“Tuan, kau menungguku?”
Saat itu Kendrick membakar rokoknya, tatapannya tajam pada Lily. Pria itu tak menjawab pertanyaannya, tiba-tiba dia beranjak. Pria itu masuk ke dalam mobil.Lily menghela nafas berat. Dia melangkah memasuki mobil, mengambil posisi duduk di samping Kendrick.“Kita akan ke mana?”Pria itu tak menjawab, dia tetap fokus pada setirnya. Lily lelah dengannya, gadis itu pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela.“Kau marah karena aku tak menjawabmu?”Lily itu tak memedulikannya. Dia hanya menoleh sebentar, lalu mengabaikannya lagi.Pria itu melirik padanya. Dia tersenyum.Sebuah kafe out door yang berdampingan dengan laut lepas. Saat itu udaranya sejuk dan anginnya bertiup tak terlalu kencang. Kendrick sering berkunjung ke kafe ini karena menyukai pemandangannya.Duduk bersama sambil menikmati pemandangan laut, Kendrick melirik pada gadis yang masih marah itu. Wajahnya tetap murung, dia bahkan tak mau menoleh sedikit pun pada Kendrick. Padahal tadi Kendrick hanya berniat mengetes sifatnya.“Kalau marah jangan terlalu lama.”“Ibuku bilang itu bisa membuat wajah cepat keriput.”Lily pun akhirnya menoleh padanya, namun dengan dengan tatapan tajam nan sinis.“Aku malas berinteraksi denganmu,” balas Lily yang kemudian mengalihkan wajahnya.Kendrick terus menatap gadis itu dengan senyum manisnya. Walau pun sedang marah, gadis itu tetap menggemaskan di matanya.Dia memerhatikan bibir Lily. Sudut bibirnya semakin lama semakin menurun, alisnya juga mengerut.“Hei, aku melihat ada yang menurun di wajahmu.”Mata Lily langsung membelalak menatapnya. Dia tampak sangat panik, gadis itu memegang wajahnya.“Aku pinjam ponselmu.”Dengan cepat Kendrick menyembunyikan ponselnya.“Untuk apa? Hm?”“Aku ingin melihat wajahku,” balas gadis itu tetap memegang wajahnya.Kendrick menghembuskan nafas berat.“Maksudku sudut bibirmu yang menurun, bukan kulitmu. Tapi jika kau terus-menerus marah, maka semakin lama kulitmu juga akan kendur.”Lily pun menurunkan tangannya, dia mengalihkan wajahnya ke samping, gadis itu sebenarnya merasa malu.“Eh ... maaf.”Kedua pelayan yang mengantarkan pesanan datang. Mereka saat itu memesan dua jus jeruk dan dua spageti.“Terima kasih,” ucap Kendrick lembut.Pria itu meminum jus jeruknya, matanya menatap burung-burung yang beterbangan. Sekumpulan burung-burung itu tampak indah beterbangan ke sana ke mari dengan kompak. Pemandangan seperti itu biasanya jarang terlihat karena adanya para pemburu yang tak bertanggungjawab.“Lihat burung-burung itu.”Lily sedikit bingung dengan pria itu, tapi dia menoleh. Matanya berbinar menatap pemandangan indah itu. Dia jarang melihat gerombolan burung-burung seperti walau pun rumahnya dulu berada di dekat hutan.“Kau tahu? Yang di depan itu ketuanya. Para anggotanya mengikuti ke mana pun dia pergi.”Lily menoleh padanya dengan wajah datar. “Lalu?”Kendrick menoleh padanya dengan sedikit tertawa. “Kau tak paham?”“Maksudku mereka itu seperti sebuah gangster yang sibuk menjalankan misinya.”“Sepertimu?” ucap Lily refleks.Gadis itu menyantap spagetinya. Di udara seperti ini, makanan hangat akan cepat dingin. Apalagi mendengarkan Kendrick yang tak ada habis-habisnya.“Apa kau tidak kenyang makan dua kali seperti itu?”Lily mengunyah makanannya sambil menatap datar pria itu. “Tidak.”Dia pun lanjut makan, tanpa memedulikannya.