Share

Gadis Lugu Tertindas, Dipungut Paman Tampan
Gadis Lugu Tertindas, Dipungut Paman Tampan
Author: Ratu As

Bab 1

Author: Ratu As
last update Last Updated: 2025-10-14 22:13:32

"Lap, sepatuku!" titah seorang pemuda yang baru saja keluar dari aula pesta dan dia menghampiri seorang gadis yang tadi berjalan di pinggiran kolam bernama Ziana. 

Ziana tertegun, dia diam sesaat dan menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang selain dia yang berdiri di sana. 

Tempat itu sepi, berbeda dengan aula pesta ulang tahun yang berada di rumah besar itu. Ziana menyingkir dari keramaian karena sadar pesta ulang tahun sahabatnya sangat mewah, dihadiri oleh banyak muda-mudi dengan pakaian yang mahal, berbanding terbalik dengan penampilan Ziana yang hanya memakai gaun sederhana, itu pun dia dapat dari meminjam teman.

Ziana tidak mau membuat sahabatnya--Sandra--merasa malu. Dia berniat ingin menemui dan memberikan Sandra hadiah saat acaranya nanti selesai. Jadi Ziana menunggu di samping rumah, di mana ada sebuah kolam dan taman di sana. 

"Tuli? Cepat lakukan!" Aziel kembali memerintah, kali ini dengan menunjuk sepatunya dan memajukan kaki kanan di hadapan Ziana. Raut wajah lelaki itu bukan hanya tidak ramah, namun juga menyebalkan. 

"Bukan aku yang menumpahkan minuman itu, kenapa kamu memerintah?" protes Ziana, dia tidak tahu siapa lelaki di depannya, datang-datang langsung meminta Ziana membungkuk dan membersihkan sepatunya. 

"Tapi kamu pelayan kan?" 

Ziana tercengang dengan anggapan pemuda itu--Aziel. Dia pun menatap Aziel dengan tatapan sengit. Gadis itu cukup berani untuk protes dan tidak mengindahkan perintah orang gila seperti Aziel. 

"Kamu masih muda, harusnya tidak rabun! Bagaimana bisa kamu mengira aku pelayan? Bukankah para pelayan itu memakai seragam!" Tunjuk Ziana ke jendela besar yang transparan dimana seorang pelayan terlihat di aula pesta, mereka memakai seragam pelayan khusus. 

Aziel berdecih, dia tersenyum sinis dengan gadis miskin yang cukup berani. Dia kembali menelisik penampilan Ziana, gaun berwarna mencolok yang dipakainya sangat ketinggalan jaman. 

"Yah, kalo kamu bukan pelayan, mungkin anak pelayan? Buktinya, hanya kamu yang datang ke sini memakai gaun lusuh, tidak tahu dresscode?" Aziel tersenyum mencibir dengan mengangkat sebelah alisnya. Ekspresinya sangat menyebalkan. 

Kekehan tawa dan pertanyaan dari Aziel terdengar merendahkan dan mengusik, Ziana dibuat makin geregetan. Namun dia tahu bermasalah dengan anak orang kaya bukan sesuatu yang baik. Ketimbang melayaninya, Ziana memilih balik badan dan hendak menjauh. 

"Tunggu, kamu sungguh tidak mau membantuku membersihkan sepatuku? Aku bisa membayarmu mahal, apalagi jika kamu mengelapnya dengan gaun jelekmu itu!" 

 Ziana mengepalkan tangannya. Sebagai anak yatim piatu dari panti asuhan, dia sering mendengar penghinaan, tapi harusnya bukan dari orang rendom seperti pemuda itu. Kenal saja tidak, sudah berani merendahkan! 

"Maaf aku tidak berminat! Aku datang ke sini untuk memenuhi undangan Sandra dan ayahnya!" Ziana tak acuh, dia mengangkat kaki dan hendak melangkah. 

Respon yang sangat menjengkelkan, Aziel tidak terima. Dia yang sudah kesal karena sepatunya kotor tertimpa minuman di aula pesta tadi, kini ditambah dengan sikap sok dari gadis miskin membuat emosinya makin meluap. 

"Heh--" Aziel menegur, tangannya menarik pundak Ziana agar mau berbalik menghadapnya, namun tenaga yang terlalu kuat justru membuat langkah Ziana terhuyung dan kehilangan keseimbangan. 

Byuuurrr! 

Tubuh Ziana tercebur saat Aziel melepas tangannya dari gaun yang sobek di bagian pundak. 

