Home / Urban / Gadis Nakal Tawanan Mafia / Bab 1 : Penangkapan

Share

Gadis Nakal Tawanan Mafia
Gadis Nakal Tawanan Mafia
Author: Taehyunie05

Bab 1 : Penangkapan

Author: Taehyunie05
last update Last Updated: 2023-08-03 01:48:26

"Jessy, Lari!" 

Gadis yang dipanggil Jessy tersentak kaget saat melihat beberapa temannya yang tengah merangkai bunga berlari ketakutan tak tentu arah. Karena tak tahu apa yang terjadi, gadis itu juga ikut berlari bersama dengan orang yang tadi meneriakinya, Jane.

"Jane, apa yang terjadi?" Tanya Jessy  dengan nada bingungnya seraya terus berlari mengikuti gadis lain. Jane, si gadis berambut ikal melirik ke arah Jessy dengan wajah ketakutan yang begitu kentara di wajah manisnya.

"Ada anak buah dari kelompok Black panther datang untuk menangkap gadis muda seperti kita!"

Jane menarik Jessy ke sebuah gang sempit yang berada di tikungan dekat dengan toko roti di depan sana. Jessy yang tak siap otomatis hampir saja jatuh jika saja Jane tak menahan tubuhnya. Kedua gadis itu berhenti di gang itu sambil menetralkan napasnya yang memburu. Jantung keduanya berdetak kencang karena dipaksa berlari sejauh satu kilometer.

"Kelompok apa itu?" Tanya Jessy dengan napas terengah. Gadis manis itu memegang kedua kakinya yang terasa lelah setelah berlari sejauh itu.

"Kau tak tahu kelompok Black panther?"

Jessy menggelengkan kepalanya dengan polos menanggapi pertanyaan Jane. Gadis berambut itu mengerang frustasi. Ia menjambak rambutnya menatap Jessy tak percaya dengan wajah kesal.

"Black panther adalah kelompok Mafia yang menguasai daerah selatan kota ini. Kabarnya, kelompok itu akan menangkap gadis muda seperti kita untuk ditawan, entah dijual ke pelelangan, dijadikan ambil organnya untuk di pasar gelap bahkan dijadikan pegawai seks komersial," jelas Jane panjang lebar dengan nada pelan. Sesekali, gadis berambut ikal itu mengintip dibalik tembok untuk melihat apakah orang orang itu masih mengejarnya dan Jessy atau tidak.

"Tapi...kenapa mereka malah mengejar gadis seperti kita yang bahkan tak memiliki rupa yang cantik yang bisa menarik perhatian laki laki?" Tanya Jessy bingung seraya memiringkan kepalanya.

Jane melirik ke arah sahabatnya dengan wajah wajah jengkel sekaligus tak percaya. Jane mendekati Renata dengan langkah pelan sekaligus tatapan tajam.

"Tak memiliki rupa yang cantik? Itu tak berlaku untukmu, Jessy,"

"Apa maksudmu?"

"Apa kau tak sadar jika kau memiliki penampilan yang begitu mempesona? Aku dan gadis lain di panti asuhan bahkan sangat iri dengan kecantikan mu," 

"Aku tak mengerti apa yang kau katakan, Jane. Aku malah merasa kalau aku adalah gadis terjelek diantara para gadis di panti asuhan," ujar Jessy dengan nada pelan. Napasnya sudah lebih teratur semenjak ia tak lagi berlari dari kawanan kelompok Mafia yang mengejar mereka.

"Jelek? Kau bercanda?" Tanya Jane dengan mata membelalak. Nada tak suka dengan bibir mengerucut ia tampilkan pada sahabatnya yang begitu lugu ini. 

"Kau ini terlalu sempurna untuk seukuran manusia. Lihatlah dirimu, kau punya mata doe yang cantik berwarna hijau seperti zamrud. Hidungmu begitu kecil dan dan bulu matamu begitu lentik. Bibirmu Semerah cherry matang secara alami dan kulitmu seputih susu. Badanmu begitu bagus layaknya sudah operasi plastik dan rambut hitam milikmu begitu memukau. Dan kau bilang kau gadis yang paling jelek di antara para gadis di panti asuhan?!" 