“Aku mengajakmu ke sini karena aku ingin bersantai sambil berbincang-bincang denganmu. Kau tahu? Selama kau ada di sini, aku jadi merasa punya teman.”“Aku rasa kau pasti mengerti apa yang aku rasa. Aku kehilangan orang tuaku dan kau juga kehilangan orang tuamu.”Lily bernafas berat. Tubuhnya seakan melemas mengingat hal itu kembali.“Jangan bilang begitu.”“Entah kenapa, aku sangat yakin suatu hari nanti kau akan bertemu dengan ayahmu dan aku akan bertemu kedua orang tuaku. Yakin saja, mungkin sekarang memang belum waktunya.”Kedua sudut bibir Lily terangkat dengan manis. Itu membuat Kendrick merasa tenang.“Aku harap Bretton tidak memberiku peta palsu. Aku telah menyerahkan peta itu ke ahlinya untuk melacaknya.”“Aku sudah berjuang kira-kira selama enam tahun. Tapi ... aku tetap tak menemukannya. Aku gak paham bagaimana cara mereka menyembunyikan ayahku.”Kendrick kemudian menyantap spagetinya. Dia begitu agar tak terlalu sedih.Lily menatapnya sendu. Siapa yang menyangka jika mafia terkejam di kota ini punya masalah seburuk itu. Tak heran jika dia tak punya belas kasihan pada musuhnya.Gadis itu terus merenung menatapnya yang sedang makan.“Aku mengerti perasaanmu. Sebenarnya aku juga memiliki masalah yang sama persis. Bedanya kau masih tau bagaimana caranya mencari ayahmu, tapi aku gak tau gimana caranya mencari kedua orang tuaku.”“Aku hanya bisa berharap bertemu mereka dengan usaha do’a saja.”Gadis itu tersenyum datar, wajahnya menunduk. Dia telah pasrah atas semuanya.“Tenang saja, aku akan membantumu. Kau tinggal kasih tahu aku tentang nama orang tuamu. Aku memiliki banyak kenalan detektif, hacker dan juga ahli geografis,” balas Kendrick membuat Lily sedikit tertawa.Kendrick tersenyum ringan padanya. Gadis itu tak merasa putus asa lagi.“Terima kasih banyak,” ucap Lily tersenyum manis.“Ngomong-ngomong kau tahu keluarga Hartberg?” tanya gadis itu santai, kemudian meminum jusnya. Dia kembali menikmati spagetinya.Kendrick sedikit kaget. Dia terdiam dengan tatapan yang tetap tertuju pada Lily.Dia baru ingat jika semua anggota keluarga itu memiliki rambut berwarna merah jahe seperti Lily. Mengapa dia tak menyadarinya dari dulu? Padahal orang-orang berambut merah jahe di negara ini jarang ditemukan.“Aku tahu keluarga itu. Itu adalah keluarga old money, keluarga konglomerat yang memiliki banyak perusahaan. Kekayaan mereka sangat melimpah, sepertinya tidak akan pernah habis sampai kapan pun.”“Tapi aku punya salah satu mantan yang sangat dekat dengan salah satu keluarga itu.”Kendrick mengeluarkan ponselnya. Dia terlihat seperti sesuatu.“Oh, ya. Sepertinya dia masih berada di sekitar sini.”Kendrick menelepon mantannya itu. Lily saat ini menjadi penasaran dengan mantan kekasihnya itu, Sedikit lama, namun akhirnya wanita itu menjawabnya.“Halo? Aku ada di kafemu. Bisakah engkau ke mari sebentar?”Wanita itu sebenarnya berada di dalam tempat barista. Dia bisa menatap Kendrick dari kejauhan“Kau berada di tempat biasanya?” tanya wanita itu sambil memerhatikan gerak-geriknya.“Iya.”Wanita itu mematikan ponselnya. Dia keluar dari ruangan itu menuju pria yang dilihatnya dari balik kaca. Dia sangat mengenal Kendrick walau dari belakang.