Ziana tidak bisa berenang, gadis itu pun gelagapan. Bukannya menolong, Aziel justru tertawa puas. Dia bahkan sengaja tidak melakukan apa pun, menikmati suara kecipak air dengan teriakan minta tolong yang teredam. 

"Kamu tidak bisa berenang? Mau kubantu? Memohonlah dulu!" ucapnya angkuh. 

Suara minta tolong Ziana tidak terdengar oleh orang-orang di aula yang sedang asyik menikmati musik dan menyanyikan lagu ulang tahun. Namun, apa yang Aziel lakukan terlihat jelas oleh sang tuan rumah yang berdiri di balkon dan melihat ke arah kolam renang di bawah. 

Lelaki matang itu sejak tadi melihatnya, namun tak acuh, menganggap adegan di bawah hanya permainan anak muda. Tapi saat melihat gadis yang tercebur tidak lagi muncul ke permukaan, ia mengernyit dan memahami situasinya. 

Arhan pun bergegas turun, dia berjalan melewati aula pesta dengan langkah yang tegap dan aura yang karismatik, sontak menjadi sorotan, namun wajah dinginnya membuat muda-mudi itu tidak berani menyapa dan hanya bergeser memberi jalan.

Sandra yang sedang berdiri di depan kue ulang tahun menoleh ke arah ayahnya itu, namun Arhan hanya memberi isyarat untuk Sandra melanjutkan acaranya kembali. 

Sandra tersenyum dan mengangguk, dia tidak mencegah ayahnya yang berjalan keluar. Dia tahu ayahnya bukan seseorang yang suka keramaian. Meski diizinkan menggelar acara pesta ulang tahun, bukan berarti Arhan akan mengikuti acara. Sandra bisa memaklumi sifat ayahnya. 

"Keributan apa ini?" tegur Arhan pada Aziel yang seketika menghentikan tawanya. Pemuda itu menelan ludah saat melihat Arhan berdiri tak jauh darinya dan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. "Apa kamu ingin mengacaukan pesta ulang tahun Sandra?"

Arhan melangkah, setiap hentakan kakinya terdengar lambat dan menakutkan di telinga Aziel yang kini nyalinya menciut. Arhan bukan orang lain, dia adalah adik dari ibu Aziel, jelas saja Aziel tahu betul bagaimana sifat dan temperamen pamannya. 

"Apa kamu berniat membunuh seseorang?" cecar Arhan lagi, dia melirik ke arah kolam yang masih beriak, tidak memerintah namun auranya yang dominan dan mengintimidasi cukup membuat Aziel sadar apa kesalahannya. 

"Paman Arhan? Ti--tidak, aku hanya--" Aziel ingin berkilah tapi lidahnya terasa kelu. 

Pemuda itu hendak menceburkan diri untuk menolong Ziana karena takut mendapat teguran lebih keras dari Arhan, namun tidak dia sangka Arhan jauh lebih gesit masuk ke kolam lalu mengangkat tubuh Ziana yang sudah lemas dan hampir jatuh ke dasar. 

Saat berhasil naik, Ziana tak sadarkan diri. Arhan membantunya memberikan pertolongan pertama. Sementara Aziel berdiri kaku, setelah ini dia pasti akan mendapat masalah. Dia tahu adik ibunya itu bukan seseorang yang bisa direpotkan dengan hal seperti ini. 

"Paman, apa dia mati?" Aziel ketakutan ketika Arhan memompa tangannya di dada Ziana untuk melakukan CPR, juga menempelkan mulutnya ke mulut Ziana untuk memberi napas buatan, tapi Ziana tak kunjung merespon, yang ada wajahnya semakin pias. 

Jangan sampai Ziana mati, bisa-bisa pamannya akan menjebloskan Aziel ke penjara sebagai hukuman! 

Arhan tidak mendengarkan ocehan Aziel yang ketakutan, dia fokus pada Ziana yang bibirnya membiru dan terus memberikan pertolongan sebisanya sampai harapan itu kembali. 

Uhuuuk! Uhuuuk! 

Ziana terbatuk, dia bangun dan muntah banyak air. 

Sekarang Arhan kembali menatap keponakannya itu dengan raut wajah yang kaku, meski tidak setegang tadi namun tetap saja menakutkan. Tidak ada kelegaan di wajah itu meski sudah berhasil menyelamatkan seseorang. 

"Anak bodoh! Apa kamu tak punya nurani, hah? Siapa yang mengajarimu menjadi iblis? Kamu puas menindas seseorang dengan cara yang berbahaya seperti itu?"

Plak! 

