Share

Pria aneh.

last update Last Updated: 2024-05-07 18:47:44

 Laki-laki yang Arleta ketahui bernama  tuan Mahendra itu melotot menatap Alana, yang juga sedang menatapnya. Namun dengan tatapan penuh kekhawatiran.

‘Astaga! Kenapa bisa ada orang ini disini? Kalau sampai dia bilang sama yang punya perusahaan aku bisa kehilangan pekerjaan lagi.’ batin Arleta.

“Hey! Kenapa kau ada disini!” bentak Mahen.

Arleta  terlonjak, kemudian menundukan pandangan.

“Ma_maaf tuan. Sa_saya sedang beekerja disini.” jawab Arleta  dengan tergagap. 

Lalu Arleta memberanikan diri mengangkat wajah, menatap laki-laki yang sedang memelototinya dari tadi.

Arleta menjatuhkan  alat kebersihannya begitu saja, lalu  berlutut di hadapan Mehendra.

“Tuan saya mohon maaf, atas kejadian tempo lalu. Saya mohon tuan, jangan bilang sama orang yang punya perusahaan ini, saya tidak ingin di pecat lagi tuan. Saya benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan ini.”  Arleta memohon dengan kedua tangan di tanggupka  di depan dada.

Pria itu tetap diam.

‘Oh. Rupanya dia belum tahu kalau aku pemilik perusahaan ini! Baiklah ini balasan untukmu!’ Mahendra  tersenyum smick. 

“Apa untungnya untukku!” jawabnya dengan sinis.

Arleta  mendongak,” Saya akan lakukan apapun tuan. Asal tuan jangan suruh pemilik perusahaan ini untuk memecat saya tuan.” 

Menatap Mahen  dengan tatapan penuh permohonan.

“Akan saya pikirkan. Cepat bersihkan ruangan ini! Jangan sampai ada debu yang menempel sedikit pun!” titah Mahen, Arleta  cepat  menganggukan kepala.

“Baik tuan.”

Arleta  cepat bangun, kemudian mulai membersihkan ruangan presdir.

Sedangkan Mahendra. Dia duduk di kursi kebesarannya, dengan terus memperhatikan gadis yang sedang bekerja di ruangannya.

Bukan karena terpesona, justru Mahen terus memperhatikan Arleta agar gadis itu bekerja dengan baik.

Arleta  merasa sangat tidak nyaman di perhatikan begitu.

‘Astaga! Kenapa pria itu terus memperhatikanku? Ck! Dasar songong memang dia itu siapa bisa-bisanya, di duduk di kursi bos!’ umpat Arleta  dalam hati.

Kesal juga Arleta  lama terus saja diperhatikan! 

“Pak! Bisa tidak anda jangan terus lihatin saya!” tegur Arleta, dengan nada kesal.

Mahendra terkekeh kecil.” Ck! Dasar gadis sok cantik! Siapa juga yang lihatin kamu! Dengar ya, aku disini bertugas untuk memperhatikan cara bekerjamu! Jika kau tidak becus, maka aku akan bilang pada si bos untuk memecatmu.” jawab Mahen santai, sambil mengetuk-ngetuk pulpen diatas  meja.

Arleta  melongo. 

Agak malu juga dia.

‘Ck! Dia masih saja dendam padaku rupanya.’

Arleta menghela nafas panjang,”Ya sudah, terserah anda lah! Kalau anda mau, silahkan saja! Lumayan juga kan  saya jadi ada temannya.” sahut Arleta.

Arleta tidak tahu saja saat ini sedang berhadapan dengan presdir perusahaan ini. 

Setelah itu Arlet  kembali melanjutkan pekerjaannya, dan Mahen  tetap tidak bergerak dari tempatnya. 

Entah sudah berapa lama Arleta  berada di ruangan itu, terlihat dari jendela hari sudah beranjak gelap.

Sedang khusu membereskan rak-rak berkas yang menurutnya masih sangat rapi itu, Arleta di kagetkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Dia  menoleh ke sumber suara, seorang pria berpakaian rapi dan tampan terlihat berjalan masuk. Setelah itu Arleta kembali melanjutkan pekerjaannya, tetapi Arleta  juga menajamkan pendengarannya.

