แชร์

8. Pemakaman Marry

ผู้เขียน: Gabrilia Viola
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-04-09 00:13:34

Alarm berdering tepat di pukul 5 pagi. Mata Lily membuka perlahan, dia bangun dengan meregangkan otot-ototnya.

Setelah mematikan alarm, gadis itu menggaruk-garuk kepala, saat itu dia masih setengah sadar. Matanya dalam kondisi terpejam.

Lily membuka mata, dia pun dikejutkan oleh dua potong roti dan juga segelas susu di samping alarm itu. Itu adalah sandwich isi sayur selada, tomat, bawang bombai dan irisan daging sapi.

Gadis itu mengambil satu potong roti dan susu itu. Dia tersenyum dengan perasaan heran.

“Siapa yang meletakkannya di sini?”

Lily melahap potongan roti itu hingga habis. Dia merasa seperti putri raja jika dilayani seperti itu. Gadis itu menginginkannya setiap hari.

Setelah puas menghabiskan sandwich itu, dia meneguk susu hangatnya hingga habis. Dia menghela nafas lega. Tanpa sengaja dia juga bersendawa.

“Ah. Aku makan lebih baik di sini daripada rumah sendiri.”

Beranjak dari ranjangnya. Dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

“Andai saja dari dulu seperti ini.”

Menghidupkan shower. Air pun mengalir deras membasahi tubuhnya. Lily sampai lupa tidak menutup pintu, karena dia pikir tempat mandinya sedikit jauh dari pintu, jadi dia tidak akan ada yang masuk.

Dia tak menyadari siapa yang sedang masuk ke dalam kamarnya. Tentu saja itu Kendrick, dia menoleh pada pintu yang tidak ditutup itu. Langkahnya menuju padanya.

Saat akan masuk, dia mendengar suara rintikan air. Langkahnya pun terhenti, namun tangannya bergerak menutup pintu itu.

Mendengar hal itu, Lily seketika menutup kedua organ sensitifnya dengan tangan. Jantung gadis itu seperti akan berhenti, dia sangat kaget. Nafas Lily begitu cepat setelahnya.

Lily cukup trauma, dia berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Untung saja Kendrick tak sampai masuk.

Mengintip sedikit saat akan keluar, Lily saat itu hanya memakai handuk. Dia takut Kendrick masih berada di luar menunggunya.

“Dia sudah pergi atau belum?” gumam Lily bertanya-tanya. Tapi jika dia pikir-pikir, dia tak mungkin berdiam di sini terus-menerus.

“Ya sudahlah.”

Dengan santainya dia melangkah ke luar menuju ranjangnya.

Langkahnya berhenti dengan tatapan panik saat melihat Kendrick duduk di ranjangnya dengan kedua tangan berada di belakang menopang tubuhnya.

Pria itu menatap tubuh Lily dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bibirnya terangkat dengan bergairah saat tatapan tajamnya tertuju pada wajah gadis itu.

“Eh ....”

“Aku akan ganti baju,” ucap gadis itu sambil berbalik arah.

“Stop!”

Teriakan Kendrick membuat langkahnya berhenti, hingga Lily menoleh kembali padanya.

“Kau ingin ke mana? Ambil dulu pakaianmu di lemari, sayang.”

Kendrick sedikit tertawa melihat kepanikan di wajah Lily. Bahkan otak gadis itu sampai tak berfungsi karena panik.

Lily menuju pada lemari. Saat membuka lemari itu, dia dikejutkan dengan banyaknya berbagai macam pakaian yang telah terisi. Dia heran kapan mereka mengisi lemari itu, padahal kemarin dia lihat masih kosong.

“Ambil gaun berwarna hitam yang sopan. Kita akan berkunjung ke makam ibuku.”

Lily hanya mengangguk. Dengan cepat dia mengambil salah satu gaun panjang dengan dengan lengan tertutup.

Melihat di cermin. Ternyata gaun itu pas di tubuhnya dan juga sangat indah. Ly tak mengerti bagaimana cara pria itu mengetahui ukuran tubuhnya.

Tak perlu berlama-lama untuk bersiap, karena Kendrick tak punya waktu untuk itu. Mereka berangkat menuju makam keluarga yang cukup mewah. Makam itu sebenarnya telah ada sejak satu abad sebelum Kendrick dilahirkan.

Makam itu didesain dengan banyak bunga mawar putih di setiap sisinya. Di setiap joglo hanya ada satu makam, sehingga membuat pemakaman itu seperti taman jika seseorang tak mengetahuinya.