Jessy menggaruk pipinya yang terasa tak gatal mendengar pujian dari Jane yang menurutnya berlebihan. Gadis itu merasa jika ia tak secantik apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Jane, aku rasa aku tak secantik—"

Ucapan Renata terhenti saat dua orang pria menemukan dirinya dan Jane di gang sempit itu.  Mata hijau milik Jessy membulat sempurna dengan wajah horor yang tercetak di wajah cantiknya. Hal ini tentu membuat kedua gadis itu panik dan kembali berlari agar tak tertangkap oleh pria yang menggunakan pakaian serba hitam.

"Berhenti kalian berdua!" Teriak salah satu dari pria berpakaian hitam itu dengan keras, membuat Jessy dan Jane mempercepat laju larinya tanpa menoleh kebelakang.

Jarak diantara kedua gadis itu dan pria yang mengejar mereka sangatlah pendek. Tanpa banyak bicara, kedua pria itu berhasil menangkap bahu Jessy dan Jane dan menjatuhkan kedua gadis itu ke tanah.

"Akh! Lepaskan aku!" Teriak Jessy berusaha memberontak dan melepaskan diri dari cekalan pria yang menahannya. Tubuh gadis itu menggeliat, mencoba mencari celah agar bisa melepaskan diri.

"Jangan banyak bicara, nona! Ikutlah dengan kami dengan tenang atau kami akan melakukan hal yang lebih kasar untuk membawamu!" 

Pria itu mengancam dengan mata melotot yang membuat Jessy dan Jane menciut ketakutan. Tubuh kedua gadis tak lagi memberontak dan kini bergetar ketakutan.

Setelah mengikat tangan kedua gadis itu dengan tali tambang, Jessy dan Jane dipaksa untuk mengikuti kedua pria itu menuju sebuah bus mini yang terparkir apik di pinggir jalan. Langkah Jessy terseok seok karena pria yang menarik tangannya begitu kasar dan berjalan sangat cepat.

"Masuk!" Perintah pria itu dengan nada membentak. Jessy dan Jane pun masuk mengikuti perintah dengan wajah ketakutan.

Didalam bus, Jessy bisa melihat jika banyak sekali gadis yang tertangkap, sekitar 30 orang. Para gadis itu menatap Jessy  dengan tatapan terkejut dan juga iba.

"Aku tak menyangka jika kau tertangkap juga, Jessy ," sahut gadis berambut pirang yang berada di sisi jendela di kursi kedua. Jessy tersenyum miris mendengar kalimat itu.

"Aku juga tak menyangka jika akan berada disini. Tapi...kita akan dibawa kemana?" Tanya Jessy  seraya duduk di kursi depan bersama dengan Jane, karena hanya kursi itu yang tersisa.

"Dari yang aku dengar, kita akan dibawa ke markas Mafia pusat yang berada di daerah Washington," 

"Oh, jika dibawa ke sana bukankah itu artinya kita berhadapan dengan ketua Mafia bernama Terry Walter?" Tanya Jane dengan wajah pias. Gadis yang berbicara tadi menganggukkan kepalanya dengan kaku.

"Terry Walter?"  Tanya Jessy  dengan nada bingung karena ia tak tahu nama pria yang disebut oleh teman temannya.

"Iya, Terry Walter. Dia adalah pria paling kejam yang pernah ada. Jika ada yang tak menuruti perintahnya, nyawa bisa jadi taruhannya!" 

Wajah Jessy mendadak ikut memucat. Detak jantungnya seolah berhenti saat itu juga dan tubuhnya ikut bergetar ketakutan layaknya anak kucing yang melihat kawanan serigala.

"Kalian serius?" 

"Iya, aku serius, Jessy. Saudara perempuanku juga ditemukan tewas karena mencoba kabur dari sana,"  

Gadis berambut pirang menangis dengan air mata yang mengalir dari sudut matanya. Jessy merasa iba sekaligus sedih mendengar cerita menyakitkan itu. Ia ingin menghapus air mata gadis itu jika saja tangannya tak di ikat menggunakan tambang seperti sekarang.

