Share

Anda!

last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-06 05:00:33

Sesuai arahan Arleta langsung pergi ke ruang ganti bersama seorang kepala OB di sini.

“Ini seragammu. Semoga betah.” ucapnya. Sambil menyodorkan  baju pada Arleta.

Arleta menerima baju itu.” Terimakasih, nama ku Arleta.” Kini giliran Arleta yang mengulurkan tangan.

“Ami.” sahutnya, sambil menerima uluran tangan Arleta.

“Cepatlah ganti. Nanti langsung saja pergi ke dapur. Disana kamu akan tahu pekerjaanmu nanti.” titahnya, setelah itu Ami langsung pergi meninggalkan Arleta.

Setelah Ami keluar, Arleta langsung mengganti pakaiannya dengan seragam baru. Arleta tersenyum menatap dirinya di cermin.

“Semoga kali ini, tidak ada halangan dalam pekerjaanku. Dengan begitu aku akan segera mendapatkan uang untuk membayar hutang.” 

“Semangat Arleta! Ingat! Jangan buat kesalahan lagi!” ucap Arleta menyemangati dirinya sendiri. Setelah itu Arleta langsung keluar dari ruang ganti dan berjalan menuju dapur dengan semangat empat lima.

Tiba di pintu dapur Arleta menghentikan langkahnya sebentar. Dia menarik nafas berulang kali, untuk menetralisir rasa gugupnya.

Jujur saja Arleta selalu merasa gugup jika berhadapan dengan orang-orang baru. Setelah merasa cukup tenang. Arleta mulai menekan handle pintu, lalu mendorongnya pelan.

Begitu pintu terbuka, Arleta  hanya melihat Ami disana. 

Arleta buru-buru melangkah menghampiri Ami, gang sepertinya sedang menunggunya.

“Kebetulan Arleta. Ini tolong kamu bawakan kopi-kopi ini ke departemen lima ya. Ruangannya ada di lantai 3 di lorong pertama.” Jelas Ami.

“I..iya baik.” jawab Arleta gugup. 

Bagaimana tidak! Ini hari pertama Arleta bekerja, dia belum tahu seluk beluk kantor ini, dan langsung disuruh mengantarkan minuman ke lantai tiga!

Bahkan Arleta tidak tahu jalannya!

“Arleta  ayo! Kenapa malah bengong?!” seru Ami.

“Eh,Iya..tapi..aku belum tahu kemana jalannya?” tanya Arleta pelan. 

Arleta terus menundukan kepala tidak berani menatap Ami.

Ami menghela nafas.” Keluar dari sini, belok kiri nanti ada lift khusus untuk para pekerja. Kamu bisa naik itu agar lebih cepat sampai ke lantai tiga. Ingat Arleta! Jangan sampai salah!” Ami memperingatkan lagi Arleta.

Arleta  mengangguk mengerti.” Baik.” 

Setelah itu Arleta langsung mengambil nampan berisi kopi, lalu melangkah keluar.

Arleta berjalan dengan terus memperhatikan jalan, dan juga mengingat setiap perkataan Ami.

Arleta  berhenti sejenak, saat di hadapannya banyak lorong.

Arleta  melirik kanan kiri.” Ami bilang tadi, belok kiri! Berarti kesini!” Arleta  menunjuk jalan yang menurutnya benar.

Dengan langkah penuh kehati-hatian, akhirnya Arleta tiba di lift yang dimaksud. Arleta  kembali berdiri di depan lift memastikan benar ini lift yang dimaksud Ami tadi.

Arleta tersenyum bangga.”Ah. Benar ini! Kan itu ada tulisannya.” 

Tangan Arleta bergerak menekan angka pada  tombol lift. 

Tring!

Tidak lama, pintu lift terbuka. Arleta segera masuk, tidak lama pintu lift kembali tertutup. 

Hanya ada Arleta  sendiri di dalam lift, tidak ada orang lain disana.

Hingga beberapa menit kemudian  pintu lift kembali terbuka, Arleta segera keluar.

“Lorong pertama!” ucap Arleta  mengingatkan dirinya sendiri.

Arleta  kembali melangkahkan kaki menuju lorong yang dimaksud. Mata Arleta  terus memperhatikan tulisan di setiap ruangan, hingga akhirnya menemukan ruangan yang bertuliskan departemen lima.