Menginjakkan kaki pada salah satu joglo, Lily melihat ke sana ke mari karena baru pertama kali makam semewah ini.

Duduk di depan kuburan ibu Kendrick. Lily mengangkat wajahnya. Dia melihat tulisan di batu nisan, Marry Jasmine Bahesmana. Ternyata dia telah meninggal 25 tahun yang lalu.

Umur Kendrick dikirakan telah 35 tahun karena saat itu Kendrick pernah bilang jika ibunya meninggal saat dia masih berumur 10 tahun.

Dia menoleh pada Kendrick. Pria itu sedang memejamkan mata, membaca doa-doa. Gadis itu pun ikut memejamkan mata, membaca doa yang dikhususkan pada ibunya Kendrick.

Kendrick telah selesai, dia menoleh pada Lily yang masih terpejam. Dia bisa melihat dari dekat kulit wajahnya, begitu putih dan halus. Tanpa disadari, dia sedikit tersenyum.

Lily pun telah selesai. Dengan wajah polos dia menatapnya balik. Matanya yang besar dan indah membuat Kendrick semakin betah menatap.

“Ternyata kau bisa berdoa juga?” ucap Kendrick mengejeknya. Dia menertawakannya.

Alis gadis itu seketika mengerut padanya.

“Tuan pikir aku bodoh?” ucapnya kesal. Bibirnya mulai mengerucut.

“Dasar tukang marah. Padahal kan aku hanya bercanda,” balas Kendrick dengan senyum tipisnya.

“Aku sudah menunjukkan makam ibuku. Apa kau sudah percaya sekarang?”

Lily menundukkan wajah dengan pikiran yang bertanya-tanya. Dia masih heran mengapa ibu Rosby bisa setega itu.

“Aku mengenalnya sangat takut dengan darah. Jadi bagaimana dia bisa melakukannya?”

Tatapan Kendrick berubah datar seketika. Dia menepuk jidatnya sendiri. Menoleh kembali pada Lily, menghela nafas berat.

“Jangan tertipu dengan aktingnya. Dia itu penghianat.”

“Memangnya dia memperlakukanmu dengan baik?”

Wajah Lily muram. Dia menggelengkan kepala.

“Dulu aku pikir dia baik. Tapi sekarang aku pikir lagi tidak juga.”

Memejamkan mata dengan bernafas berat.

“Aku gak pernah menyangka dia setega itu.”

Lily menoleh padanya. “Ngomong-ngomong sekarang kau menguburkan jasad ibu Rosbyga di mana?”

“Di sebuah gubuk di tengah hutan. Orang tak punya hati itu pantas mendapatkannya.”

Mereka saling merenung dengan menatap kuburan Marry. Sejujurnya mereka lelah dengan kisah hidupnya masing-masing. Wajahnya sama-sama muram.

“Ayo pulang.”

Mereka beranjak, melangkah meninggalkan joglo itu. Namun tiba-tiba langkah Kendrick berhenti, dia menoleh pada makam ibunya itu. Matanya berkaca-kaca, dia sangat merindukan ibu Marry. Wanita tercantik dan terbaik yang pernah dia temui.

Berada di perjalanan, Lily dan Kendrick sibuk dengan pikirannya masing-masing. Lily menatap ke luar jendela, sedangkan Kendrick fokus menatap ke depan.

Semakin lama Kendrick menjadi bosan berdiam diri seperti itu.

“Kau ingin makan apa?”

Lily menoleh padanya. Dia tak langsung menjawab, namun berpikir terlebih dahulu.

“Hm, aku tidak tahu makanan-makanan yang enak di kota. Tapi entah kenapa aku ingin sekali memakan mie sambil membaca buku.”

“Aku selalu melakukannya di rumahnya dulu setelah selesai bekerja.”

Kendrick sedikit menoleh padanya, wajah gadis itu tampak ceria. Keceriaan wajahnya membuat Kendrick tersenyum.

“Ide yang bagus. Kebetulan aku juga suka membaca buku. Hanya saja sekarang agak jarang.”

Kendrick sebenarnya tak menyangka jika gadis itu menyukai hal yang sama dengannya. Namun, Kendrick sudah lama meninggalkan hobinya itu. Semua itu karena dia sibuk mengurus gangster dan juga bisnisnya.

Alasan utama dia mendirikan gangster itu adalah untuk balas dendam atas kematian ibunya. Namun ternyata itu juga sangat membantu kelancaran bisnisnya, sehingga terkadang dia lebih sibuk mengurus permasalahannya dengan para mafia daripada mengurus perusahaan.