"Kalau sudah masuk ke dalam wilayah Terry Walter, kita tak bisa melarikan diri. Kita hanya bisa pasrah pada nasib buruk yang kita alami saat ini," timpal Jane dengan nada pasrah. 

Jessy menghela napas panjang seraya melirik kearah jendela yang kini menampilkan hutan yang cukup lebat. Dalam hati ia berharap bisa melarikan diri walaupun itu tak mungkin.

Satu jam kemudian, bus mini itu sampai disebuah bangunan tua yang cukup besar, mirip seperti pabrik yang terbengkalai. Pria yang tadi menangkap mereka membuka pintu dan berteriak dengan nada angkuh.

"Kalian semua turun dan bersikaplah dengan baik saat berada di hadapan bos besar. Jika ada yang berani melarikan diri, maka kematianlah yang akan menghampiri kalian. Paham?!"

Semua gadis yang ada disana. Termasuk Jessy menganggukkan kepala dengan kaku, terlalu takut untuk bicara. Mereka semua turun memasuki gedung tua itu dengan langkah pelan. Saat memasuki gerbang tua yang menghubungkan jalanan dengan gedung tua itu, Jessy mendengar bisikan dari pria yang tadi menangkap dirinya dengan seringai lebar yang tercetak jelas di wajahnya.

"Selamat datang di neraka, dimana orang yang masuk tak akan bisa kembali lagi keluar, gadis manis,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 107 : Ending

    Jessy menolehkan kepalanya pada sumber suara, yakni Terry yang saat ini menatap tajam ke arahnya. Jessy merasa ciut dan ketakutan melihatnya, hingga ia memeluk Alfred kembali dengan sangat erat sembari menyembunyikan wajahnya. Gadis itu merasa terintimidasi dengan tatapan Terry yang terlihat sangat mematikan."Jessy, aku sedang bicara padamu. Tolong lihat aku,"Terry berkata dengan nada tegas dan juga dominan, membuat jiwa submissive Jessy keluar begitu saja. Jessy membalikkan tubuhnya hingga kini berhadapan dengan pria berambut pirang itu.Gadis itu menundukkan kepalanya hingga poni miliknya yang sudah memanjang menutupi wajahnya. Gadis itu memegang erat ujung baju yang ia kenakan, pertanda jika tengah takut dan juga gugup. Terry menghela napas kasar lalu mengangkat dagu Jessy dengan jari telunjuknya agar gadis itu bisa bertatapan dengannya.Tatapan keduanya bertemu. Mata doe hijau milik Jessy yang saat ini memerah karena sedang menangis kini bertatapan dengan manik coklat milik Terr

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 106 : Berita Gila

    "Apa ini semacam taruhan?" Terry menggelengkan kepalanya, lalu segera mendekati Jessy yang saat ini tengah memiringkan kepalanya, tak mengerti dengan pembicaraan diantara dua pria berbeda generasi itu.Begitu sampai di hadapan Jessy, Terry meletakkan salah satu tangannya di perut milik gadis itu, lalu mengusapnya dengan cara melingkar. Pria itu memejamkan mata seolah menikmati kegiatan yang ia lakukan.Jessy tentu saja kaget mendapat perlakuan lembut seperti itu. Terry memang baik padanya, tapi dia pasti selalu memiliki niat terselubung. Makanya ia curiga jika Terry tengah merencanakan sesuatu padanya.Akan tetapi, sekalipun Jesy tengah mencurigai Terry, Jessy tak menepis tangan milik Terry dari perutnya dan membiarkan Terry berbuat sesukanya, selama masih berada di batas wajar. Entah kenapa, ada rasa senang yang hinggap di hatinya. Seperti ada kupu kupu yang berterbangan dalam perutnya, menimbulkan sensasi menyenangkan yang tak diketahui sebabnya. Apakah ia senang dengan usapan itu

