Share

Gadis Penakluk Hati Tuan Muda Tampan
Gadis Penakluk Hati Tuan Muda Tampan
Author: Sa'adah

Bab 1. Melayani Tuan Muda

"Tuan saya lapar, dari tadi saya dikurung di kamar tanpa makan dan minuman. Tidakkah itu sangat keterlaluan?" Ucap Yasmin dengan wajah cemberut menyilangkan kedua tangannya didada.

Tuan Muda Arkana pewaris dari Amijaya menatap gadis berusia 22 tahun itu dengan tatapan datar.

Yasmin semakin kesal, pasalnya sedari tadi pria di hadapannya telah menculiknya dan tidak mengatakan apapun, seperti… orang bisu.

"Tuan saya lapar," rengek Yasmin menangis memegangi perutnya.

Arkana berdiri dan berkata. "Ikut saya," singkatnya melangkahkan kaki membuka pintu kamar yang tadinya dikunci dari dalam.

Dengan tubuh lemas Yasmin bangkit dari duduknya. Yasmin mengikuti langkah Arkana dengan kaki telanjang tanpa alas menginjak lantai mewah yang terbuat dari marmer, sehingga pantulan dari penampilan Yasmin tampak jelas.

"Sebenarnya Tuan kenapa menculik saya? apa yang Tuan inginkan dari saya? Tuan kan sangat kaya raya." Cerocos Yasmin berusaha menyamakan langkah lebar Arkana.

Yasmin mengepalkan satu tangannya bersiap memukul Arkana dari belakang, namun ia urungkan karena Arkana berbalik masuk ke dalam lift.

Lift itu membawa Yasmin tiba di lantai utama mengantarnya langsung ke bagian dapur. Sambutan para pembantu berbaris menunduk hormat menyambut kedatangan Tuan Muda Arkana dan Yasmin yang mengekor.

"Silahkan Tuan," ujar salah satu pembantu menarik kursi.

Yasmin ikut duduk di samping tuan muda membuat para pelayan itu penasaran padanya, dengan tatapan menelisik penuh penilaian.

Yasmin tidak memperdulikan tatapan mereka, ia segera membalik piring di depannya penuh semangat tidak sabar untuk menyantap makanan lezat di hadapannya.

"Mulai hari ini saya tugaskan bibi Anna untuk mengurus segala keperluannya, termasuk mendidiknya menjadi perempuan dewasa yang berkelas." Ujar Arkana.

Perempuan paruh baya yang di barusan sebut tuan muda, ia menganggukan kepala dengan senyuman tipis memperhatikan Yasmin dan berkata. "Baik tuan," ucapnya.

Yasmin mencicipi semua makan di depannya begitu lahap, mulutnya penuh dengan makanan seperti gelandangan yang sudah lama tidak mendapatkan makan. Ia begitu rakus sampai mulutnya dipenuhi dengan saus tomat.

Tiba-tiba Arkana berdiri dan berkata. "Selesai dia makan, antarkan ke kamar saya."

Ukhuk ukhuk

Yasmin tersedak makanannya, dengan sigap bibi Anna memberikan minum sambil menjawab ucapan tuan muda.

"Baik, tuan." Katanya.

***

Yasmin sangat ragu melangkahkan kaki memasuki kamar tuan muda Arkana begitu luas dan megah. Tetapi bibi Anna memaksa dan mendorongnya masuk.

Kepala Yasmin celingak celinguk mencari sang pemilik kamar, ia berjalan mengendap dengan sandal rumah agar tidak mengeluarkan bunyi ketukan antara sandal dan lantai.

"Sepertinya Aman," katanya tidak menemukan siapapun.

Tanpa izin, Yasmin merebahkan tubuhnya di ranjang king size milik tuan muda. Rasa ngantuk menyerang setelah perutnya terisi penuh.

Kedua matanya baru saja terpejam, tiba-tiba sebuah pergerakan ranjang mengguncang tubuhnya.

"Akhh tuan ngapian di atas?"

Teriakan Yasmin menggelegar, keterkejutannya melihat tuan muda tiba-tiba berada diatas tubuhnya hanya menggunakan piyama terbuka yang memperlihatkan tubuh atletisnya.

Yasmin mengerjapkan matanya beberapa kali, ia melihat pemandangan yang begitu indah menggoda iman sampai ia harus menelan ludahnya sendiri.

"Tugas kamu sekarang adalah melayani saya," kata Arkana merendahkan tubuhnya semakin merapat menyentuh Yasmin.

"Me– me layani? maksudnya me melayani seperti apa?" Ucap Yasmin begitu gugup.

