Share

2. Alasan Kendrick

“Tuan! Tolong jangan lakukan itu. Aku tidak punya salah apa pun,” mohon gadis itu tanpa menolehnya.

Tuan Kendrick tersenyum tipis. “Akan melakukan apa, hm?”

“Tangannya,” ucap gadis itu dengan air mata yang menetes. Kali ini dia menatapnya.

Sudut bibir Kendrick terangkat tipis.

“Oh, maaf,” ucapnya melepaskan pundak gadis itu.

Kendrick menghela nafas. Tiba-tiba dia teringat dengan masa-masa indah bersama wanita yang paling dicintainya, Marry Jasmine Bahesmana. Dia adalah ibu pria itu sekaligus dunianya.

“Siapa namamu?”

“Li-Lily,” jawab gadis itu malu-malu.

Kendrick menatap padanya. Sehingga kedua mata saling bertemu.

“Nama yang cantik,” puji Kendrick dengan lembut. Dia mengalihkan pandangannya lagi ke depan. Senyumnya mengembang.

Lagi-lagi, dia mengingat momentum indah itu.

“Lily. Bagaimana perasaanmu ketika ibumu dibunuh secara sadis di depan matamu?”

Air mata gadis itu mulai menetes. Dia gemetar saat mengingat kejadian sadis itu. Dengusannya mulai terdengar, tangisan sekarang semakin menjadi.

“Nah, itu yang aku rasakan dulu saat berumur sepuluh tahun.”

“Aku harap kau tidak menganggapku jahat karena melakukan itu.”

“aku melakukannya hanya untuk memberi keadilan pada Rosby karena telah membunuh ibuku.”

Tubuh gadis itu seakan membeku saat mendengarnya. Lily tau jika sifat asli wanita tua itu memang sangat buruk, tapi dia seakan tak percaya karena ibu Rosby itu sangat takut dengan darah.

Gadis itu menatap Kendrick dengan curiga. Lily tak bisa mempercayai ucapan orang yang tak pernah dia kenal sebelumnya.

Kendrick tersenyum melihat ekspresi gadis itu. Sebagai orang yang ahli membaca psikologi seseorang, Kendrick sudah mengetahui isi pikiran gadis itu.

“Kenapa? Kau tak percaya jika wanita itu bajingan berkelas yang tak punya hati?”

Lagi-lagi Lily tak menjawab. Perasaan gadis itu masih bimbang. Menelan saliva, Lily masih berusaha tak mempercayainya.

“Besok aku akan pergi ke makam ibuku. Kau ikutlah besok.”

Pria itu tiba-tiba beranjak. Lily langsung menoleh padanya. Sekarang pria itu meninggalkannya. Saat dia menutup pintu, seseorang langsung mengunci ruangan itu kembali.

Sekarang Lily kembali sendirian. Gadis itu memeluk lututnya dengan wajah yang muram. Dia menghela nafas berat. Kembali berbaring di ranjangnya.

Gadis itu menyamping kanan, mengubah posisi tidurnya. Nafasnya terasa berat, dia masih terus memikirkan apa yang telah dikatakan Kendrick, jika ibunya adalah seorang pembunuh. Hal yang sulit dia percaya, walaupun logikanya mengatakan pria itu telah jujur.

Dia mulai memejamkan mata. Melupakan semua kegilaan ini.

...

“Apa dia sudah makan?”

“Belum, Tuan. Piringnya hanya dibiarkan saja,” jawab seorang wanita berwajah khas Jawa dengan rambut yang digulung ke belakang.

Pria tua dengan penampilan lusuh itu terus menatap ke arah mereka dengan tenang. Tatapannya tak teralihkan sedikit pun dari Kendrick semenjak dia masuk ke ruangan itu.

Sudut bibir Kendrick terangkat.

“Pria tua bodoh! Seharusnya dia lebih mementingkan kesehatannya dibandingkan seseorang yang bahkan tak peduli dia hidup atau mati.”

Mata pria tua lusuh itu berkaca-kaca menatap Kendrick. Dia mulai meneteskan air matanya dengan menundukkan kepala.

Perlahan, dia menggerakkan tubuhnya dengan menyeret. Meraih piring makanannya, dia memakan nasinya sedikit demi sedikit.

Namanya adalah Robin Hood Edward. Dia sebenarnya adalah kakek Kendrick dari ibunya.

Kendrick sebenarnya sangat menyayangi Kakek Robin. Namun, bagaimana pun juga pria tua itu telah menyembunyikan ayahnya dan tidak mau memberitahukannya pada Kendrick walaupun Kendrick menyiksanya.