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 105 : Penjelasan

    "Apa maksudmu jika Jessy tengah hamil?" Alfred kini menatap Terry dengan tatapan tajam.Pria bermata hijau itu tak terima jika Terry mengatakan hal yang tidak tidak pada Jessy yang baru saja siuman. Terry tersenyum, lalu menolehkan kepalanya pada Jessy yang saat ini menatapnya penuh kebingungan.Mata gadis itu tampak mengerjap lucu dengan bibir mengerucut lucu karena tak mengerti alasan Terry malah membahas "hal itu". Kepalanya terlihat dimiringkan yang membuat Jessy tampak begitu menggemaskan. Terry tertawa kecil melihat tingkah Jessy yang begitu menghibur dirinya. Setelah itu, Terry memusatkan kembali perhatiannya pada Alfred yang menunggu jawabannya. Percakapan diantara keduanya tampak begitu intens seolah ini adalah meja perang (meja debat)."Kurasa anda tak terlalu bodoh untuk mengerti arti ucapan saya, tuan," ujar Terry dengan senyuman tipis yang terpatri di wajah tampannya.Nada suara setenang air itu sedikitnya mengusik hati Alfred. Apa pria di depannya itu tak merasa bersala

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 104 : Kedatangan Terry

    Terry kini sudah tiba di depan rumah sakit yang kabarnya tempat Jessy dirawat. Pria berambut pirang itu segera turun dari mobil dan melangkah dengan gagah menuju ke depan gerbang rumah sakit, diikuti oleh para anggotanya yang lain yang mengikuti dari belakang.Saat berada di depan gerbang, langkah Terry harus terhenti karena seorang pria berpakaian serba merah dengan aksen lambang harimau putih mencegahnya masuk. Terry menatap tajam orang itu dengan mata cokelatnya, karena perjalanannya harus tertunda. Ini sama artinya dengan membuang waktunya yang berharga untuk mencari Jessy."Mengapa aku dihentikan seperti ini, heh?""Maaf, Tuan. Tapi anda tak diizinkan masuk ke wilayah ini," ujar pria yang tengah mengenakan kacamata itu dengan suara berat.Terry tersenyum miring. Ia yang tak terima dengan perkataan itu langsung merogoh saku celananya dan menodongkan pistol tepat di dahi pria itu. Bisa dilihat jika salah satu anak buah dari kelompok White Tiger yang berhadapan dengannya meneguk lu

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 103 : Ayah

    Alfred menghela napas melihat reaksi yang Jessy berikan padanya. Gadis itu tak merasa senang ataupun gembira dengan berita ini, tapi malah menunjukkan sikap ketidak percayaan dan juga ragu.Hal ini tentu saja menggores hari Alfred. Wajah pria itu tampak menyendu dengan alis mata yang terlihat turun. Raut wajah Alfred terlihat murung dengan tubuh terkulai lemas seolah tak memiliki tenaga.Jessy menggaruk pipinya yang tak terasa gatal, bingung harus melakukan apa di situasi sekarang ini. Rasa canggung menyergap keduanya, membuat Jessy tampak tak nyaman. Tangan mungilnya dengan ragu menyentuh wajah Alfred yang kini tengah melihat ke tanah. Merasakan sentuhan kecil dan halus itu, Alfred mendongakkan kepala, kembali menatap wajah Jessy dengan tatapan sedih. Bibir pria itu terlihat terkunci dengan mata sayu yang membuat kondisi Alfred terlihat begitu menyedihkan."Apa bisa anda jelaskan lagi padaku apa yang anda katakan sebelumnya?" Tanya Jessy dengan nada sehalus sutera sembari mengusap

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 102 : Informasi Tak Terduga

    "Ayah yang menculik anak Alfred?" Tanya Terry lagi memastikan, takut jika ia salah mendengar."Benar, tuan. Selain itu, ayah anda hampir melecehkan Rosemary saat wanita itu tengah mengandung. Maka dari itu, tuan Alfred murka besar dan berakibat memusuhi kelompok Black Panther sampai sekarang," jawab Adiaz lagi yang membuat Terry tampak tercengang.Pria itu hampir saja menjatuhkan ponselnya ke bawah andai tak diraih oleh Daniel. Dengan sigap, tangan milik pria berdarah Korea itu menangkap ponsel yang saat ini masih tersambung.Ia ingin tahu mengapa sedari dulu kelompok White Tiger selalu membuat masalah dengan kelompok Black Panther. Tak mungkin jika hanya alasan itu saja yang menjadi pemicunya."Lalu, apa ada hal lain yang ingin kau laporkan pada kami?""Ada. Kelompok Black Panther yang waktu itu dipimpin oleh ayah anda adalah pengacau sekaligus pengkhianat di masa lalu saat kelompok White Tiger masih berjaya. Tuan Barbara membuat fitnah bahwa kelompok White Tiger adalah kelompok yan