Bukan bermaksud untuk menguping, hanya Arleta penasaran. Kenapa orang begitu bebas masuk ruang presdir, selain orang aneh yang sedari tadi berada disini?

“Tuan. Maaf saja terlambat!” ucap seseorang yang baru saja masuk.

Pria itu berdiri mematung, begitu juga dengan Arleta yang kembali melongo mendengar ucapan pria tampan yang baru saja masuk.

“Tuan.” ucap Arleta  pelan namun masih di dengar oleh kedua pria itu. 

Pria yang baru saja masuk adalah Bas, asisten Mahendra.

Bas menoleh, menatap Mahen” Tuan. Sedang apa OG itu disana?” tanya Bas dengan bodohnya.

“Kau ini bodoh! Atau apa? Menurutmu tugas seorang OG apa?!!” cetusnya kasar.

Pria bernama Bas itu hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Mau pulang sekarang tuan?” tanya Bas mengalihkan pembicaran.

Mahendra  bangun dari kursi, lalu melangkah.” Tentu saja!” jawabnya. 

Terdengar suara sepatu yang berjalan menjauh, Arleta  tidak berani menoleh, namun dirinya cukup bernapas lega. 

“Heh! Kau!” 

Arleta  langsung menoleh.” saya?” tanya  Arleta menunjuk dirinya sendiri.

“Siapa lagi! Kau boleh pulang setelah semua ruangan ini bersih! Tanpa debu sedikitpun! Atau aku akan menyuruh pemilik perusahaan ini memecatmu!” ucapnya. Setelah berkata seperti itu.

Mahen langsung melangkah keluar, tanpa memperdulikan Arleta  yang hendak protes.

“Tuan. Kenapa anda bicara seperti itu?” tanya Bas bingung,  ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

“Kau tahu? Wanita tadi adalah wanita yang sama dengan wanita yang menumpahkan air di bajuku waktu di hotel!”

“Hah! Yang benar tuan! Kenapa dia sekarang bekerja di perusahaan? Apa di tidak tahu kalau tuan lah, pemilik perusahaan?” celoteh Bas. Namun matanya terus memperhatikan jalan di depannya.

Mahendra mengelengkan kepala.” Tidak! Biarkan saja!” 

Bas mengangguk mengerti.

“Besok. Cari tahu siapa dia? Darimana dia berasal!” titah Mahendra.

“Baik tuan.”

Arleta  tidak tahu yang dikenalnya sebagai Mahen adalah Mahendra  anak tunggal dari keluarga Ananda dan pemilik perusahaan Mahendra grup tempat dimana  Arleta  bekerja sekarang.

Entah apa alasan Mahen  tidak memberitahu Arleta siapa dia sebenarnya? 

Mungkinkah Mahen masih memiliki dendam pada gadis itu? Atas kejadian tempo lalu?

Bagaimana reaksi Arleta nanti, setelah mengetahui Mahen lah pemilik perusahaan ini?

Akankah Arleta masih akan bekerja disana? 

Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, kondisi kantor sudah sangat sepi. Arleta baru saja selesai mengepel lantai ruangan presdir.

Arleta  mengusap keringat yang bercucuran di dahinya.

Gadis itu  duduk selonjoran di depan ruangan presdir, untuk melepas lelah.

“Semoga saja pekerjaanku tidak di protes besok! Aku sudah bolak balik membersihkan semuanya. Agar tidak ada lagi debu yang menempel sesuai dengan perintah pria aneh tadi!”

“Eh! Tunggu! Bukankah pria yang baru masuk tadi, memanggil pria aneh itu dengan sebutan tuan? Siapa sebenarnya dia? Atau jangan-jangan!” 

Arleta menutup mulutnya sendiri.” Astaga! Bagaimana kalau pria itu adiknya pemilik perusahaan ini? Aduh! Kenapa sih aku selalu sial, kalau bertemu dengan pria aneh itu!” celoteh Arleta. Perasaan gadis itu  menjadi tidak tenang, sekarang.

Setelah lelahnya sedikit berkurang Arleta melangkahkan kakinya cepat, menuju dapur. Arleta  ingin segera pulang. 