Arhan memarahi Aziel dengan mengeplak kepalanya memakai jas yang tadi dia tanggalkan, lalu Arhan kembali membungkuk untuk menyelimuti punggung Ziana dengan jas itu. 

Terlihat jelas amarah di wajah tegas Arhan, mungkin karena Arhan membayangkan jika gadis yang diperlakukan tak baik itu adalah putrinya, dia pasti tidak terima, tidak peduli yang melakukannya keponakan sendiri, Aziel tetap harus mendapat pelajaran! 

"Ma--maaf, Paman... aku, aku hanya sedang bercanda!" Aziel memohon seperti pecundang. Di hadapan pamannya, keangkuhan Aziel bukanlah apa-apa.  "Toh, Paman sudah menyelamatkan dia, Paman memberi napas buatan dan dia sudah bangun!"

"Bercanda?" Tatapan Arhan menajam, saat dia mengangkat tangannya, Aziel yang mengira akan dapat bogem buru-buru merunduk, membuat Arhan berdecih. Tangannya yang mengawang di udara hanya meremas angin kemudian turun dan berbalik menunjuk wajah Aziel. 

"Kamu, temui Paman di rumah Nenek besok!" Arhan cukup tegas ingin memberi Aziel hukuman tapi tidak sampai hati membuat wajah keponakannya babak belur. Sebagai pria dewasa, tentu Arhan harus bersikap bijak. 

Ziana masih diam, dia syok, otaknya belum bisa mencerna apa pun sampai matanya bertemu tatap dengan manik tajam Arhan yang membuatnya menegang. Ziana sampai tersedak ludah, reflek menutup mulutnya lalu menggigit bibirnya kuat-kuat. 

Dia mengerjap, bayangan tentang napas buatan berkeliaran di benaknya saat menatap pria gagah di depan. Bukankah hal itu dilakukan dengan menempelkan bibir? Seperti ciuman! Entah kenapa bukan hanya fisik saja yang lemas, sepertinya otak Ziana ikut eror karenanya. 

"Kamu bisa berdiri?" Arhan mendekat dengan berkacak pinggang, dia hanya bertanya dan tidak berniat menolong lebih, namun reaksi Ziana yang hendak berdiri lalu terjatuh lagi karena kakinya gemetar membuatnya iba.

Gadis itu terlalu gugup menghadapi Arhan. 

"Apa gunanya kaki kurusmu jika hanya terendam sebentar langsung lemas--" Ucapan Arhan terdengar seperti cibiran, namun gerakannya yang tanggap membopong Ziana sama sekali tidak terduga. 

"Aku bisa jalan sendiri, Pak Arhan--"

Ziana kaget, menatap manik gelap dan ekspresi dingin itu sudah membuat gadis muda seperti Ziana merasa takut dan terintimidasi. 

"Kamu yakin? Hanya untuk berdiri saja jatuh, kamu mungkin akan masuk angin jika berjalan dengan pakaian basah seperti itu." 

Ziana mengikuti arah mata Arhan pada gaunnya yang basah, menerawang, dan tercetak jelas di tubuh ramping Ziana. Sontak dia mengeratkan jas yang menyelubungi punggung lalu menunduk dan meringkuk dalam dekapan pria dewasa itu. 

Keadaannya sekarang sangat tidak menguntungkan untuk menolak bantuan, akhirnya Ziana hanya bisa pasrah sambil menahan malu. 

Tangan Arhan yang kokoh dan hangat sangat kontras dengan tubuh rapuh gadis itu.

Usia Arhan mungkin tidak muda lagi, namun badannya masih kekar dan gagah. Wajahnya pun terbilang tidak menua, di usianya yang menginjak kepala empat. Dia seorang duda. 

Arhan berjalan masuk lewat pintu lain agar tidak mengganggu acara putrinya yang masih berlangsung. 

"Kamu bisa menginap malam ini, Sandra pasti akan sangat khawatir jika tahu keadaan sahabatnya begini--" kata Arhan yang membuat Ziana tertegun tak percaya. Dia menurunkan Ziana di kamar tamu.

Rupanya lelaki dewasa yang selama ini terlihat dingin dan tidak peduli pada orang selain putrinya itu cukup baik bahkan perhatian--dia mengenali Ziana! Padahal Ziana kira Arhan tidak tahu siapa gadis berpenampilan lusuh dan bernasib menyedihkan ini. 

Entah kenapa Ziana merasa berdebar saat tahu jika ternyata Arhan mengenalinya! Lelaki yang di matanya sangat dingin dan angkuh, kini punya kesan yang berbeda, ada kebaikan juga ketegasan seorang lelaki yang membuat hati wanita merasa aman dan nyaman. 

