Home / Urban / Gadis Nakal Tawanan Mafia / Bab 2 : pertemuan pertama

Share

Bab 2 : pertemuan pertama

Author: Taehyunie05
last update Huling Na-update: 2023-08-03 01:50:33

Jessy bersama 31 gadis lainnya memasuki ruangan utama tempat para wanita yang sudah ditangkap dikumpulkan. Begitu masuk kedalam, Jessy  sedikit terkesima dengan ruangan tempat ia berdiri. 

Ruangan ini begitu megah dengan ukiran antik di tiap dindingnya yang berwarna emas. Selain itu, di ruangan ini terdapat beberapa patung estetik yang diletakkan di sudut ruangan. Sangat jauh berbeda dengan tampilan luarnya yang terlihat seperti pabrik terbengkalai yang terlihat menakutkan.

Tak lama kemudian, dari arah pintu yang berbeda terlihat seorang pria dengan pakaian formal datang memasuki ruangan tempat Renata dan para gadis lain berdiri saat ini. Kedatangannya diikuti beberapa pria gagah dengan pakaian serba hitam yang memegang senjata berupa pistol yang tersampir apik di kaki sebelah kiri.

Pria itu memiliki wajah yang yang cukup tampan dengan tatapan mata yang begitu tajam dan mengintimidasi, membuat Renata ketakutan hingga menundukkan kepalanya.

"Selamat datang di camp milikku para gadis cantik. Semoga kalian tak takut dengan tempat ini," pria itu berkata dengan nada sedingin es yang membuat bulu kuduk merinding ketakutan. 

Sambutan yang terdengar mengerikan itu disambut dengan gelak tawa beberapa pria yang berdiri di setiap pintu, menjaga agar tak ada satupun tawanan yang bisa meninggalkan tempat ini.

"Kalian adalah gadis terpilih yang akan menjalani kehidupan seperti neraka sedari sekarang. Maka dari itu, persiapkan mental dan tubuh kalian," pria itu menyeringai lebar dengan tatapan tajam yang senantiasa membuat para gadis meringkuk ketakutan.

Jessy menelan ludah paksa mendengar kalimat mengerikan itu. Sang gadis menahan air matanya agar tak jatuh. Tubuhnya bergetar dengan detak jantung yang begitu cepat seperti hendak keluar dari tempatnya. Tangannya bertaut satu sama lain dibalik ikatannya, berdoa agar tidak menarik perhatian pria mengerikan itu. 

"Wah lihat, ada boneka manis yang tertangkap disini," 

Suara maskulin dan dominan itu terdengar diseluruh penjuru ruangan. Para gadis yang berada disana saling melirik satu sama lain menggunakan isyarat mata, menanyakan siapa yang pria itu maksud.

Pria itu berjalan ke arah samping kiri dekat dinding dengan langkah pelan, membuat suara gesekan antara sepatu dan lantai begitu terdengar jelas di ruangan yang senyap ini. Suara menggema itu terasa sangat menakutkan layaknya musik kematian bagi yang mendengarnya. 

Tubuh Jessy bergetar ketakutan karena pria mengerikan itu ternyata berjalan kearahnya. Ia ingin berlari kencang saat ini, meringkuk dibawah selimut dan berharap semua ini hanyalah bagian dari mimpi buruknya. Akan tetapi, rasa takut mengalahkan segalanya hingga sang gadis merasa jika kakinya menempel pada lantai yang ia pijak saat ini .

"Angkat kepalamu," perintah pria itu seraya menyalakan satu buah rokok dan menghisapnya dengan perlahan.

Jessy tak menuruti perintah pria di hadapannya karena ketakutan. Bahkan, sang gadis semakin menundukkan kepalanya, hingga poni yang ia miliki menutupi wajah cantiknya.

Pria itu menatap kesal pada Jessy karena gadis itu tak menuruti ucapannya. Maka dari itu, ia memegang dagu Renata dengan kasar lalu mengangkat kepalanya yang tengah menunduk agar bertatapan dengannya.