Perpustakaan itu berkolaborasi dengan sebuah kafe yang menyediakan kopi dan juga banyak makanan lainnya. Saat memasuki perpustakaan itu, Lily seketika mengingat pada masa kecilnya yang sangat senang membaca buku di perpustakaan kakek Bretton. Sayangnya ternyata kakek Bretton tak sebaik yang dia pikirkan.

Gadis itu melihat buku astronom yang sangat mirip dengan buku yang pernah dia baca dahulu. Ada sedikit perbedaan, namun juga tak mencolok. Lily membukanya.

Luar biasa, ternyata itu buku yang sama seperti buku yang ingin Lily baca sampai tamat dahulu. Namun, entah kenapa dia tak menemukannya lagi setelah itu.

“Akhirnya ketemu lagi.”

Gadis itu membacanya. Duduk di samping Kendrick yang juga sedang sibuk membaca buku. Lily melirik pada buku yang dibaca Kendrick. Ternyata dia juga membaca buku sains, namun tentang anatomi.

“Kau juga menyukai sains?” tanya Lily.

“Sangat,” jawab Kendrick menoleh padanya.

Tanpa mereka sadari ada seorang wanita bergaun merah panjang yang mendatangi mereka.

Sandal hak tinggi berwarna merahnya terdengar ketika dia berjalan. Wanita itu tampak anggun dan elegan. Dia tersenyum lembut.

“Hai.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   62. Apa Yang Terjadi?

    Lily menoleh pada jam dinding, tak terasa sudah pukul 17.54. Gadis itu menunggu selama berjam-jam hingga senja telah larut. Wajahnya menunduk dengan penuh rasa khawatir. Ibu Alexandria tidak datang-datang, sedangkan Kendrick masih belum pulang. Lily sangat bingung dengan apa yang terjadi. Bahkan dia telah menelepon Kendrick berulang kali, namun tak diangkat. Itu membuatnya semakin khawatir dan gelisah dengan keadaan pria itu. Lily takut dia adalah masalah di jalan atau yang lebih parahnya lagi kecelakaan. “Sebenarnya ini ada apaan, sih? Kok aneh banget?” “Apa jangan-jangan Ibu Alexandria menipuku, ya? Kenapa coba dia gak datang, padahal dia sudah berjanji dengan Kendrick.” Lily menghirup nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Itu membuat dirinya menjadi lebih tenang. Dia masih tak bisa percaya ibu Alexandria melakukan hal ini padanya, tanpa memberikan alasan yang jelas mengapa dia tak datang. “Sepertinya aku tidak boleh mempercayai siapa pun.” Gadis itu beranj

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   61. Akhirnya Alvin memberikannya

    “Eh ... sebenarnya memang benar jika Danielle adalah temanku, tapi itu dulu sekarang tidak. Itu karena terjadi sebuah pertengkaran antara aku dengannya, sehingga aku menghapus nomornya begitu saja. Maaf, saat itu aku terbawa emosi.”Lizy bahkan tak memejamkan matanya menatap mata laki-laki itu. Tatapan tajam gadis itu membuat Alvin takut untuk menoleh padanya. Lizy bisa melihat kebohongan pria itu dengan melalui ketidak tenangan rautnya.“Jangan berbohong! Apakah kau tidak lihat kau sedang berhadapan dengan siapa?” “Aku bisa membaca bahasa tubuh maupun pikiranmu dengan sekali lihat. Jangan pernah lupa jika aku kuliah jurusan psikologis.”Alvin mengangkat wajahnya, dia menatap sinis pada gadis itu. Dia akui apa pun yang Lizy katakan memang benar, tebakannya tak pernah luput. Oleh karena itu Lizy selalu dianggap ancaman.“Terserah kau saja, meski kau menganggapku munafik pun aku tak peduli,” bantah Alvin tak terima.Pria itu membuka ponselnya. Dia menekan bagian kontak dan mulai

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   60. Mencurigai Kebohongan