“Selamat sore,” sapa wanita itu. Dia duduk di antara mereka berdua. Tubuhnya menghadap ke laut.Kendrick tersenyum lembut padanya sejak dia datang. Dia adalah wanita cantik berkulit putih susu dan berambut hitam bergelombang.Lily terus menatapnya kagum, menurutnya wanita itu terlihat cantik dan dewasa. Dia pasti wanita karir mandiri yang kaya raya, Lily bisa merasakan energinya.Di lain itu, sebenarnya mantan Kendrick canggung ditatap seperti itu oleh gadis secantik Lily. Tatapnya cukup aneh menurutnya, tapi wanita itu menoleh dan tersenyum padanya.“Kau sangat cantik dan bermatabat. Siapa namamu?” tanya Lily secara tiba-tiba. Itu membuat dia sedikit kaget.“Namaku amber Waverly. Kau bisa memanggilku Amber.”Lily menjulurkan tangannya, dengan senang hati Amber menerima jabatan tangan gadis itu.“Senang bertemu denganmu,” ucap Lily. Amber hanya tersenyum sambil mengangguk dengan anggun.“Ekhem.”Pusat perhatian mereka teralihkan saat Kendrick berdeham. Tatapan tajam pria itu sekarang tertuju pada Amber. Tatapannya itu tajam, namun juga terasa sendu.“Aku dengar kau mempunyai teman yang berasal dari keluarga Hartberg? Aku tidak terlalu mengenal keluarga itu, tapi hanya sekedar tahu saja.“Jadi apakah kau pernah mengetahui tentang beberapa tragedi di keluarga itu?”Pusat perhatian Amber tiba-tiba tertuju pada Lily. Dia memerhatikan warna rambutnya sama persis seperti warna rambut keluarga Hartberg, yaitu berwarna merah jahe.“Apa kau dari keluarga Hartberg?”Lily malah sedikit kaget mendengarnya. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu.“Eh ... aku tidak tahu. Aku sebenarnya berasal dari panti asuhan. Tapi kalau kau mau membantuku mencari keberadaan orang tuaku, aku aja sangat berterima kasih.”“Aku bingung bagaimana caranya mencari keberadaan orang tuaku, hehe.”Lily menurunkan senyumnya, wajahnya menunduk. Entah kenapa gadis itu merasa malu dan juga merasa tak enak atas apa yang barusan dia ucapkan. Sebelumnya dia tak pernah meminta bantuan sesulit apa pun yang dia hadapi.Amber tersenyum karena gemas dengan wajahnya polos gadis itu.“Itu mudah. Aku akan membantumu.”Alarm berdering tepat di pukul 5 pagi. Mata Lily membuka perlahan, dia bangun dengan meregangkan otot-ototnya. Setelah mematikan alarm, gadis itu menggaruk-garuk kepala, saat itu dia masih setengah sadar. Matanya dalam kondisi terpejam. Lily membuka mata, dia pun dikejutkan oleh dua potong roti dan juga segelas susu di samping alarm itu. Itu adalah sandwich isi sayur selada, tomat, bawang bombai dan irisan daging sapi. Gadis itu mengambil satu potong roti dan susu itu. Dia tersenyum dengan perasaan heran. “Siapa yang meletakkannya di sini?” Lily melahap potongan roti itu hingga habis. Dia merasa seperti putri raja jika dilayani seperti itu. Gadis itu menginginkannya setiap hari. Setelah puas menghabiskan sandwich itu, dia meneguk susu hangatnya hingga habis. Dia menghela nafas lega. Tanpa sengaja dia juga bersendawa. “Ah. Aku makan lebih baik di sini daripada rumah sendiri.” Beranjak dari ranjangnya. Dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. “Andai saja dari dulu seperti