"Kenapa kau mengabaikan perintahku? Apa kau sudah bosan hidup, gadis kecil?"

Mulut Jessy sedikit terbuka. Akan tetapi, tak ada satupun kalimat yang keluar dari bibir mungilnya yang berwarna merah alami itu. Pria itu kembali menghisap rokoknya dan menghembuskan asap rokok  itu pada Renata. Hal ini membuat sang gadis terbatuk dengan tindakan gila yang pria itu lakukan. 

Pria itu makin mencengkeram dagu Jessy seraya memangkas jarak diantara keduanya hingga tersisa satu jengkal saja. Jessy menahan napas saat jarak dirinya dengan pria itu begitu pendek. 

"Kenapa ada berlian ditengah kubangan lumpur?" 

Pertanyaan aneh itu keluar dari mulut pria itu dengan seringai iblis yang tercetak di wajah tampannya yang seperti seorang aktor ternama. Mata coklat tajamnya bertatapan langsung dengan mata hijau milik Jessy yang terlihat ketakutan. Mata doe gadis itu terlihat berkaca kaca dengan bibir yang bergetar.

"T-tuan..."

"Sebut namaku, Terry Walter,"

Jantung Jessy berdetak kencang karena yang menghampiri nya adalah ketua Mafia yang paling ditakuti dan paling kejam seperti kata teman temannya. Lidah gadis itu terasa kelu, sangat sulit untuk bicara seolah pita suaranya tengah rusak.

"Tuan Terry, aku mohon lepaskan aku," cicit Jessy pelan hampir seperti bisikan halus Jika Terry tak mendengarnya dengan baik. 

"Kenapa aku harus melepaskanmu, boneka manis?"

Terry mengelus pipi Jessy yang begitu halus layaknya porselen mahal yang mudah pecah. Sentuhan seringan bulu itu membuat Jessy ketakutan dalam diamnya. Terry tertawa puas melihat gadis yang tengah ia pegang dagunya merasa terintimidasi dan berada dibawah kendalinya. Perasaan senang dan puas menyeruak di hati pemuda itu.

"Karena..." Jessy menggantungkan kalimatnya mencari kata yang pas untuk menjawab pertanyaan dari Terry. Mata Jessy melirik ke arah lain, berusaha menghindar dari tatapan tajam pria itu.

"Karena anda tak memiliki alasan apapun untuk menahan saya dan teman teman saya disini,"

Terry tertawa kencang mendengar jawaban dari Jessy, diikuti oleh beberapa pria yang merupakan anak buahnya. Tawa Terry terdengar mengerikan di telinga Jessy.

"Tak memiliki alasan apapun untuk menahanmu?" Ulang Terry menekankan jawaban Jessy yang terasa menggelikan untuknya. Pria itu berkata dengan nada mengejek yang tak bisa ia sembunyikan.

"Jawabanmu terdengar lucu, boneka kecil. Tapi aku hargai keberanianmu untuk menjawab perkataanku," ejek Terry dengan nada rendah, membuat Jessy merasa malu sekaligus merasa tak nyaman disaat yang bersamaan. 

"Hanya saja, aku tak perlu alasan apapun untuk menahanmu, boneka kecil. Kau mau tahu alasannya?" 

Terry memainkan rambut hitam panjang milik Jessy dengan pelan sambil sesekali menghisap rokoknya. Ia bertanya dengan nada main main agar suasana tak terlihat tegang. Namun, nada suara Terry yang seperti ini justru terdengar lebih menakutkan untuk Jessy dibandingkan dengan saat Terry berbicara dengan nada dingin.

Jessy menganggukkan kepalanya dengan kaku, sedikit penasaran mengapa pria itu berani menangkap para gadis ditempatnya tinggal.

