Luca adalah seorang pria yang terlihat berwibawa dan penuh dengan misteri. Dia memiliki tubuh yang kuat, berambut hitam, dan matanya yang tajam selalu memancarkan ketegasan.
Tubuhnya penuh dengan bekas luka yang mengisyaratkan bahwa dia telah menghadapi banyak pertempuran dalam hidupnya.
Pada pandangan pertama, Luca tampak sebagai pria yang tenang dan dingin, tetapi di dalam dirinya terdapat lapisan-lapisan kompleks emosi dan pengalaman.
Sebagai pewaris keluarga mafia yang berpengalaman, dia telah menjalani hidup yang keras dan penuh dengan keputusan sulit. Pengalaman-pengalaman itu membentuknya menjadi sosok yang berhati baja dan tidak mudah terintimidasi.
Di balik fisiknya yang kuat, Luca memiliki sisi yang melindungi dan penuh dengan dedikasi.
Meskipun dia mungkin terlihat dingin pada awalnya, dia tumbuh lebih dekat dengan Sarah selama perjalanan mereka, dan dia mulai menunjukkan sisi yang lebih lembut dan empatis.
Dia merasa bertanggung jawab untuk melindungi Sarah dan menganggapnya sebagai sekutu yang berharga dalam petualangan mereka.
Luca juga adalah seorang yang berpikir taktis dan memiliki naluri bertahan yang kuat.
Dia selalu berusaha untuk mencari solusi dalam situasi yang penuh bahaya, dan dia memiliki keberanian untuk menghadapi musuh-musuhnya dengan kepala tegak.
Meskipun masa lalunya yang kelam sebagai anggota mafia selalu mengikutinya, Luca berusaha untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Dia ingin keluar dari dunia kriminal yang telah menghantuinya selama ini dan mencari kesempatan untuk memulai hidup yang baru.
Luca adalah karakter yang kompleks dengan lapisan-lapisan yang mendalam.
Tetapi, malam ini. Khusus malam ini, semua kepribadian Luca hilang. Dia mulai kehilangan karakter dan kepribadiannya.
Luca memandang tubuh Sarah dengan tatapan tajam. Menelusuri tiap inci tubuhnya.
Dari kejauhan, terdengar suara hewan-hewan besar yang berkeliaran, seperti rusa atau serigala. Suara kaki empat binatang yang bergerak di atas daun-daun kering menambahkan elemen misteri dalam malam hutan, namun kekejaman sesungguhnya akan terjadi di dalam kamar ini.
"Sarah," panggil Luca sembari mengelus lembut rambut kecil Sarah.
Wanita yang berada di depannya sedang kelelahan dan berusaha tidur. Sarah hanya mendehem. "Hmm."
Desahan manja itu malah membuat Luca semakin senewen.
Luca mulai mengelus pipi kemudian turun ke lehernya. Dia mendekati pipi Sarah lalu memberikan ciuman kecil.
"Maafkan aku, Sarah. Aku ... aku membutuhkanmu. Ini sungguh menyiksa. Aku tidak tahan lagi."
Sarah terbangun dengan tiba-tiba, matanya membulat saat dia merasakan ciuman Luca di lehernya. Dia dengan cepat mengangkat kepalanya dan bertemu dengan mata Luca yang penuh nafsu. Sarah terkejut dan terengah-engah.
Tangan Luca masih memegang bukit kembar miliknya dengan penuh napsu. Sarah mendorong bahu Luca dan setengah berteriak ketakutan.
"Luca! Apa yang kamu lakukan!" pekik Sarah sambil duduk agak menjauh dari Luca.
Luca, yang masih berada dalam keadaan tergoda, tersenyum dan menjawab, suaranya bergetar dengan keinginan.
"Aku tidak bisa menahan diri, Sarah. Kamu begitu menggoda," jawab Luca dengan nada serak.
"Obat ini! Sungguh menyiksa!" Luca mengepalkan tangannya dan memukul kasur yang didudukinya dengan amarah.
Kakinya tidak dapat digerakkan dengan baik. Dia lumpuh dan keadaan batang keperkasaan yang sungguh menyiksanya.
Sarah merasa merah padam dan canggung, mencoba mengumpulkan pikirannya yang baru terbangun.
"Luca, bukankah aku baru saja menawarimu cara lain tadi?"
