"Kenapa? Kenapa Om Firas tega ngelakuin ini?" tanya Prita dengan suara paraunya. Air mata masih mengalir deras di pipinya.
"Maaf. Aku terpaksa ngelakuin ini demi kamu dan anak kita," balas Firas menggenggam erat tangan istrinya.
"Aku ngga mau sampe temen-temen sekolah menilai buruk tentang kamu. Aku takut terjadi sesuatu dengan anak kita," sambung Firas. Jantungnya serasa lolos seketika tepat di saat Prita melepaskan genggamannya.
"Aku bisa mengatasi semuanya sendiri. Bukankah sebelumnya aku udah bilang sama Om Firas. Kalo aku udah ngga kuat, aku bakal minta tolong sama Om Firas. Tapi apa sekarang?" sahut Prita menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Anggi, tolong bantu aku jelasin semuanya sama Prita," pinta Firas dengan mimik memohon.
Prita menoleh dan melihat raut bingung di wajah sahabatnya. Ia mengerutkan keningnya penasaran. Kenapa Firas meminta agar Anggi
membantunya menjelaskan."Mending lo dengerin penjelasan Om
"Tapi gimana caranya Vanya minta maaf sama Prita, Bang?" tanya Vanya menatap sang kakak. Ia tidak tahu bagaimana caranya meminta maaf."Kamu minta maaf aja langsung ke orangnya," sahut Pak Irsyad malas. Ia berjalan dan duduk di sofa di depan sang adik. Ia menghempaskan tubuhnya dengan nafas berat."Tapi Vanya malu, Bang," ujar Vanya menunduk."Kalo tau bakal malu kenapa ngga mau dengerin peringatan abang kemaren?" sahut Pak Irsyad kesal."Maaf!" lirih Vanya."Ya udah. Ntar abang anterin kamu ke rumah Prita. Ngga mungkin 'kan kalo kamu minta maaf di depan banyak orang?"Merasa kasihan pada sang adik, akhirnya Pak Irsyad memutuskan untuk mengantar Vanya ke rumah Prita, sepulang sekolah nanti. Beruntung waktu itu ia sempat mengantar Prita pulang waktu hujan turun. Jadi, ia tidak perlu bertanya pada siapapun."Ngga lah Bang. Vanya malu kalo harus minta maaf di depan banyak orang. Orang bakal ngomong apa nanti," sahut Vanya."
Firas bergegas merangkul istri kecilnya kala melihat ekspresi terkejut di wajahnya. Sementara Prita, ia menoleh dan melihat suaminya berusaha untuk menguatkannya."Sebenernya salah gue sama lo apa, sih, Van? Kenapa dari dulu ngga ada abisnya lo musuhin gue mulu?"tanya Prita dengan nada mengeluh dan kecewa."Maaf," sahut Vanya menunduk.Benar. Prita tidak salah apa-apa. Hanya saja Vanya ingin melampiaskan kekesalannya karena Prita selalu berada di atasnya. Prita lebih cantik darinya, lebih terkenal darinya, lebih disukai banyak orang, dan yang lebih penting lebih disukai oleh Hegar. Vanya merasa iri akan semua itu. Jadi, ia berusaha menjatuhkan Prita bagaimanapun caranya.Apalagi setelah melihat Prita dengan Firas di departemen store waktu itu. Untuk pertama kalinya Vanya merasa bahwa ia bisa menyingkirkan Prita dengan mudah. Namun sayangnya, gosip itu cepat menghilang karena Prita selalu mengabaikannya. Dan kini, Vanya kembali membuat ulah guna meny
Firas menghempaskan tubuh Prita dengan kasar hingga terlentang di atas tempat tidur. Laki-laki itu mengungkung istrinya dan mengunci kedua tangannya. Menatap matanya dan melahapnya bibirnya dengan kasar."Kamu ngga boleh pergi ke mana-mana. Bibir ini, tubuh ini, dan semuanya. Cuman aku yang boleh milikin kamu," tegas Firas di tengah ciuman panasnya yang menggebu."Kenapa? Kamu ngga mau?" tanya Firas emosi sambil memicingkan matanya.Karena kesal tidak mendapat jawaban, ia mulai melucuti pakaian istrinya. Ia ingin melampiaskan amarahnya dengan cara menindih istri kecilnya itu. Setelah tidak ada sehelai benang pun di antara keduanya. Kini Prita mulai bersuara dengan suara yang sedikit bergetar."Cukup, Om! Aku tau, aku minta maaf, aku yang salah," lirih Prita mengerti alasan suaminya berubah menjadi kasar.Cemburu? Yah, itu yang dapat Prita tangkap dari sikap suaminya. Dan satu-satunya cara untuk menghentikannya yaitu hanya satu. Mengalah dan m