"Karena kau tak memiliki jaminan apapun untuk dibebaskan. Kau tak berharga dan tak akan ada yang mencarimu saat kau hilang. Itulah alasanku menahanmu dan teman temanmu disini, bukankah yang aku katakan itu benar, boneka kecil?" bisik Terry dengan nada rendah. Ia menjauhkan wajahnya dari telinga Jessy untuk melihat respon gadis itu.

Perkataan Terry membuat hati Jessy hancur berkeping-keping layaknya batu yang dihantam oleh palu. Kata kata itu sangat tajam dan mematikan. Wajah Jessy terlihat terluka dengan bibir yang melengkung turun. Melihat sang lawan bicara tak bisa berkutik lagi membuat senyuman tercetak lebar di bibir milik pria itu.

" Jadi, terima takdirmu untuk berada dibawah kendaliku jika kau mau dicintai, boneka kecil,"

"Aku tak akan pernah menuruti keinginanmu, Tuan Terry!" 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ne
namanya yang benar yang mna sih, renata atau Jessy. kok gak nyambung sama sekali
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 107 : Ending

    Jessy menolehkan kepalanya pada sumber suara, yakni Terry yang saat ini menatap tajam ke arahnya. Jessy merasa ciut dan ketakutan melihatnya, hingga ia memeluk Alfred kembali dengan sangat erat sembari menyembunyikan wajahnya. Gadis itu merasa terintimidasi dengan tatapan Terry yang terlihat sangat mematikan."Jessy, aku sedang bicara padamu. Tolong lihat aku,"Terry berkata dengan nada tegas dan juga dominan, membuat jiwa submissive Jessy keluar begitu saja. Jessy membalikkan tubuhnya hingga kini berhadapan dengan pria berambut pirang itu.Gadis itu menundukkan kepalanya hingga poni miliknya yang sudah memanjang menutupi wajahnya. Gadis itu memegang erat ujung baju yang ia kenakan, pertanda jika tengah takut dan juga gugup. Terry menghela napas kasar lalu mengangkat dagu Jessy dengan jari telunjuknya agar gadis itu bisa bertatapan dengannya.Tatapan keduanya bertemu. Mata doe hijau milik Jessy yang saat ini memerah karena sedang menangis kini bertatapan dengan manik coklat milik Terr

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 106 : Berita Gila

    "Apa ini semacam taruhan?" Terry menggelengkan kepalanya, lalu segera mendekati Jessy yang saat ini tengah memiringkan kepalanya, tak mengerti dengan pembicaraan diantara dua pria berbeda generasi itu.Begitu sampai di hadapan Jessy, Terry meletakkan salah satu tangannya di perut milik gadis itu, lalu mengusapnya dengan cara melingkar. Pria itu memejamkan mata seolah menikmati kegiatan yang ia lakukan.Jessy tentu saja kaget mendapat perlakuan lembut seperti itu. Terry memang baik padanya, tapi dia pasti selalu memiliki niat terselubung. Makanya ia curiga jika Terry tengah merencanakan sesuatu padanya.Akan tetapi, sekalipun Jesy tengah mencurigai Terry, Jessy tak menepis tangan milik Terry dari perutnya dan membiarkan Terry berbuat sesukanya, selama masih berada di batas wajar. Entah kenapa, ada rasa senang yang hinggap di hatinya. Seperti ada kupu kupu yang berterbangan dalam perutnya, menimbulkan sensasi menyenangkan yang tak diketahui sebabnya. Apakah ia senang dengan usapan itu