Orang-orang tak bertanggungjawab itu telah membuat Kendrick seperti monster yang sangat jahat. Padahal Kendrick melakukan semua itu hanya demi memberi keadilan atas kedua orang tuanya. Dia bukanlah tokoh jahat di cerita ini.

“Bagus. Kau harus tetap hidup sampai aku menemukan ayahku.”

Pria itu berbalik badan. Namun, Langkahnya berhenti. Sejak tadi, Matanya terus berkaca-kaca. Mau tak mau, air matanya menetes.

“Tolong mandikan dia dengan baik. Lalu pakaikan baju baru.”

Dia pun melangkah mengeluarkan ruangan itu. Apa pun yang sekarang dia lakukan, itu bukan keinginan Kendrick sendiri. Namun, Dia harus melakukannya untuk menyelamatkan ayahnya yang juga sedang disiksa.

Sebenarnya dahulu Kendrick dan kakek Robin sangat dekat. Pria malang itu selalu dinyanyikan oleh kakeknya sebelum tidur. Siapa yang menyangka akhirnya akan seperti ini, hanya karena orang jahat yang tak bertanggungjawab.

Lyly Harperwood, gadis itu terbaring lemah bisa menangkap gelombang suara di tidurnya. Matanya masih terpejam, namun dia bisa tau jika seseorang membuka pintu ruangannya.

Lily bisa mendengar derap kaki wanita yang memasuki ruangannya. Gadis itu menghitung derap kakinya. Saat derap kaki ke lima terdengar, gadis itu langsung terbangun dengan menodongkan pisau. Nafasnya terengah-engah.

“Apa yang kau lakukan!”

Wanita itu mengangkat kedua tangannya.

“Tenanglah, Nona. Aku hanya menjalani perintah tuan Kendrick.”

“Apa yang dia perintahkan!” tanya gadis itu membentak.

“Dia hanya memerintahku untuk membantumu bersiap-siap. Kau akan dipindahkan ke rumah utamanya.”

“Mungkin dia akan menjadikanmu pembantunya. Kau bisa dapat banyak uang dan hidup enak di sana.”

Gadis polos itu mempercayai ucapan wanita itu. Dia menurunkan pisaunya perlahan. Menunduk memikirkan apa yang diucapkan wanita itu.

Karena kelembutan ucapan dan rautnya. Lily pun berpikir wanita itu mungkin bukan orang yang jahat.

“Kau serius?” tanyanya polos.

Wanita berwajah khas Jawa itu mulai berani melangkah dengan perlahan. Dia tersenyum kebutuhan pada Lily.

“Iya. Untuk apa aku berbohong?”

Dengan berlahan dia mengambil pisau di tangan Lily. Gadis yang telah terpengaruh kelembutannya itu sudah tak melawan. Dia kemudian memberikan pisau itu pada asistennya.

Wanita bergaun biru itu bukanlah wanita biasa. Dia adalah ahli hipnotis terhebat yang Kendrick bayar untuk menghipnotis para tahanannya. Tak heran jika gadis itu langsung patuh padanya.

Tiba-tiba gadis itu tersadar dari hipnotisnya. Raut wanita bergaun itu seketika muram, biasanya korban-korbannya yang lain tak bisa sadar secepat itu.

“Kau pembohong! Pria jahat itu tak mungkin—“

Kepalanya seketika pusing. Tangan wanita licik itu sangat cepat menyuntikkan obat bius di leher Lily. Gadis itu seketika tersungkur begitu saja.

Sekarang dia benar-benar tak sadarkan diri. Dengan bangganya, sudut bibir wanita itu terangkat sebelah.

“Bawa dia ke mobil.”

Dua pria bertubuh besar mengangkat tubuh gadis yang tergeletak itu. Mereka sebenarnya telah melakukan kesalahan fatal, namun hanya saja mereka belum menyadarinya. Kalung permata gadis itu tampak lebih berkilau.

Seorang pria berkepala botak menatap Lily dengan kagum. Wajahnya yang sangat cantik dan tubuhnya yang sangat indah membuat pria itu menelan ludah. Pikirannya terus membayangkan betapa nikmatnya gadis itu.

“Nanti di tengah jalan kita berhenti dulu, ya? Aku pingin nyicipi gadis ini sedikit.”

Seketika tangan temannya itu melayang, menghantam kepala si botak.

“Dasar tolol!”

“Nanti kalau tuan Kendrick tau, tamat riwayatmu!”

Pria botak itu bergidik ngeri. Dia merinding membayangkan tuan Kendrick akan menghukumnya sangat sadis seperti korbannya yang lain. Semua orang di kota ini takut kepadanya.

Perjalanan pun di mulai. Mata pria botak itu tak teralihkan sedikit pun dari Lily. Dia terus meraba tubuh gadis itu kecuali bagian sensitifnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status