"Lo tau ngga kalo Mas Zafran mulai sekarang yang bakal jemput gue?" tanya Prita."Ngga. Emang kenapa?" balas Anggi balik bertanya."Gue denger dari Om Firas, kalo dia ngelakuin itu demi lo. Demi bisa jemput lo pulang sekolah tiap hari."Deg!Ternyata ucapan Zafran kemarin bukan hanya buallan saja. Pria itu benar-benar melakukan semua sesuai ucapannya."Emang ada apa, sih, antara lo dengan Mas Zafran? Apa jangan-jangan lo sama Mas Zafran udah jadian? Tapi lo sengaja nyembunyiin itu dari gue?""Ya Elah lo Nggi, bisa-bisanya lo ngga kasih tau gue. Apa jangan-jangan lo sengaja mau balas dendam sama gue?" sambung Prita menebak.Prita berpikir bahwa Anggi sengaja ingin membalaskan perbuatannya dulu. Ketika ia menikah namun tidak memberitahu Anggi. Padahal kenyataan yang sebenarnya tidak seperti itu. Kenyataannya Zafran hanya ingin membantu Anggi menyembuhkan traumanya. Itu saja dan tidak lebih."Ngga gitu, Ta. Gue sama Aa Za ngga ada
Semenjak pertama kali mengetahui Firas sudah menikah dengan Prita. Indira mulai menyelidiki asal-usul gadis itu. Ia mencari tahu informasi sedetail-detailnya. Sampai ia menemukan informasi di mana Prita bersekolah. Setelah itu, ia mulai mengawasi Prita melalui detektif swasta. Sampai pada hari ini, ia mendapat kabar bahwa Prita tidak dijemput oleh Firas melainkan oleh Zafran, sekretarisnya. Wanita itu langsung kabur dari lokasi syuting menuju sekolah Prita. Sampai di sana, ia tidak mendapati orang yang ia cari. Kemudian, ia menghubungi detektif swasta sewaannya. Untuk mencari tahu di mana lokasi Prita saat ini. Dan yah, di sinilah Indira saat ini. Memaksa Prita untuk keluar dari mobil dengan alasan ada yang ingin ia bicarakan. Karena Prita tak kunjung keluar, membuat wanita itu nekat. Ia hampir memecahkan jendela mobil jika Zafran tidak memundurkan mobilnya. Tepat ketika Zafran memundurkan mobilnya, Indira jatuh tersungkur karena pijakan kakinya yang tidak seim
"Nona bisa keluar sekarang," ujar Pak Polisi mengetuk kaca mobil."Nona? Mau keluar sendiri atau mau kami paksa?" ujar polisi lain.Indira terlihat ragu-ragu. Ia menggigit bibirnya sambil meremas jemarinya. Meskipun demikian, ia tetap membuka pintu mobil dan keluar. Namun sebelum keluar, ia membuka laci mobil sebelah kiri. Ia mengambil benda runcing berukuran kecil dan menyembunyikannya di balik gaun dengan rok mengembang."Mari ikut kami," ajak Pak Polisi agar Indira masuk ke dalam mobilnya.Ketika dua polisi berbalik, wanita itu bergegas berlari ke arah Prita dan Firas berada."Kalo aku ngga bisa milikin kamu, maka dia juga ngga boleh," teriak Indira berlari ke arah Firas dan menusuk perutnya.Firas menoleh bersamaan juga dengan Prita. Mereka berdua tidak tahu apa yang akan Indira lakukan. Setelah mendekat barulah Firas mengetahuinya. Karena kini perutnya sudah berlumuran cairan merah.Srekkk!"Aaa... " teriak Firas terkejut
"Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke
"Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u