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 105 : Penjelasan

    "Apa maksudmu jika Jessy tengah hamil?" Alfred kini menatap Terry dengan tatapan tajam.Pria bermata hijau itu tak terima jika Terry mengatakan hal yang tidak tidak pada Jessy yang baru saja siuman. Terry tersenyum, lalu menolehkan kepalanya pada Jessy yang saat ini menatapnya penuh kebingungan.Mata gadis itu tampak mengerjap lucu dengan bibir mengerucut lucu karena tak mengerti alasan Terry malah membahas "hal itu". Kepalanya terlihat dimiringkan yang membuat Jessy tampak begitu menggemaskan. Terry tertawa kecil melihat tingkah Jessy yang begitu menghibur dirinya. Setelah itu, Terry memusatkan kembali perhatiannya pada Alfred yang menunggu jawabannya. Percakapan diantara keduanya tampak begitu intens seolah ini adalah meja perang (meja debat)."Kurasa anda tak terlalu bodoh untuk mengerti arti ucapan saya, tuan," ujar Terry dengan senyuman tipis yang terpatri di wajah tampannya.Nada suara setenang air itu sedikitnya mengusik hati Alfred. Apa pria di depannya itu tak merasa bersala

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 104 : Kedatangan Terry

    Terry kini sudah tiba di depan rumah sakit yang kabarnya tempat Jessy dirawat. Pria berambut pirang itu segera turun dari mobil dan melangkah dengan gagah menuju ke depan gerbang rumah sakit, diikuti oleh para anggotanya yang lain yang mengikuti dari belakang.Saat berada di depan gerbang, langkah Terry harus terhenti karena seorang pria berpakaian serba merah dengan aksen lambang harimau putih mencegahnya masuk. Terry menatap tajam orang itu dengan mata cokelatnya, karena perjalanannya harus tertunda. Ini sama artinya dengan membuang waktunya yang berharga untuk mencari Jessy."Mengapa aku dihentikan seperti ini, heh?""Maaf, Tuan. Tapi anda tak diizinkan masuk ke wilayah ini," ujar pria yang tengah mengenakan kacamata itu dengan suara berat.Terry tersenyum miring. Ia yang tak terima dengan perkataan itu langsung merogoh saku celananya dan menodongkan pistol tepat di dahi pria itu. Bisa dilihat jika salah satu anak buah dari kelompok White Tiger yang berhadapan dengannya meneguk lu

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 103 : Ayah

    Alfred menghela napas melihat reaksi yang Jessy berikan padanya. Gadis itu tak merasa senang ataupun gembira dengan berita ini, tapi malah menunjukkan sikap ketidak percayaan dan juga ragu.Hal ini tentu saja menggores hari Alfred. Wajah pria itu tampak menyendu dengan alis mata yang terlihat turun. Raut wajah Alfred terlihat murung dengan tubuh terkulai lemas seolah tak memiliki tenaga.Jessy menggaruk pipinya yang tak terasa gatal, bingung harus melakukan apa di situasi sekarang ini. Rasa canggung menyergap keduanya, membuat Jessy tampak tak nyaman. Tangan mungilnya dengan ragu menyentuh wajah Alfred yang kini tengah melihat ke tanah. Merasakan sentuhan kecil dan halus itu, Alfred mendongakkan kepala, kembali menatap wajah Jessy dengan tatapan sedih. Bibir pria itu terlihat terkunci dengan mata sayu yang membuat kondisi Alfred terlihat begitu menyedihkan."Apa bisa anda jelaskan lagi padaku apa yang anda katakan sebelumnya?" Tanya Jessy dengan nada sehalus sutera sembari mengusap

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 102 : Informasi Tak Terduga

    "Ayah yang menculik anak Alfred?" Tanya Terry lagi memastikan, takut jika ia salah mendengar."Benar, tuan. Selain itu, ayah anda hampir melecehkan Rosemary saat wanita itu tengah mengandung. Maka dari itu, tuan Alfred murka besar dan berakibat memusuhi kelompok Black Panther sampai sekarang," jawab Adiaz lagi yang membuat Terry tampak tercengang.Pria itu hampir saja menjatuhkan ponselnya ke bawah andai tak diraih oleh Daniel. Dengan sigap, tangan milik pria berdarah Korea itu menangkap ponsel yang saat ini masih tersambung.Ia ingin tahu mengapa sedari dulu kelompok White Tiger selalu membuat masalah dengan kelompok Black Panther. Tak mungkin jika hanya alasan itu saja yang menjadi pemicunya."Lalu, apa ada hal lain yang ingin kau laporkan pada kami?""Ada. Kelompok Black Panther yang waktu itu dipimpin oleh ayah anda adalah pengacau sekaligus pengkhianat di masa lalu saat kelompok White Tiger masih berjaya. Tuan Barbara membuat fitnah bahwa kelompok White Tiger adalah kelompok yan