Arleta menekan handle pintu, lalu membukanya perlahan.

“Permisi. Saya mau mengantarkan kopi.” ucap Arleta begitu pintu terbuka. Namun Arleta masih berdiam di depan pintu.

“Bawa sini!” teriak seorang karyawan yang duduk di pojokan.

Arleta  mengangguk, lalu melangkah maju menuju kursi yang paling pojok.

“Silahkan.” ucap Arleta setelah menyimpan kopi di atas meja.

Pria itu mengangguk, dia menoleh menatap Arleta.

“Kamu anak baru ya?” tanyanya.

Arleta  mengangguk.” Iya, tuan.” .

“Pantas saja, aku baru melihatmu.” katanya lagi.

“Woi! Kopi ku bawa kemari!” teriak seorang yang ada di kursi yang lain.

Arleta  mengangguk.” Baik. Maaf, saya permisi.” pamit Arleta  dengan sopan.

Arleta  berbalik, kembali melangkah menuju kursi pria yang memanggilnya tadi.

Arleta melakukan  hal sama seperti pada pria tadi. Setelah selesai Arleta, berjalan keluar dari departemen ini untuk kembali ke dapur.

Arleta berjalan menyusuri jalan yang tadi dia lewati. Arleta  sudah mengingat-ingat jalan yang dilewatinya tadi agar tidak tersesat.

Arleta  cukup menikmati pekerjaannya saat ini walau masih seumur jagung. Menurut Arleta  para pekerja disini tidak sombong. Setelah tadi Arleta  bertemu dengan beberapa orang mereka sangat ramah. 

Padahal biasanya, banyak karyawan yang sombing apalagi jika hanya OG/OB mereka akan menganggap rendah pekerjaan itu. Tapi sepertinya tidak kalau di perusahaan ini.

Arleta  menjadi merasa kagum pada pimpinan perusahan yang bisa membuat semua karyawannya berjalan seiringan tanpa ada yang saling mengucilkan.

“Eh. Kamu siapa? tanya seorang wanita yang baru saja memasuki dapur.

Arleta yang sedang mencuci gelas menoleh. “Hallo, kenalin nama ku Arleta.” Arleta  mengelap tangannya yang basah, lalu mengeluarkan pada wanita di hadapannya.

Wanita itu pun satu profesi dengan Arleta.

“Widi.” jawabnya. Sambil menerima uluran tangan Arleta. 

“Semoga betah kerja disini.” ucap Widi, setelah uluran tangan mereka terlepas.

Arleta  mengangguk.” Pasti.” . Kemudian melanjutkan kembali mencuci piring.

Sedangkan Widi. Dia membuat beberapa minuman mungkin pesanan para karyawan. Karena tidak lama setelah itu Widi kembali keluar.

Tidak terasa hari sudah beranjak sore. 

Pekerjaan Arleta  hari ini berjalan dengan lancar, tidak ada halangan apapun. Jam makan siang tadi Alana sempat bertemu dengan Riri.

“Ri. Terimakasih! Kamu sudah banyak membantuku.” ucap Arleta.

“Sama-sama Lana. Semoga kamu betah ya.” sahut Riri.

Arleta hanya menjawab dengan anggukan. Lalu setelah itu mereka melanjutkan makan siang.

“Lana!” panggil Ami. Ketika Arleta hendak masuk ke ruang ganti.

Arleta menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Ami.

“Iya, ada apa?” tanya Arleta.

“Em. Begini Leta. Tuan presdir minta ruangannya di bersihkan sekarang, sedangkan anak-anak yang lain sudah pulang.  Sedangkan aku harus segera pulang, anakku sedang sakit.Apa kamu bersedia?” tanya Ami.

Arleta  diam sesaat, kemudian mengangguk.” Baiklah. Aku akan membersihkan.” 

“Apa kamu tidak keberatan?” 

Arleta menggeleng. “Tidak! Ini sudah bagian dari pekerjaan bukan? “

Ami reflek mengangguk. “Baiklah, kalau begitu aku pulang ya. Oh. Iya Leta  ruangan presdir ada di lantai 10. Kamu kesana saja langsung ya.”

Setelah mengiyakan ucapannya. Ami segera pergi dengan berjalan terburu-buru.