"Kenapa? Matamu bisa kelilipan kalau tidak berkedip," tegur Arhan mengernyitkan keningnya saat menatap manik bening milik Ziana. 

Ziana gelagapan, kali ini bukan karena tercebur ke kolam melainkan gugup terpergok sedang menatap lelaki dewasa itu dengan tatapan kagum! 

"Ti--tidak...." Ziana menggeleng panik, pipinya yang dingin karena air kini justru terasa menghangat. 

"Kamu bisa ganti baju, saya akan suruh pelayan membawa baju ganti," imbuh Arhan tetap bersikap biasa dan tidak menanggapi lebih sikap Ziana yang seperti anak-anak sedang heran. 

Ziana mengangguk sungkan, dia juga tidak nyaman dengan tubuhnya yang kuyup dan dingin, rasanya ingin menggigil. 

"Te--terima kasih, Pak Arhan--" ucap Ziana membungkuk. 

Arhan hendak berpaling, namun gerakan Ziana menarik perhatiannya. 

"Tunggu... kenapa belakang gaunmu memerah, itu darah! Apa kamu terluka?" Arhan menunjuk bagian pantat Ziana yang seketika membuat wajah gadis itu merona--malu! 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Lugu Tertindas, Dipungut Paman Tampan   Bab 6

    "Oh, benarkah?" Arhan menunjukan sikap tenang, "saya tidak sengaja mendengar dari beberapa pelayan lain--"Ziana terkekeh mendengarnya, dia pikir Arhan sungguhan tahu karena punya koneksi orang dalam di restoran itu, rupanya hanya hasil dari menguping!"Aku berharap itu benar, tapi belum ada kepastian," sahut Ziana polos, dia sama sekali tidak berpikir jika Arhan seseorang yang memiliki kuasa di restoran tempatnya bekerja. "Oiya, Pak Arhan habis makan? Sendirian?" Ziana memindai sekeliling, tidak ada orang lain yang terlihat sedang menunggu Arhan. "Ya, tadi ada rapat di sini. Sudah selesai--" Ziana manggut-manggut, dia paham mungkin Arhan baru saja mengadakan rapat bersama orang penting. Restoran ini memang salah satu tempat favorit para pebisnis melakukan reservasi tempat untuk mengadakan rapat, biasanya ada di privat room di lantai tiga. "Zi, ayo!" Suara Reyna mengalihkan perhatian keduanya, mereka menoleh bersamaan ke arah Reyna. "Pak Arhan, sepertinya aku harus pergi." Ziana

  • Gadis Lugu Tertindas, Dipungut Paman Tampan   Bab 5

    "Ah? Maksudnya ini--" Ziana meremas amplop yang tadi Adam beri sembari terkekeh malu, dia pikir mungkinkah Arhan penasaran dengan bayaran jasa kebersihan yang dia lakukan? Arhan mengemudi dengan pelan karena terlalu penasaran dan ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada Ziana. "Tidak banyak, Pak Arhan." Kalau Arhan tahu, ia pasti akan merasa geli, uang di dalam amplop mungkin hanya sebanding harga satu kain lap di rumahnya. "Apalagi aku hanya melakukannya sebentar untuk tiga kamar. "Kening Arhan mengernyit, dia lihat Ziana yang masih terlihat santai menjawab seakan sudah biasa melakukannya. "Tiga kamar? Maksudnya juga ada tiga pria berbeda?"Hah? Ziana menatap Arhan lebih fokus, sebenarnya ekspresinya tidak jauh berbeda dengan Arhan. Keduanya saling tatap dengan pemikiran masing-masing, obrolan yang mereka ucapkan terdengar nyambung tidak nyambung, namun yang jelas apa yang Arhan maksud dengan pemahaman Ziana jelas berbeda. Ziana berpikir keras, raut wajahnya berubah bingung. Na

  • Gadis Lugu Tertindas, Dipungut Paman Tampan   Bab 4

    Ziana memaksakan senyumnya karena Arhan tidak merespon, lelaki itu hanya menatap Ziana dengan tatapan yang rumit. "Kamu mengenalnya?" Jelas yang Arhan maksud adalah gadis tadi. "Mmm, dia temanku--" jawab Ziana cepat, dia pikir dengan mengakui Reyna sebagai teman agar Arhan tidak banyak tanya lagi. Sayangnya yang dipikirkan lelaki itu justru lain, Arhan punya pandangan liar soal Ziana yang lugu, tapi dibalik itu mungkin dia gadis yang cukup 'berani'. "Kamu punya banyak teman? Akan lebih baik kamu mengenal baik teman-temanmu, termasuk latar belakangnya," kata Arhan sebelum melangkah dan kembali melanjutkan niatnya ke toilet tanpa menunggu respon Ziana. Ziana tidak tahu maksud Arhan dengan jelas, namun dari sikap lelaki itu yang terasa dingin membuat Ziana tidak enak hati. ***Saat makan malam berlanjut, Arhan dengan gerakan yang tertata meraih piring Ofi lalu membantu wanita itu memotong steak menjadi lebih kecil dan mudah dimakan. Sontak saja tindakannya membuat Sandra dan Ofi te