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 101 : Rosemary

    Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam untuk pergi ke Las Vegas menggunakan pesawat, Terry segera memerintahkan anak buahnya yang berada disana untuk segera menjemputnya dan beberapa orang yang ia bawa dari Washington, termasuk Daniel.Selama menunggu kira kira setengah jam, mobil yang di pesan oleh Terry pun datang. Ia dan Daniel langsung masuk ke dalam mobil itu, sementara para anak buahnya yang lain menaiki mobil yang berbeda. Mobil pun meninggalkan kawasan bandara menuju rumah sakit tempat Jessy di rawat."Kau yakin jika Jessy ada disana? Bisa saja ini adalah trik murahan yang digunakan oleh kelompok White Tiger untuk mengecoh kita semua," Terry yang sedang memeriksa beberapa file yang masuk di ponselnya pun menolehkan kepala pada sang lawan bicara. Dirinya tertegun dalam sesaat.Benar juga, karena panik dan merasa senang karena Jessy telah ditemukan membuatnya membuat keputusan bodoh dengan langsung datang ke Las Vegas tanpa mencari tahu terlebih dahulu apakah

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 100 : Kondisi Jessy

    "Hah? Apa maksud anda?" Tanya Jessy yang saat ini tengah membulatkan mata mendengar fakta yang baru saja ia dengar.Janet Fransisca? Rasanya ia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Keningnya berkerut dalam mencoba mengingat nama itu. Matanya ya menyipit lucu dengan ekspresi yang begitu menggemaskan.Akan tetapi, seberapa keras usaha Jessy untuk mengingatnya, ingatan itu tak muncul di kepalanya. Jessy mengerang kesal sekaligus frustrasi karena tak bisa mengingat informasi yang terbilang cukup penting untuk keadaan sekarang.Gadis itu menatap Alfred dengan tatapan polos miliknya karena ia tak mengingat nama yang terasa familiar itu, seolah meminta bantuan pada Alfred. Alfred terkekeh pelan, lalu menyendokkan satu sendok bubur pada mulut Jessy yang terbuka agar gadis itu bisa makan.Jessy tentu saja kesal karena Alfred memasukan makanan ke dalam mulutnya tanpa permisi. Dengan terpaksa, gadis itu pun menelan bubur yang disodorkan tanpa mengunyahnya karena bubur yang ia makan sangatlah lem

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 99 : Sisi Sensitif (Terry)

    "Terry," panggil Daniel yang baru saja masuk ke ruangan milik sang pria berambut pirang yang kini tengah berkutat dengan laptopnya. Terry tampak begitu serius, terlihat dari keningnya yang berkerut dalam dan beberapa kali mengeluarkan umpatan kecil yang tak jelas.Mendengar ada yang memanggil namanya, Terry menolehkan kepala pada sumber suara, mengabaikan sejenak laptop yang ada di depannya dan memusatkan seluruh atensinya pada Daniel yang saat ini tengah memasang wajah lelah.Wajah pria berdarah Korea itu tampak sangat berantakan, dengan kantung mata hitam yang melingkar jelas di wajahnya. Selain itu, wajah Daniel tampak begitu kusam, menandakan jika ia kurang istirahat selama beberapa hari terakhir."Ada apa Daniel?" Tanya Terry singkat, padat dan jelas dengan nada suara dinginnya.Daniel menghela napas panjang, lalu menyodorkan sebuah file yang berisi tentang beberapa kerja sama yang harus Terry periksa. Bagaimanapun, Terry adalah orang yang berkuasa disini. "Ada beberapa kerja sa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status