Kedua mata Yasmin membulat sempurna tatakala bibirnya di bungkam dengan cepat oleh pria yang berada di atasnya. Nafasnya terputus-putus berusaha berusaha membebaskan diri dari kurungan tuan muda Arkana.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Yasmin memukul pundak Arkana karena nafasnya hampir habis.

"Huh huh huh, tubuh tuan sangat berat. Saya tidak bisa bernafas huh huh," katanya terengah-engah mengatur nafas.

Arkana tersenyum tipis, ia menyingkir dari atas tubuh gadis itu. Tetapi tangannya tidak pernah diam membelai rambut dan wajah Yasmin dengan lembut.

"Emmh, ini tidak benar Tuan. Tidak sepantasnya Tuan melakukan hal ini dengan saya, tolong pulangkan saya." Pinta Yasmin sambil menggeser tubuhnya menjauhi Arkana.

Terdengar hembusan kasar keluar dari mulut Arkana, kemudian ia menarik tubuh mungil Yasmin memeluk dan mengurungnya dengan erat.

Wajah Yasmin tepat berada di dada bidang keras Arkana, begitu juga kedua telapak tangannya yang secara langsung menyentuh kulit dan otot dada Arkana.

"Ini sudah sepantasnya kita lakukan sejak lama, saya memiliki hak atas dirimu." Jawab Arkana dengan tegas menangkup dagu Yasmin dengan tatapan dalam.

"Maksud Tuan apa? Saya tidak paham." Kata Yasmin dengan kerutan di keningnya.

Tidak ada jawaban. Arkan justru melanjutkan aksinya dengan menciumi leher dan telinga gadis itu dengan kabut gairahnya.

"Hiks… tolong Tuan, hentikan hiks… " tangisan Yasmin pun pecah.

Arkana tidak mengindahkannya, ia terus melanjutkannya sampai melepaskan baju gadis itu hingga terpangpang jelas bra merah pelindung kedua bukit kembar Yasmin.

"Mulai hari ini kamu adalah milik saya," tegas Arkana menatap Yasmin dibanjiri air mata.

Tubuh besar Arkana tidak sebanding dengan kekuatan Yasmin yang kecil. Yasmin hanya bisa menangis menggelengkan kepala menolak semua perlakuan pria yang baru saja dikenalnya, ingin melecehkannya.

"Tuan hiks, salah saya apa? Jika Tuan mencari perempuan yang bisa memberikan kepuasan. Bukan saya orangnya hiks…" balas Yasmin.

"Kamu memang tidak bersalah, tetapi ayahmu yang bersalah. Jadi kamu sebagai tebusannya," ujar Arkana membuat Yasmin terdiam seketika.

Yasmin membalas tatapan Arkana dengan serius, ia menghapus air matanya dan berkata. "Apa kesalahan papi saya?" Katanya dengan gemuruh di dada.

"Dia, sudah membuat kekasih saya meninggal," ujar Arkana penuh penekanan di setiap kalimatnya.

Dengan cepat Yasmin menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang diucapkan Arkana yang menuduh papinya.

"Tidak, papi bukan pembunuh. Tuan pasti salah orang, tidak mungkin papi saya melakukan hal keji seperti itu." Bantah Yasmin dengan cepat.

Arkana kembali membuang nafas kasar, ia semakin merapatkan tubuhnya kembali mencium Yasmin yang terus memberontak memukul dan mencakar punggungnya.

Untuk pertama kalinya, tangisan Yasmin menjadi hiasan malam yang panas dalam kamar tuan muda Arkana, sampai terdengar oleh bibi Anna.

Perempuan paruh baya itu dengan sengaja menunggu didepan pintu kamar tuan muda, ia mengkhawatirkan keadaan gadis yang baru di bawa tuannya.

"Satu hal lagi yang harus kamu tahu," ujar Arkana dengan nafas terengah-engah menatap Yasmin yang berada di bawahnya.

Penampilan Yasmin sudah acak-acakan dengan wajah merah penuh air mata, ia menatap marah Arkana dengan kedua pergelangan tangan di cekal di atas kepalanya.

Nafasnya yang memburu, tidak sanggup lagi memberontak.

"Kamu adalah istri saya, jadi sepantasnya malam ini kamu melayani saya layaknya seorang istri melayani suaminya." Ujar Arkana kembali merunduk menciumi leher Yasmin.

Sejenak Yasmin terdiam. Kemudian ia merasakan sakit di leher karena gigitan Arkana menyadarkan lamunannya.

"Tidak, kau pembohong… aku tidak percaya sialan… Aku belum menikah dan aku tidak mau punya suami tua sepertimu," teriak Yasmin penuh membara.

Bersambung…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status