Belum hilang ingatan tadi malam. Yasmin kembali dihadapkan dengan sosok lelaki yang hampir saja mengambil kesuciannya.
Lelaki kurang ajar itu duduk di sofa dengan santai, tubuh kekarnya di bungkus kemeja putih dan dua kancing teratas terbuka memperlihatkan dada kekar yang sudah di sentuhnya."Tuan sangat tampan, tapi sayangnya jahat dan juga pembohong." Gerutu Yasmin tidak mengatai Arkana.
Arkana tidak bergeming, ia duduk begitu tegak dengan kaki disilangkan menatap lurus gadis yang baru saja terbangun, bahkan belum beranjak dari ranjang nya. Terlihat dari perawakan dan rahangnya yang tegas, seperti penguasa arogan yang kejam.Saat ini Yasmin tidak memiliki tenaga cukup untuk mencakar lelaki di hadapannya itu, ia hanya bisa duduk bersandar di bahu ranjang sambil menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Padahal jika memiliki tenaga. Ia bisa mengeluarkan jurus andalannya, yaitu menendang burung berharga lelaki yang sudah berani melecehkannya."Sebenarnya Tuan ini siapa? dan mau apa dari saya?" ucap Yasmin berani membuka suara dengan wajah jutek. Lelaki itu menghembuskan nafas panjang kemudian berdiri, berjalan menghampiri ranjang. Di tangannya ada sebuah map berwarna biru lalu melemparkan map tersebut tepat di pangkuan Yasmin."Itu adalah peraturan di rumah ini, bacalah dengan teliti karena jika satu kesalahan dilakukan! Maka ada hukuman yang harus kamu bayar." Katanya memberikan peringatan tegas. Yasmin mengambil dan membukanya. Dibacanya kata demi kata yang tercetak di sana membuat kedua matanya semakin melebar sempurna, pikirannya sedang mengolah maksud dari peraturan yang diberikan lelaki itu."Aku bukan istrimu, dan aku juga bukan pembantumu," teriak Yasmin kesal.
Meskipun kesal, Yasmin tetap melanjutkan membacanya karena penasaran.
Yasmin Putri Aditya, nama lengkapnya tercantum di sana begitu juga nama kedua orang tuanya. Kedua matanya mengerjap beberapa kali, bukannya paham justru semakin pusing memikirkannya. Yasmin menghela nafas sejenak, ia kembali membuka lembaran kedua yang berisi peraturan untuknya. Satu dari sepuluh poin disana tidak ada yang bisa menguntungkan selain menaati peraturan yang sudah tertulis, jika tidak mau mendapat masalah atau pun mendapatkan hukuman. Jalan keluarnya hanyalah mentaati peraturan tersebut. Tentu saja Yasmin tidak bisa menerima semua itu, ia pun segera mengangkat kepalanya menatap lelaki itu dan berkata. "Kenapa aku harus mengikuti semua peraturan ini? lagi pula ini bukan rumahku dan aku tidak akan tinggal disini!" ujarnya melempar kertas itu ke lantai. Arkana tersenyum smirk atas pernyataan Yasmin, kedua tangan disilangkan di dada. Ia mengeluarkan ponsel di saku celananya, lalu kembali melemparkan ponsel itu kepada Yasmin dan berkata. "Lihatlah, itu akan menjawab semua pertanyaanmu," katanya. Yasmin tidak langsung mengambil ponsel tersebut, ia justru memperhatikan gerak gerik lelaki itu yang membuka tirai hordeng menampilkan balkon di balik pintu sliding yang terbuat dari kaca. Lelaki itu duduk di salah satu kursi yang ada di sana."Tampan sih iya, kejam juga iya." Cibir Yasmin.
Yasmin menatap punggung lebar lelaki itu, tiba-tiba bayangan kegiatan panas tadi malam kembali melintas di kepalanya. Ia segera menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan pikiran kotor itu, kemudian ia meraih ponsel tadi.