Arleta menghela nafas. Kemudian gadis itu  kembali ke dapur. 

Arleta  mengambil peralatan kebersihan, lalu melangkah kembali keluar dan bersiap menuju lantai 

sepuluh.

Sore  hari begini suasana kantor terasa sepi, karena sebagian besar para karyawan sudah pulang. Hanya terlihat beberapa orang yang memilih lembur.

Sepanjang perjalanan Arleta memperhatikan setiap sudut bangunan. Arleta  cukup di buat terkesima karena untuk ukuran kantor bangunan ini cukup mewah dan juga sangat  nyaman.

Tanpa terasa Arleta sudah sampai di depan ruang presdir.

“Permisi!” panggil Arleta, setelah lebih dulu mengetuk pintu.

“Masuk!”

Setelah mendengar sahutan dari dalam Arleta membuka pintu lalu melangkah masuk.

“Permisi tuan, saya diperintahkan ibu Ami untuk membersihkan ruangan ini tuan.” izin Arleta.

Pria yang tampak sedang khusu pada laptopnya itu mulai bergerak, lalu menoleh pada Arleta.

“Kamu!”

“Anda!”

Arleta terkejut, tidak menyangka  akan bertemu dengannya kembali!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya dan bayangan

    Mahesa berdiri di pinggir jurang, memandang ke kejauhan, ke arah dunia yang terbentang luas. Dunia yang telah dia selamatkan, namun kini terasa jauh berbeda, seolah-olah seberkas cahaya dan bayangan bercampur dalam dirinya. Kekuatan Pohon Kehidupan yang telah mengalir di tubuhnya selama ini berpadu dengan kekuatan Bayangan Abadi, warisan dari leluhur yang terpendam jauh di dalam dirinya. Dia merasakan dua sisi yang bertarung dalam dirinya, cahaya yang membawa kehidupan dan bayangan yang membawa kegelapan. Seiring dengan berjalannya waktu, Mahesa menyadari bahwa dirinya kini bukan hanya seorang manusia biasa, tetapi juga penjaga antara dua dunia: dunia yang terang dan dunia yang gelap. Pohon Kehidupan, yang telah lama menjadi pusat keseimbangan di dunia ini, kini memiliki tugas baru, menjaga keseimbangan antara keduanya. Namun, tidak ada yang pernah mempersiapkan Mahesa untuk peran yang lebih besar daripada yang dia bayangkan. Kekuatan yang ada padanya bukan hanya milik dirinya, tet

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pilihan yang tidak terelakan

    Langit di atas Pohon Kehidupan mulai berubah, berlapis warna keemasan yang memancar seperti aurora. Namun, ada ketegangan yang merayap di udara, menciptakan rasa genting yang tidak bisa dijelaskan. Arleta dan Mahen berdiri di depan pohon itu, memandangi sesuatu yang baru saja mereka temukan—sebuah artefak kuno berbentuk orb kristal yang bersinar lembut.Nyai Sekar, yang berdiri di belakang mereka, tampak gelisah. “Ini adalah Artefak Kebangkitan,” katanya dengan nada berat. “Ia memiliki kekuatan untuk membawa kembali roh yang terikat dengan Pohon Kehidupan ke dunia nyata. Tetapi ada harga yang harus dibayar.”Arleta menatap artefak itu dengan campuran harapan dan ketakutan. “Apa harganya, Nyai?”Nyai Sekar menggeleng perlahan. “Membawa kembali satu jiwa akan mengganggu keseimbangan dunia. Kegelapan akan mendapat jalan untuk merasuki dunia ini, lebih kuat dari sebelumnya.”Mahen mengepalkan tangan, menatap artefak itu dengan mata penuh tekad. “Dia adalah anak kami. Jika ada kesempatan u