    Di dalam kamar Kendrick yang telah tertutup rapat, suara ponsel terus berdering di atas meja kerjanya. Tak seorang pun yang bisa mendengar karena luasnya kamar tersebut. Ponsel itu tertinggal karena Kendrick terburu-buru pergi demi menghindari pertanyaan Lily.Saat ini pria itu sedang duduk di sebuah kafe out door. Pandangannya begitu kosong, menatap polos pada keramaian orang-orang di jalan itu.Dia menarik nafas dengan berat, lalu menghembuskannya perlahan. Mengangkat secangkir kopi hangatnya, lalu menyeruput perlahan.“Andai saja saat itu aku tak meninggalkan ayah, semua ini mungkin tak akan terjadi.”Kendrick sangat menyesali perbuatannya saat itu. Hal paling menyakitkan dalam hidupnya adalah mengambil keputusan yang sering dianggap sepele. Kendrick tak mengerti mengapa semua hal yang dia anggap kecil selalu menjadi besar, seperti keputusannya untuk menyembunyikan Kakek Bretton dan ayahnya di ruangan yang dia anggap aman.Padahal mereka berdua masing-masing telah dia berikan

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   59. Efek Pelukan

    Bibir Lily semakin terangkat dengan sudutnya yang menurun. Sangat menyakitkan baginya untuk semua itu. Dia masih tak bisa meninggalkan Kendrick.Tanpa ragu-ragu lagi, Lily memeluk Kendrick dengan erat. Merasakan hangatnya tubuh Lily, membuat Kendrick merasa panas dingin. Kendrick meneguk salivanya sendiri saat merasakan kedua tangan kecil Lily yang melingkar ditubuhnya itu memberikan sensasi geli yang terangsang syahwatnya.Kendrick tak memedulikan apa yang sedang Lily pikirkan, dia sedang berusaha menahan dirinya untuk tak melakukan apa pun.“Tuan, kau tak mau bertemu denganku lagi bukan karena kau ingin pindah alam, kan?”Kendrick tak menyangkal apa yang dia katakan. Bisa-bisanya gadis itu berpikir seperti itu?“M-maksudnya?”Lily melepaskan pelukannya dan melihat pada Kendrick. Mata mereka saling bertemu dengan saling bertanya-tanya.“Tuan tidak paham?”Pria itu merasa malu dengan pertanyaan bodohnya itu. Mengalihkan pandangan ke hal lain sambil memikirkan cara untuk menjaw

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   58. Pelukan Hangat Perpisahan

    “Melepasmu?”“Untuk apa aku takut melepasmu, Lily?”Kendrick tersenyum, lalu tertawa. Saat itu sebenarnya dia menertawakan dirinya sendiri yang berpikir aneh. Lily bukanlah segalanya, dia hanya gadis yang dia tawan di rumahnya dan dirinya malah menaruh perasaan pada gadis itu.Senyum pria itu memudar dengan begitu cepat. Dia menjadi tampak murung.“Selamat, Lily.”Kendrick menjulurkan tangannya pada gadis itu. Tapi Lily hanya memerhatikan tanpa menggerakkan tangannya sedikit pun.“Selamat akhirnya kau bertemu dengan orang tuamu. Hari ini adalah hari berakhir kita bertemu. Setelah ini kita akan benar-benar berpisah.”Kendrick bahkan tak menurunkan tangannya walaupun tahu Lily hanya diam saja.”Lily mulai mengerti dengan maksudnya, dia tak mengerti mengapa Kendrick tak mau menemuinya lagi setelah ini.Dengan senyum lebar dia menerima jabatan tangannya. “Terima kasih, Tuan. Terima kasih atas semuanya.”Kendrick merasa seperti berkeringat panas dingin. Dia merasa senang sekaligu

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   57. Berat Untuk Melepasnya

    Kendrick merebahkan tubuh di sofa. Pandangan matanya kosong tertuju pada langit-langit atap. Dadanya terasa seperti panas, terkadang dia menghirup nafas dengan berat dan menghembuskannya seakan menghembuskan kesedihannya.Hari ini Lily dan Liza masih belum datang, padahal sudah jam dua siang. Entah ke mana kedua gadis itu sampai selama ini. Tapi Kendrick tak merasa khawatir karena ada Danielle yang menjaganya.Walau begitu Kendrick tetap tak bisa tenang. Di pikirannya hanya ada wajah Lily. Kendrick masih ingat saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, Lily begitu ketakutan melihat dirinya kala itu. Bagi Kendrick gadis itu berbeda dengan gadis lainnya, yang selalu menginginkan uang, barang branded dan hidup yang mewah, sedangkan Lily yang terpenting hanya makan.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, Kendrick masih merasa dia baru kemarin membawa Lily ke rumah ini. Sekarang Lily telah menemukan keluarganya. Sebentar lagi, Kendrick tak akan mendengarkan suaranya lagi di rumah ini.

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status