Sebuah video pernikahan? Yasmin mengerutkan keningnya, ia segera menekan tombol play karena penasaran dengan video tersebut."I-- ini? Aa-- apa apaan ini? Ini bukan aku kan?"
Lagi-lagi Yasmin diberikan kejutan yang luar biasa.
Video memutar sebuah acara pernikahan yang tidak lain kedua mempelai pengantinnya adalah dirinya dan juga lelaki yang kini tengah duduk santai di balkon.
Perjanjian sakral diucapkan di depan kedua orang tuanya dan mereka beberapa orang yang ada dalam video tersebut mengatakan sah, ia dan lelaki itu telah resmi menjadi suami istri. Tubuh Yasmin yang lemas semakin lemah tak berdaya, cairan bening keluar dari kedua matanya diiringi dengan gelengan kepala tidak percaya dengan semua kenyataan yang dilihatnya saat ini. Suara tangisan pun mulai keluar dan berkata. "Tidak mungkin hikss, ini tidak mungkin hikss," ucapnya tidak terima. Video berdurasi 30 menit itu terus berputar memperlihatkan interaksi kedua orang tuanya bersama lelaki yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Mereka sungguh kejam, mereka melaksanakan pernikahan di saat dirinya terbaring kritis di rumah sakit. Bahkan Yasmin saat itu masih berusia 20 tahun, ia mengalami kecelakaan yang membuatnya tak sadarkan diri selama satu minggu. Setelahnya Yasmin sadar, kedua orang tuanya tidak ada yang mengatakan apapun selain menjalani kehidupan seperti biasa dan melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswi baru. Namun hari ini, sebuah kenyataan di luar dugaan menghampirinya.Saksi bisu orang yang terlibat dalam pernikahannya sudah jelas itu adalah keluarganya, Yasmin tidak bisa menyangkal apapun. Nafasnya tersengal-sengal dengan tangisan kesedihan harus menerima kenyataan yang begitu menyakitkan. Yasmin kembali menatap lelaki yang ternyata suaminya sejak satu tahun yang lalu. "Mami, Papi, kenapa kalian jahat sekali menikahkan aku dengan lelaki tua seperti itu. Meskipun wajahnya tampan mirip oppa korea, tapi dia jahat, dia sudah membuat kening Yasmin benjol mami hikss," ucap Yasmin dalam hati sambil memandangi punggung suaminya.Yasmin hanya bisa menangis dan menangis, ia tidak tahu harus berbuat apa. Tubuhnya lemas dan pikirannya kacau dengan rambut kusut menunduk kebawah. "Tidak ada gunanya menangis, sekarang semuanya sudah jelas jika kita adalah suami istri. Saya adalah suamimu, dan kamu harus patuh kepada saya." Ujar lelaki itu sudah berada di depannya. Yasmin mengangkat kepala menatap lelaki tua yang merupakan suaminya, wajahnya penuh dengan linangan air mata, pucat, sembab dan rambut berantakan.Selimut yang tadi menutupi tubuhnya luruh hingga perut, memperlihatkan kedua dadanya yang hanya mengenakan bra. Tidak lagi peduli dengan penampilannya yang hancur, karena saat ini hatinya jauh lebih hancur.
"Jadi... kamu adalah suamiku?" Guammanya.
"Ya, saya adalah suamimu dan berhak atas hidupmu." Ujarnya dengan nada lembut.
Arkana duduk di samping Yasmin yang masih terkejut dengan semua itu. Tangannya terulur mengusap rambut dan merapikan rambut Yasmin yang berantakan.
Cup.
Arkana mencium puncak kepala Yasmin dan berkata. "Mulai sekarang kamu tinggal dirumah ini, kamu hanya perlu mematuhi semua perintah saya." Ucap Arkananya.
Yasmin bungkam, tatapannya kosong. Dengan lemas ia berusaha mengembalikan kesadannya memperhatikan pergerkan Arkana yang baru saja mencium keningnya.
Kepergian lelaki itu semakin membuat Yasmin sakit hati, pikirannya dipenuhi dengan bayang-bayang pernikahannya dengan Tuan Muda Arkana Amijaya.