  • Gadis Lugu Tertindas, Dipungut Paman Tampan   Bab 3

    ***Sandra melihat mobil ayahnya yang terparkir di rumah sang nenek. Dia yang baru saja sampai setelah dari kampus, berjalan ke pintu utama. Tepat sekali di teras dia berpapasan dengan Aziel yang wajahnya ditekuk-tekuk. "Eh, Kak Aziel... mau ke mana? Aku baru sampe loh, ngobrol dulu, yuk?" Sandra sengaja menegurnya dengan senyum manis yang dibuat-buat. "Enggak usah--" sahut pemuda itu dengan ketus, dia kembali melangkah tanpa menghiraukan sepupunya yang tertawa mencibir. Sandra pasti tahu jika Aziel baru saja kena omel Paman dan juga Neneknya. "Nenek!" seru Sandra begitu masuk dan melihat Wina duduk bersama Arhan. Dia langsung memeluk wanita sepuh itu dan mencium pipi kanan-kiri. Dia sangat manja. "Mana nih hadiah ulang tahun buat cucu kesayangan?" Sandra menagih hadiah dari Wina, kemarin pernah menjanjikan cucunya itu sebuah kalung berlian. Wina terkekeh, "kamu ini... soal hadiah selalu saja cepet!" Dia pun bangkit, hendak ke kamarnya. "Tunggu di sini, Nenek ambil kan!""Oke!"

  • Gadis Lugu Tertindas, Dipungut Paman Tampan   Bab 2

    Ziana berbalik, dia menghadap Arhan dan menyembunyikan bagian belakang tubuhnya lalu dengan canggung mengakui. "Ti--tidak, aku tidak terluka, Pak Arhan! Darah ini.... mm, aku sedang datang bulan--" jawabnya setengah menggumam dan menunduk dalam. Arhan tidak bereaksi, dia kembali memasang wajah tak acuh kemudian melangkah ke arah pintu, "kalau begitu cepat bersihkan dirimu." Ziana mengangguk, masih berdiri di tempat sampai lelaki itu benar-benar pergi dan tidak lagi terlihat. "Hah, memalukan!" rutuk Ziana sembari berjalan ke kamar mandi. Dia sangat malu, dia pikir Arhan pasti merasa jijik. ***Sejak tadi Sandra terus mencari-cari sosok Ziana, dia sangat menantikan kedatangan sahabatnya itu. Ziana berjanji akan datang, namun hingga acara hampir selesai batang hidungnya tidak kunjung terlihat. Selepas lulus sekolah enam bulan lalu, mereka belum pernah bertemu lagi karena kesibukan masing-masing, Sandra dengan segala aktivitasnya menjadi mahasiswi baru, sedang Ziana pontang-panting

  • Gadis Lugu Tertindas, Dipungut Paman Tampan   Bab 1

    "Lap, sepatuku!" titah seorang pemuda yang baru saja keluar dari aula pesta dan dia menghampiri seorang gadis yang tadi berjalan di pinggiran kolam bernama Ziana. Ziana tertegun, dia diam sesaat dan menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang selain dia yang berdiri di sana. Tempat itu sepi, berbeda dengan aula pesta ulang tahun yang berada di rumah besar itu. Ziana menyingkir dari keramaian karena sadar pesta ulang tahun sahabatnya sangat mewah, dihadiri oleh banyak muda-mudi dengan pakaian yang mahal, berbanding terbalik dengan penampilan Ziana yang hanya memakai gaun sederhana, itu pun dia dapat dari meminjam teman.Ziana tidak mau membuat sahabatnya--Sandra--merasa malu. Dia berniat ingin menemui dan memberikan Sandra hadiah saat acaranya nanti selesai. Jadi Ziana menunggu di samping rumah, di mana ada sebuah kolam dan taman di sana. "Tuli? Cepat lakukan!" Aziel kembali memerintah, kali ini dengan menunjuk sepatunya dan memajukan kaki kanan di hadapan Ziana. Raut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status