Sepanjang lorong ruang presdir suasana sangat sepi, hanya ada beberapa lampu ruangan yang masih menyala. Sepertinya orang di dalamnya sedang lembur.

Arleta terus melangkah hingga akhirnya dia sudah tiba di dapur. Arleta segera menyimpan kembali alat kebersihan ke tempatnya, setelah itu Arleta  langsung menuju ruang ganti. Tidak sampai sepuluh menit Alana sudah keluar dengan sudah berganti pakain biasa.

Arleta mengeluarkan ponsel, untuk memesan ojek online. Untung saja dia  mendapatkan ojek online yang tempatnya tidak jauh dari tempatnya  sekarang, sehingga tidak butuh waktu lama untuk  menunggu.

 

Arleta pulang dengan hati bahagia walau badannya terasa lelah. Sebelum benar-benar pergi Arleta menatap gedung sepuluh tingkat ini dengan penuh harapan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya dan bayangan

    Mahesa berdiri di pinggir jurang, memandang ke kejauhan, ke arah dunia yang terbentang luas. Dunia yang telah dia selamatkan, namun kini terasa jauh berbeda, seolah-olah seberkas cahaya dan bayangan bercampur dalam dirinya. Kekuatan Pohon Kehidupan yang telah mengalir di tubuhnya selama ini berpadu dengan kekuatan Bayangan Abadi, warisan dari leluhur yang terpendam jauh di dalam dirinya. Dia merasakan dua sisi yang bertarung dalam dirinya, cahaya yang membawa kehidupan dan bayangan yang membawa kegelapan. Seiring dengan berjalannya waktu, Mahesa menyadari bahwa dirinya kini bukan hanya seorang manusia biasa, tetapi juga penjaga antara dua dunia: dunia yang terang dan dunia yang gelap. Pohon Kehidupan, yang telah lama menjadi pusat keseimbangan di dunia ini, kini memiliki tugas baru, menjaga keseimbangan antara keduanya. Namun, tidak ada yang pernah mempersiapkan Mahesa untuk peran yang lebih besar daripada yang dia bayangkan. Kekuatan yang ada padanya bukan hanya milik dirinya, tet

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pilihan yang tidak terelakan

    Langit di atas Pohon Kehidupan mulai berubah, berlapis warna keemasan yang memancar seperti aurora. Namun, ada ketegangan yang merayap di udara, menciptakan rasa genting yang tidak bisa dijelaskan. Arleta dan Mahen berdiri di depan pohon itu, memandangi sesuatu yang baru saja mereka temukan—sebuah artefak kuno berbentuk orb kristal yang bersinar lembut.Nyai Sekar, yang berdiri di belakang mereka, tampak gelisah. “Ini adalah Artefak Kebangkitan,” katanya dengan nada berat. “Ia memiliki kekuatan untuk membawa kembali roh yang terikat dengan Pohon Kehidupan ke dunia nyata. Tetapi ada harga yang harus dibayar.”Arleta menatap artefak itu dengan campuran harapan dan ketakutan. “Apa harganya, Nyai?”Nyai Sekar menggeleng perlahan. “Membawa kembali satu jiwa akan mengganggu keseimbangan dunia. Kegelapan akan mendapat jalan untuk merasuki dunia ini, lebih kuat dari sebelumnya.”Mahen mengepalkan tangan, menatap artefak itu dengan mata penuh tekad. “Dia adalah anak kami. Jika ada kesempatan u

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Jejak yang tersisa

    Pohon Kehidupan berdiri megah di tengah hutan lebat, cabang-cabangnya menjulang tinggi ke langit, dan daunnya bersinar lembut, memancarkan kehangatan yang menenangkan. Namun, sejak pengorbanan Mahesa untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran Bayangan Abadi, ada perubahan yang sulit diabaikan. Pohon itu tampak lebih hidup dari sebelumnya, dan bunga-bunga liar bermekaran di sekitar akarnya dengan warna-warna cerah yang tidak biasa.Arleta duduk di akar pohon, tangannya memegang kelopak bunga biru yang baru saja ia petik. “Mahen,” panggilnya, suaranya lembut tapi penuh kerinduan. “Aku merasa seperti dia masih di sini.”Mahen, yang berdiri tidak jauh darinya, memandang istrinya dengan mata yang penuh kesedihan dan cinta. “Aku juga merasakannya,” jawabnya. “Semua ini... keanehan yang terjadi sejak Mahesa pergi, seolah-olah dia masih berusaha berbicara kepada kita.”Malam itu, saat mereka tidur di rumah sederhana yang mereka bangun tak jauh dari Pohon Kehidupan, Arleta bermimpi. Dalam mimpi

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya di tengah kegelapan.