Pewaris yang paling berkuasa itu menkadikan dirinya sebagai istri atas dasar perjanjiannya dengan kedua orang tuanya.
"Itu artinya mereka sudah menjual saya? kenapa mereka begitu jahat hiks." Lirih Yasmin masih tidak percaya dengan kedua orang tuanya yang begitu tega kepadanya.Arkana menangkup wajah istrinya, ia mengisap air matanya dengan kedua ibu jari menatap mata bengkak Yasmin dan berkata. "Kamu adalah Istri saya yang sah, bersikaplah seperti istri tuan muda yang selalu menjaga kehormatan dan kedudukan suaminya," katanya.
Bersambung…
Yasmin akhirnya memiliki teman dalam keluarga Amijaya, yaitu Bela. Marcel mendapatkan restu setelah Arkana kembali dan resmi kembali menjadi Tuan Muda, meskipun kehamilan palsu Bela terungkap, Amijaya tetap merestui pernikahan mereka. Begitu bahagia, Marcel akhirnya bisa menikahi Bela, pria itu sampai mengajak Arkana berlomba untuk mendapatkan anak. Padahal Yasmin dan Bela tidak ingin terburu-buru memiliki anak. Namun harapan Yasmin telah hilang, karena perempuan itu telah hamil lebih dulu akibat Arkana termakan ucapan Marcel. “Sayang bangun yuk, kita berjemur.” Ujar Arkana membangunkan istrinya dengan lembut. “Aku masih ngantuk,” rengek Yasmin memeluk guling.Arkan menarik guling sang istri, kemudian mengangkat tubuh Yasmin ke dalam gendongannya, membawanya ke kamar mandi.Seperti anak kecil yang susah dibangunkan, Arkana membasuh wajah istrinya di kamar mandi, tidak lupa menggosok gigi dalam keadaan Yasmin yang masih memejamkan mata.Setelah itu Arkana mengikat rambut Yasmin, m
Satu minggu lagi Arkana dan Yasmin akan segera pindah, segala persiapan dan penyelesaian yang sudah Arkana mulai tinggal menunggu kabar Jessica yang belum memberikan keputusan apapun, bahkan kabarnya tiba-tiba menghilang setelah pembicaraan dengan Arkana.Yasmin berusaha menghubunginya, tetapi tidak mendapatkan jawaban. Arkana sangat berharap Jessica akan kembali saat perayaan sekaligus peresmian pergantian Arkana nanti.Disamping itu Yasmin tidak sabar ingin bertemu Bela dan juga mertuanya, yang sudah menghubunginya beberapa kali, sedangkan Meli merasa sedih karena mereka akan meninggalkan rumahnya.Sebetulnya, Meli sangat berat harus berpisah dengan putrinya, ia begitu takut kejadian dulu terulang kembali.Namun, melihat antusias dan keceriaan putrinya, ia merasa sedikit lega, berusaha membuang pikiran negatifnya.“Mami dan papi ikut Yasmin aja, pindah kesana.” Pinta Yasmin.“Nanti Mami dan Papi mau tinggal dimana? rumah yang dulu sudah dijual sama Papi,” kata Meli dengan wajah cemb
“Yasmin sudah aku bilang, aku gak ada hubungan apapun sama Emeli.” Ujar Arkana dengan nada tinggi. “Kalau gak ada hubungan apapun, kenapa kamu kemarin perhatian sama dia? Udah aku bilang jangan terlalu dekat sama dia,” teriak Yasmin membalasnya. “Kamu tahu dia rekan kerja satu kantor, bagaimana bisa aku tidak dekat dengannya? Kerjasama itu membutuhkan hubungan yang baik, selain karena pekerjaan aku tidak ada hubungan apapun dengannya.” kata Arkana berusaha menahan emosinya. Pagi hari Yasmin dan Arkana sudah memulai pertengkaran hebat, teriakannya sampai terdengar ke lantai bawah, kedua orang tua Yasmin sampai khawatir karena dari kemarin hubungan Yasmin dan Arkana tidak baik-baik saja. Belum lagi Yasmin sedang terbakar api cemburu yang belum reda, hati dan pikirannya masih terbakar karena kedekatan Arkana dan Emeli. Yasmin kembali menangis, ia masih belum terima dengan kejadian di restoran, ia masih marah diliputi kecemburuan yang hebat. Sudah beberapa kalinya Yasmin menangis, m