“Hai.”Perhatian Lily dan Kendrick tertuju padanya wanita itu adalah Amber Waverly. Tampilannya cukup berbeda, dia tampak anggun dengan full make up dan juga gaun panjang berwarna merahnya.Tatapannya Kendrick bergerak dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita itu sekarang memakai sandal hak tinggi yang juga berwarna merah. Padahal biasanya dia tak pernah berani memakainya.“Kenapa tampilanmu tiba-tiba berbeda?”Pertanyaan Kendrick itu membuat wajahnya tampak sedikit tak nyaman.“Eh ... aku tadi baru datang dari acara fashion show.”Wanita itu tersenyum setelahnya.“Kemari.”“Duduklah di dekat Lily.”Amber mengangguk pelan. Dia pun melangkah, duduk di dekat Lily. Amber tersenyum lembut pada gadis itu. Dengan senang hati, Lily juga tersenyum padanya.Saat Lily fokus pada bukunya kembali. Amber tetap menatap gadis itu. Wajah gadis itu memang sangat putih dan mulus, tak pernah Amber melihat kulit yang lebih indah daripada kulit Lily.“Sepertinya bisnismu sekarang semakin ber
Gadis berambut merah jahe dan berkulit kuning kecokelatan. Wajahnya tampak begitu mirip dengan Lily. Itu membuat Lily yang penasaran mendekat dengan perlahan.Langkah Lily terhenti ketika melihat gadis itu menoleh pada seseorang dengan raut bahagia. Dia tiba-tiba berlari ke arah Amber Waverly, mereka pun langsung berpelukan. Dari cara mereka melepas rindu, mereka seperti orang yang tak bertemu bertahun-tahun. Mungkin gadis berambut jahe itu adalah sahabat Amber yang berpisah dengannya dari sekian lama.Lily hanya memerhatikan mereka dengan wajah heran. Ternyata gadis berambut jahe itu tak terlalu mirip dengannya jika dilihat dari depan. Dia memiliki hidung yang lurus, bibir yang tebal dan juga mata yang panjang namun tampak kecil. Lily sangat menyukai bentuk matanya.Gadis berambut merah jahe itu memerhatikan tubuh Amber, dia tampak begitu takjub. “Amber. Kamu sekarang sudah banyak berubah.” “Kamu semakin cantik dan semakin sukses.”Dengan senyum gembira, dia menjulurkan t
Bersandar di sofa sambil menikmati secangkir kopi. Saat ini Kendrick malas melakukan apa pun dan juga malas memikirkan apa pun. Tak ada yang membuatnya terkesan hari ini.Mengambil majalah hariannya. Kendrick membukanya selembar, membaca berita baru yang terjadi hari ini. Isinya hanyalah korban kecelakaan, kebakaran rumah dan beberapa iklan. Dia melemparkannya kembali ke meja. Berita yang dia harapkan tak pernah terjadi.Deringan telepon berbunyi. Kendrick sedikit melirik ke arahnya. Lagi-lagi itu telepon dari orang yang tak dikenal.Dengan gerakan malas, Kendrick mengambil ponselnya itu. Dia mengangkatnya.“Ini dengan Tuan Kendrick?” tanya penelepon itu.Kendrick sedikit kaget, ini pasti yang dia tunggu-tunggu.“Iya. Ini saya sendiri. Ada apa?”“Nama saya adalah Wilson. Saya adalah seseorang yang anda suruh untuk melacak sebuah peta.”Seketika Kendrick mengembangkan senyumnya dengan lebar.“Kau telah menemukan keberadaan ayahku?” tanya Kendrick sangat penasaran.“Saya tidak
“Halo? Apakah ini Lily?”Lily benar-benar kaget, rautnya seperti membeku dalam sesaat. Entah siapa yang meneleponnya, itu membuat Lily ketakutan.“Halo?”Seketika lamunan Lily bubar dengan terkejut. Dia membuat nafas gadis itu berdegup kencang.“Bukan. Aku bukan Lily.”“Tapi siapa kau? Apakah kau kenal dengan gadis bernama Lily itu?” ucapnya berusaha tenang. Gadis itu menelan salivanya dengan berat.Entah kenapa. Tiba-tiba pria penelepon itu tertawa. Mata Lily langsung membelalak.“Kau pikir aku tidak mengenalmu? Aku sangat hafal dengan suaramu yang manis itu.”Dahi Lily berkerut. Dia sangat penasaran siapa pria itu.“Kau siapa?”“Namaku Revan Narandra. Aku temanmu saat sekolah dulu. Waktu masih SMP,” jelasnya dengan nada lembut.Tentu saja Lily mengenalnya. Dia dahulu sangat akrab dengan Revan Narandra. Tapi dia masih bingung bagaimana Revan mengetahui nomer rumah ini.“Oh, iya! Aku masih ingat,” ucapnya dengan tersenyum lebar. Perasaannya berubah begitu cepat.“Bagaiman