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 101 : Rosemary

    Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam untuk pergi ke Las Vegas menggunakan pesawat, Terry segera memerintahkan anak buahnya yang berada disana untuk segera menjemputnya dan beberapa orang yang ia bawa dari Washington, termasuk Daniel.Selama menunggu kira kira setengah jam, mobil yang di pesan oleh Terry pun datang. Ia dan Daniel langsung masuk ke dalam mobil itu, sementara para anak buahnya yang lain menaiki mobil yang berbeda. Mobil pun meninggalkan kawasan bandara menuju rumah sakit tempat Jessy di rawat."Kau yakin jika Jessy ada disana? Bisa saja ini adalah trik murahan yang digunakan oleh kelompok White Tiger untuk mengecoh kita semua," Terry yang sedang memeriksa beberapa file yang masuk di ponselnya pun menolehkan kepala pada sang lawan bicara. Dirinya tertegun dalam sesaat.Benar juga, karena panik dan merasa senang karena Jessy telah ditemukan membuatnya membuat keputusan bodoh dengan langsung datang ke Las Vegas tanpa mencari tahu terlebih dahulu apakah

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 100 : Kondisi Jessy

    "Hah? Apa maksud anda?" Tanya Jessy yang saat ini tengah membulatkan mata mendengar fakta yang baru saja ia dengar.Janet Fransisca? Rasanya ia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Keningnya berkerut dalam mencoba mengingat nama itu. Matanya ya menyipit lucu dengan ekspresi yang begitu menggemaskan.Akan tetapi, seberapa keras usaha Jessy untuk mengingatnya, ingatan itu tak muncul di kepalanya. Jessy mengerang kesal sekaligus frustrasi karena tak bisa mengingat informasi yang terbilang cukup penting untuk keadaan sekarang.Gadis itu menatap Alfred dengan tatapan polos miliknya karena ia tak mengingat nama yang terasa familiar itu, seolah meminta bantuan pada Alfred. Alfred terkekeh pelan, lalu menyendokkan satu sendok bubur pada mulut Jessy yang terbuka agar gadis itu bisa makan.Jessy tentu saja kesal karena Alfred memasukan makanan ke dalam mulutnya tanpa permisi. Dengan terpaksa, gadis itu pun menelan bubur yang disodorkan tanpa mengunyahnya karena bubur yang ia makan sangatlah lem

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 99 : Sisi Sensitif (Terry)

    "Terry," panggil Daniel yang baru saja masuk ke ruangan milik sang pria berambut pirang yang kini tengah berkutat dengan laptopnya. Terry tampak begitu serius, terlihat dari keningnya yang berkerut dalam dan beberapa kali mengeluarkan umpatan kecil yang tak jelas.Mendengar ada yang memanggil namanya, Terry menolehkan kepala pada sumber suara, mengabaikan sejenak laptop yang ada di depannya dan memusatkan seluruh atensinya pada Daniel yang saat ini tengah memasang wajah lelah.Wajah pria berdarah Korea itu tampak sangat berantakan, dengan kantung mata hitam yang melingkar jelas di wajahnya. Selain itu, wajah Daniel tampak begitu kusam, menandakan jika ia kurang istirahat selama beberapa hari terakhir."Ada apa Daniel?" Tanya Terry singkat, padat dan jelas dengan nada suara dinginnya.Daniel menghela napas panjang, lalu menyodorkan sebuah file yang berisi tentang beberapa kerja sama yang harus Terry periksa. Bagaimanapun, Terry adalah orang yang berkuasa disini. "Ada beberapa kerja sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status