Api cemburu semakin membakar emosi Yasmin yang menyaksikan kedekatan suaminya dengan Emeli. Yasmin berusaha menahan diri untuk tidak menyerang perempuan itu, jika saja tidak ditemani Jessica, mungkin Yasmin sudah membuat kesalahan untuk kedua kalinya. Walaupun begitu, Yasmin tidak tahan untuk meluapkan emosinya dan menangis merasakan sakit dalam dadanya. Jessica mengantarkan Yasmin pulang dalam keadaan dibanjiri air mata, tangisannya berlanjut sampai rumah membuat Meli terkejut dan menanyakannya kepada Jessica. “Anak tante sedang dilanda kecemburuan, jangan terlalu khawatir nanti juga sembuh kalau sudah baikan dengan suaminya.” Kata Jessica. “Memangnya cemburu karena apa?” Kata Meli penasaran.“Tadi di restoran, saya dan Yasmin secara diam-diam mengikuti Arkana makan siang bersama Emeli dan juga salah satu klien perusahaan, entah itu disengaja atau tidak. Arkana terlihat perhatian dan begitu dekat dengan Emeli,” jawab Jessica. “Untung dia bisa menahan emosi, tidak melabrak perem
Semenjak Dimas datang, Yasmin sering bermain ponsel dan begitu sering mengabaikan kehadiran Arkana.Arkana begitu kesal setiap kali istrinya main ponsel saat bersamanya, bahkan sekarang pun perempuan itu masih bermain ponsel, tidak peduli suaminya memperhatikannya sejak tadi. “Iya halo, ada apa Emeli?” Ujar Arkana menjawab panggilannya. Pria itu berdiri melangkahkan kaki ke walk in closet melepas pakaiannya satu persatu, sambil membicarakan pekerjaan bersama Emeli. “Tidak perlu, besok Tomi yang akan menyiapkannya.” Ujar Arkana. Di balik cermin, bayangan Yasmin sedang mengintip di balik pintu, hal itu membuat senyuman di wajah Arkana. Ternyata panggilan Emeli bisa mengalihkan istrinya, yang tadi sibuk bermain ponsel dan mengabaikannya, kini perempuan itu penasaran dengan pembicaraannya dengan Emeli. “Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa ikut makan siang bersama klien dari Inggris, kita bisa berangkat bersama setelah melakukan meeting.” Ujar Arkana dengan suara agak keras. Yasmin
Malam ini terasa begitu panjang dan melelahkan bagi Bela, begitu banyak pelanggan yang datang memenuhi cafe tempatnya bekerja, tidak seperti malam biasanya Bela masih bisa bersantai.Pekerjaan baru di Cafe Starla cukup membantu perekonomian Bela untuk menambah pemasukan dan mencukupi keperluannya sehari-hari.Meskipun lelah bekerja, itu sudah menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukannya, karena tidak hanya untuk mencukupi kehidupan pribadinya, Bela harus mengirim uang untuk adik-adiknya agar tidak putus sekolah.Bekerja keras memanglah tidak mudah, di usia muda Bela yang harus kuliah dan bekerja sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.Rasa sakit kepala atau demam tidak pernah Bela manjakan, apalagi cuti bekerja, Bela selalu masuk dan memaksakan diri untuk tetap kuat dan tegar.Namun, kali ini Bela tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya yang begitu melilit, wajahnya semakin pucat membuat rekan kerjanya khawatir dan meminta Bela untuk istirahat.“Bela lebih kamu istirahat, biar ak