Pagi yang cerah begitu tenang menyenangkan. Mobil perusahaan dikendarai Lawrence langsung mengarah ke landasan pacu bandara dimana jet pribadi keluarga Constanzo menanti mereka. Di belakang, dua mobil pengawal mengawasi perjalanan CEO Leonardo dan tamu kehormatan. "Mengapa kita ke sini bukan ke terminal penumpang?" Arabella menoleh bingung begitupun saat memasuki pesawat cuma menunggu sejenak memasukkan bagasi mereka lalu tak lama kemudian terbang ke Perancis Selatan. Perjalanan pertama kali baginya menumpang pesawat pribadi ayahnya Matteo. Kekayaan sang pengusaha berlimpah yang tak disadari sebelumnya sampai detik ini. Ia tak pernah menanyakan, dan tak tertarik meminta kemewahan meskipun memiliki anak darinya. "Supaya perjalanan lebih cepat tiba di Nice, dan tidak membuat kalian lelah daripada menggunakan pesawat komersil," sahut Leon melirik Bella begitu tegang ketika pesawat jet sedang take off. Digenggam tangannya perlahan, raut wajah wanita itu mulai tenang, lalu meraih
Kantor Maximo Brando melakukan perayaan suksesnya fashion show kemarin. Berita buruk tentang asisten CEO Leonardo menambah popularitas trending topic di media massa. "Esperanza tak lagi menjadi berita, selir sang pewaris CEO Leonardo Dario Constanzo lebih legit dan menarik daripada kisah istrinya ditinggalkan suami sejak usai pesta pernikahan mereka!" Rumor panjang beredar di seputaran gadis modeling termasuk Daniella, pria cantik yang cemburu melihat kebahagiaan Bella dan Leon di acara lalu. "Tak disangka gadis pendek buruk rupa mengalahkan kecantikan seorang mantan gadis model di kantor ini, mungkinkah Tuan Leonardo sudah buta tak mampu bedakan wanita cantik dan pelayan gelandangan di depan mata!" cetusnya sengaja membuat seisi ruang menoleh padanya. Asisten desainer, Marsha langsung menghentak keras lengan pria brengsek yang mencemooh Arabella meski sudah tak bekerja di kantor modeling namun masih saja dipermalukan dengan cara-cara kotor. "Sudahlah Daniella, bukankah Bel
Arabella duduk termenung di kursi sambil menatap kaca jendela. Kondisi kesehatannya belum pulih tapi tugas sebagai Ibu tak pernah usai. Ia menolak sakit ketika mengandung Matteo berbulan-bulan, dan terus bekerja menghidupi mereka. "Pstt ... jangan rewel ya sayang, Mama sedikit demam semalaman, dan sekarang sudah baikan," ucapnya lembut, memeluk bayi dalam buaian setelah seharian meraung tak mau minum susu selain ASI. Usia Belladonna masih relatif muda seharusnya hidup bersenang-senang dengan teman tapi malah sekarang terpuruk menjadi orang tua tunggal bagi Matteo. Dan. sahabatnya Celine tak menyangka jika kejadian naas menimpanya dan memiliki bayi tanpa tahu ayahnya. Teriakan wartawan brengsek masih terngiang jelas di telinga. Sebutan keji tertuju padanya; pelakor, a gold digger, pelayan rendahan, wanita jalang. Tanpa terasa air mata menetes jatuh kembali. Terisak dalam diam agar tak mengganggu ketenangan tidur bayinya. Sepupu Max mencoba menghubungi tapi ia tak butuh lagi sim
Penthouse lebih dingin dari biasanya. Pagi yang tenang dan menegangkan. Sosok wanita mungil belum keluar dari semalam membuat curiga. Hanya melihat Gracie masuk mengambil Matteo lalu menaruh di kamar bayi. "Dimana Bella?" tanya Leon khawatir ke pengasuh. "Nyonya ada di dalam berbaring sejak tadi, dan belum keluar untuk sarapan," jawabnya sedikit gugup. Leon yang telah berpakaian rapih siap pergi ke kantor cabang di Paris langsung mengubah agenda rapat hari ini. Master Anthony sedang ke Marseille mengurus kantor logistics; pengawal Lawrence menjaga Arabella dan Matteo. Diketuk kamarnya pelan tak ada sahutan. Ia melongok ke dalam, wanita muda itu tak bergerak sama sekali di bawah selimut tebal. "Bella, bangunlah, ayo sarapan," bujuknya menghampiri ke sisi ranjang. Raut wajahnya pucat, Leon mengecek kening dan leher, oops.... panas. Demam tinggi entah dimulai kapan tapi yang jelas Arabella tak keluar kamar sejak sepulang dari acara fashion show. "Bella?" Disingkap selimut t
Sebuah vas mahal melayang menabrak ke dinding jatuh berkeping-keping. Ia menendang apa saja yang ada di dekat menjadi sasaran empuk kejengkelan. Pelayan dan penjaga belum berani keluar melihat tuan rumah pulang marah-marah setelah fashion show tadi malam. "Oh, Max, jangan membuatku takut!" Esperanza menarik lengannya agar tak melakukan kerusakan lagi. Dengan hati kesal mereka berhasil melarikan diri dari serbuan pemburu berita di luar gedung pagelaran setelah menyudutkan pasangan CEO Leonardo sebelumnya. Ditepis tangan pengacau menolak berhubungan lagi dengannya. "Semua ini gara-gara kau, dasar jalang brengsek!" tuding Maximo Brando serius. "Darimana mereka tahu Bella bekerja sebagai seorang pelayan di Club Malam, dan di pesta tahun baru perusahaan Leon di Nice, huh?!" Mantan gadis model dan teman kencan CEO Maximo di kantor langsung merengut tidak mau disalahkan, bukan kehendaknya membongkar semua masa lalu Arabella. "Mana aku tahu, bukankah itu tugas pencari berita, kok malah
Air mata terus berderai di sebuah kamar megah. Gelap malam seolah menghakimi tanpa bukti. Tuduhan keji pemburu berita di luar dugaan Araella selama ini. Andai Leon berhenti mengejar mereka, masa lalunya tak akan terkuak begitu saja. Sepotong cerita kehidupan lama membuat lukanya makin berdarah kian menganga. Sembilan bulan hamil tanpa tahu siapa sesungguhnya pelaku malam itu, dan bertemu lagi secara tak sengaja saat melahirkan. Suatu kebetulan tidak pernah direncanakan seumur hidup Arabella. Selama tiga bulan melarikan diri lalu dikejar lagi bagai buronan demi memperebutkan seorang bayi. Begitulah orang kaya mudah memainkan peran tanpa perasaan membunuh karakter dua orang tak berdosa. Kamar gelap terkunci rapat. Hanya dia dan bayinya mencoba tidur lelap melupakan malam berkhianat yang menghancurkan masa depan mereka. _________ Leonardo termenung di balkon, ditemani sebungkus rokok dan sebotol minuman mencari kehangatan. Baru tersadar merasa bagai monster jahat penyebab dar