“Apakah kau mengenal Revan?” Lily menatapnya dengan datar, tentu saja dia kaget dengan pertanyaan itu. “Kenal. Dia temanku saat sekolah menengah pertama. Memangnya kenapa?” Gadis itu tak langsung menjawab, dia malah memainkan jarinya. Itu membuat Lily semakin penasaran. “Apakah kau pernah memiliki hubungan dengannya? Sepertinya dia sangat perhatian padamu,” ucap Liza dengan malu-malu. Wajahnya tampak muram. Di hari biasanya, Lily tak pernah sedikit pun melihatnya muram. Lily menjadi curiga jika Revan memiliki hubungan spesial dengannya. “Sebentar.” “Kenapa kau bertanya seperti itu padaku? Apakah kau menyukainya?” Liza mengangkat wajahnya menatap Lily. Gadis itu begitu malu-malu, seakan-akan ada lem yang merapatkan mulutnya. “Anu.” Gadis itu tak langsung menjawab. Lily semakin la semakin kesal melihatnya seperti itu. Dia berdecak. “Liza, katakan!” Mata Liza seketika membelalak, kedua tangannya ke belakang menopang tubuhnya yang akan terjatuh. “Dia ... dia pacarku,” ucapnya
“Gagal? Apakah kakek Bretton memberimu peta palsu?!”Berdiam di pelukan gadis itu. Kendrick merasakan dadanya terasa panas dengan detak jantung tak karuan.“Iya.”Pria itu pun memejamkan matanya di pelukan Lily. Kendrick benar-benar memeluk Lily seperti anak kecil yang berada di pelukan ibunya. Sejak kecil dia memang memiliki kebiasaan memeluk ibunya ketika dia merasa sangat lelah. Kamar yang Lily tinggali sebenarnya juga kamar bekas almarhum ibunya dulu, sehingga Kendrick mengkhayalkan Lily adalah ibunya.Lily bisa merasakan nafas Kendrick yang hangat di punggungnya. Gadis itu jadi teringat saat memeluk keponakan laki-lakinya yang berumur 6 tahun. Saat anak kecil itu menangis, biasanya dia berlari pada Lily dan tidur di pelukannya. Namun, kali ini Lily memeluk anak kecil raksasa dengan berat dua kali lipat dari tubuhnya.Gadis itu bergerak memeluknya balik. Tangan kanannya menepuk-nepuk ringan punggung pria itu.Mungkin untuk sementara waktu terasa nyaman, namun semakin lama
“Kendrick?!”Kedua orang yang masih berselimut itu langsung bangun dengan mata membelalak. Jantung mereka berdua langsung berdetak kencang tak karuan. Terutama Kendrick yang kedua kancing kemeja bagian atasnya terbuka dan dasinya tak karuan.“Bibi. Ini tidak seperti yang Bibi pikirkan.”“Kami hanya—“Bibi Freda mengangkat tangan kanannya menyuruh pria itu diam. Kendrick saat ini hanya bisa terdiam. Seluruh tubuh pria itu terasa panas karena ketakutannya sendiri.Kendrick beranjak dari ranjangnya, melangkah menghampiri bibinya itu. Wajahnya hanya menunduk, dia bahkan tak berani menatap mata Bibi Freda.“Kendrick minta maaf, Bi. Kendrick salah,” ucapnya dengan wajah murung. Dia tampak sangat menyesal.Bibi Freda menatap ke arah lain dengan wajah yang sinis. Dia tak pernah percaya anak laki-laki yang dia besarkan seperti anak sendiri sekarang berani melakukan itu.“Untuk apa minta maaf ke Bibi, hm?”“Minta maaf ke pacarmu itu. Kau menodainya tanpa nikah.”Kendrick sedikit membe