    Langit masih dihiasi semburat jingga saat Mahesa membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa ringan, namun hati dan pikirannya penuh dengan beban keputusan yang harus diambil. Pohon Kehidupan berdiri di depannya, memancarkan cahaya lembut, seperti sebuah lentera yang tetap menyala di tengah malam tergelap.Suara lembut Nyai Sekar memecah keheningan. "Mahesa, kau telah menunjukkan keberanian yang luar biasa. Namun, perjalanan ini belum selesai."Mahesa menatap Nyai Sekar dengan mata penuh tekad. "Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi dunia ini, meskipun itu berarti aku harus kehilangan segalanya."Nyai Sekar tersenyum tipis, tetapi kesedihan tampak di matanya. "Terkadang, melindungi berarti memilih untuk hidup dan bertahan, bukan mengorbankan segalanya. Kau harus belajar bahwa harapan tidak hanya berasal dari pengorbanan, tapi juga dari keberlanjutan perjuangan."Mahesa terdiam, hatinya bimbang. Ia tahu betul bahwa Bayangan Abadi masih menunggu untuk dihancurkan, namun pertanyaan

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pilihan yang sulit

    Arleta dan Mahen berdiri di tengah reruntuhan jembatan yang baru saja mereka lewati. Suasana sunyi, hanya suara napas mereka yang terdengar di antara kepulan debu dan kilauan cahaya samar dari Pohon Kehidupan yang kini mulai meredup. “Aku tidak bisa kehilangan dia lagi, Mahen,” kata Arleta, suaranya pecah di tengah isak tertahan. “Mahesa adalah alasan kita ada di sini.” Mahen menggenggam tangan Arleta erat, matanya menatap jauh ke arah tempat Mahesa dan Lirya menghilang. “Kita akan menemukannya. Aku janji. Tapi kita harus tetap fokus. Lirya semakin kuat, dan waktu kita tidak banyak.” Di depan mereka, sebuah jalan setapak yang penuh dengan akar bercahaya mulai terbuka, seolah Pohon Kehidupan memberi mereka petunjuk. Tanpa ragu, mereka melangkah maju, meski tubuh mereka masih terasa lemah akibat serangan terakhir Lirya. Semakin jauh mereka berjalan, suasana berubah semakin mencekam. Cahaya yang sebelumnya lembut kini berubah menjadi redup, hampir seperti nyala lilin yang hampir p

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Memasuki dunia yanh hilang

    Mahen dan Arleta berdiri di depan gerbang besar yang bercahaya redup. Angin dingin menerpa wajah mereka, membawa bisikan halus seperti suara ribuan jiwa yang terperangkap di dalam. Di balik pintu itu adalah dunia yang tidak mereka kenal, namun takdir telah membawa mereka ke sini.Arleta menggenggam tangan Mahen erat, tatapannya penuh dengan keteguhan meskipun hatinya berdebar hebat. “Kita harus lakukan ini bersama. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya sendirian.”Mahen menatap istrinya, mencium keningnya lembut. “Apa pun yang terjadi, kita akan melawan bersama.”Panji berdiri di belakang mereka, wajahnya serius. “Gerbang ini akan membawa kalian ke inti Pohon Kehidupan. Tapi ingat, ujian yang menanti di dalamnya akan menguji cinta, kepercayaan, dan keberanian kalian. Jangan pernah terpisah, karena itulah kelemahan terbesar kalian.”Keduanya mengangguk, lalu melangkah masuk ke gerbang.Begitu mereka melewati gerbang, dunia di sekitar mereka berubah drastis. Cahaya lembut berwarna em

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status