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Jejak yang tersisa

    Pohon Kehidupan berdiri megah di tengah hutan lebat, cabang-cabangnya menjulang tinggi ke langit, dan daunnya bersinar lembut, memancarkan kehangatan yang menenangkan. Namun, sejak pengorbanan Mahesa untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran Bayangan Abadi, ada perubahan yang sulit diabaikan. Pohon itu tampak lebih hidup dari sebelumnya, dan bunga-bunga liar bermekaran di sekitar akarnya dengan warna-warna cerah yang tidak biasa.Arleta duduk di akar pohon, tangannya memegang kelopak bunga biru yang baru saja ia petik. “Mahen,” panggilnya, suaranya lembut tapi penuh kerinduan. “Aku merasa seperti dia masih di sini.”Mahen, yang berdiri tidak jauh darinya, memandang istrinya dengan mata yang penuh kesedihan dan cinta. “Aku juga merasakannya,” jawabnya. “Semua ini... keanehan yang terjadi sejak Mahesa pergi, seolah-olah dia masih berusaha berbicara kepada kita.”Malam itu, saat mereka tidur di rumah sederhana yang mereka bangun tak jauh dari Pohon Kehidupan, Arleta bermimpi. Dalam mimpi

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya di tengah kegelapan.

    Langit masih dihiasi semburat jingga saat Mahesa membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa ringan, namun hati dan pikirannya penuh dengan beban keputusan yang harus diambil. Pohon Kehidupan berdiri di depannya, memancarkan cahaya lembut, seperti sebuah lentera yang tetap menyala di tengah malam tergelap.Suara lembut Nyai Sekar memecah keheningan. "Mahesa, kau telah menunjukkan keberanian yang luar biasa. Namun, perjalanan ini belum selesai."Mahesa menatap Nyai Sekar dengan mata penuh tekad. "Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi dunia ini, meskipun itu berarti aku harus kehilangan segalanya."Nyai Sekar tersenyum tipis, tetapi kesedihan tampak di matanya. "Terkadang, melindungi berarti memilih untuk hidup dan bertahan, bukan mengorbankan segalanya. Kau harus belajar bahwa harapan tidak hanya berasal dari pengorbanan, tapi juga dari keberlanjutan perjuangan."Mahesa terdiam, hatinya bimbang. Ia tahu betul bahwa Bayangan Abadi masih menunggu untuk dihancurkan, namun pertanyaan

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pilihan yang sulit

    Arleta dan Mahen berdiri di tengah reruntuhan jembatan yang baru saja mereka lewati. Suasana sunyi, hanya suara napas mereka yang terdengar di antara kepulan debu dan kilauan cahaya samar dari Pohon Kehidupan yang kini mulai meredup. “Aku tidak bisa kehilangan dia lagi, Mahen,” kata Arleta, suaranya pecah di tengah isak tertahan. “Mahesa adalah alasan kita ada di sini.” Mahen menggenggam tangan Arleta erat, matanya menatap jauh ke arah tempat Mahesa dan Lirya menghilang. “Kita akan menemukannya. Aku janji. Tapi kita harus tetap fokus. Lirya semakin kuat, dan waktu kita tidak banyak.” Di depan mereka, sebuah jalan setapak yang penuh dengan akar bercahaya mulai terbuka, seolah Pohon Kehidupan memberi mereka petunjuk. Tanpa ragu, mereka melangkah maju, meski tubuh mereka masih terasa lemah akibat serangan terakhir Lirya. Semakin jauh mereka berjalan, suasana berubah semakin mencekam. Cahaya yang sebelumnya lembut kini berubah menjadi redup, hampir seperti nyala lilin yang hampir p

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Memasuki dunia yanh hilang

    Mahen dan Arleta berdiri di depan gerbang besar yang bercahaya redup. Angin dingin menerpa wajah mereka, membawa bisikan halus seperti suara ribuan jiwa yang terperangkap di dalam. Di balik pintu itu adalah dunia yang tidak mereka kenal, namun takdir telah membawa mereka ke sini.Arleta menggenggam tangan Mahen erat, tatapannya penuh dengan keteguhan meskipun hatinya berdebar hebat. “Kita harus lakukan ini bersama. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya sendirian.”Mahen menatap istrinya, mencium keningnya lembut. “Apa pun yang terjadi, kita akan melawan bersama.”Panji berdiri di belakang mereka, wajahnya serius. “Gerbang ini akan membawa kalian ke inti Pohon Kehidupan. Tapi ingat, ujian yang menanti di dalamnya akan menguji cinta, kepercayaan, dan keberanian kalian. Jangan pernah terpisah, karena itulah kelemahan terbesar kalian.”Keduanya mengangguk, lalu melangkah masuk ke gerbang.Begitu mereka melewati gerbang, dunia di sekitar mereka berubah drastis. Cahaya lembut berwarna em

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status