurunkan tangannya walaupun tahu Lily hanya diam saja.”Lily mulai mengerti dengan maksudnya, dia tak mengerti mengapa Kendrick tak mau menemuinya lagi setelah ini.Dengan senyum lebar dia menerima jabatan tangannya. “Terima kasih, Tuan. Terima kasih atas semuanya.”Kendrick merasa seperti berkeringat panas dingin. Dia merasa senang sekaligu
Kendrick merebahkan tubuh di sofa. Pandangan matanya kosong tertuju pada langit-langit atap. Dadanya terasa seperti panas, terkadang dia menghirup nafas dengan berat dan menghembuskannya seakan menghembuskan kesedihannya.Hari ini Lily dan Liza masih belum datang, padahal sudah jam dua siang. Entah ke mana kedua gadis itu sampai selama ini. Tapi Kendrick tak merasa khawatir karena ada Danielle yang menjaganya.Walau begitu Kendrick tetap tak bisa tenang. Di pikirannya hanya ada wajah Lily. Kendrick masih ingat saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, Lily begitu ketakutan melihat dirinya kala itu. Bagi Kendrick gadis itu berbeda dengan gadis lainnya, yang selalu menginginkan uang, barang branded dan hidup yang mewah, sedangkan Lily yang terpenting hanya makan.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, Kendrick masih merasa dia baru kemarin membawa Lily ke rumah ini. Sekarang Lily telah menemukan keluarganya. Sebentar lagi, Kendrick tak akan mendengarkan suaranya lagi di rumah ini.