"Tidak, Sarah. Aku ... aku butuh penyatuan," jawab Luca setengah merintih dan memegang bagian bawah pusarnya yang terlihat kesakitan.
Sarah merasa canggung dan malu sekaligus simpati. Dia seorang per*wan. Luca memang pria yang sangat menawan, tetapi semua ini terlalu cepat. Mereka baru saling mengenal selama 1 malam.
"Arghh!" Luca tiba-tiba berteriak seperti kesakitan.
Sarah mendekati dengan maksud ingin memberikan bantuan, tetapi tangan Luca langsung menarik tengkuk Sarah dan menjatuhkannya ke kasur. Menindih tubuh Sarah dengan tubuhnya yang lebih besar.
Sarah memandang dengan aneh, karena kedua netra Luca sudah berubah merah. Urat pada kedua netranya menonjol seperti menimbulkan kengerian.
"Luca, kamu tidak sadar dengan apa yang kamu inginkan!" pekik Sarah berusaha lepas dari kukungan Luca.
Luca meraih dagu Sarah dengan lembut dan membawanya lebih dekat, sebuah ciuman diberikan Luca.
Awalnya Sarah ingin menolak, tetapi Luca benar-benar memberikan ciuman yang sempurna.
"Maaf, sayang. Tidak bisa menahan diri lagi. Aku akan bertanggung jawab atas apa yang kulakukan malam ini. Biarlah gubuk tua ini menjadi saksi," ucap Luca dengan penuh kelembutan.
Sarah tersenyum, merasa tersanjung oleh perasaan Luca. Pria itu meminta dengan sopan dan sangat menghargai Sarah.
Mereka berdua saling menatap, mata mereka penuh makna dan keintiman seperti mereka sudah saling mengenal lama.
Meskipun awalnya terkejut, Sarah segera larut dalam momen yang penuh gairah bersama-sama, merayakan penyatuan yang terjadi tanpa cinta di awal.
Perkenalan yang singkat, pelarian yang mengerikan dan penuh kejadian mematikan.
Tanpa mengalami kesulitan apa pun, Luca berhasil melucuti semua pakaian Sarah. Wanita itu menutup kedua matanya dengan malu dan merasakan kelembutan serta sentuhan yang disajikan oleh Luca.
Sampai akhirnya, Sarah menjerit kesakitan saat bagian intinya robek, tetapi wanita itu sadar bahwa ia harus menyerahkannya kepada Luca. Sarah menggenggam punggung Luca dengan kukunya yang tajam, menusuk dalam sehingga punggung pria itu pun terluka.
Luca mengerang pada saat benih dari dalam dirinya keluar dengan sempurna. "Luca!" pekik Sarah saat Luca berhasil menerobos dinding berharga miliknya.
"Aku akan bertanggung jawab, Sarah. Aku akan menikahmu," janji terucap dari bibir Luca lalu pria itu kembali mencium Sarah dengan penuh rasa cinta.
Cinta satu malam terjadi tanpa mereka rencanakan. Kedua insan itu terkapar lelah setelah berhasil mengarungi lautan ke delapan belas.
Tubuh Luca yang kelelahan merasa sangat puas karena rasa sakit dan menyiksa dalam dirinya sudah tuntas. Tidak banyak yang bisa Luca berikan karena dia sendiri masih kesusahan menggerakkan kedua kakinya.
"Terima kasih, Sarah," bisik Luca sambil merangkul tubuh Sarah yang polos ke dalam pelukannya.
Sebuah ciuman diberikan sebagai tambahan ke kening Sarah. Luca ingin menunjukkan betapa ia menyayangi gadis yang baru saja mengorbankan segalanya bagi dia.
"Kita akan menikah!" ulang Luca sebelum akhirnya terdengar dengkuran halus dari pria itu, menandakan bahwa dia sudah terlelap.
Air mata mengalir dari kedua netra milik Sarah. Dia menggigit jari dan bibirnya sendiri. Menyesali perjalanannya yang aneh hari ini dan semua begitu mendadak.
"Mafia, bagaimana aku bisa terlibat dengan masalah mafia lalu mengorbankan satu-satunya harta berharga milikku?" Air mata kembali membasahi kasur yang tidak termasuk bersih tersebut.
Saat ini, Sarah ingin sekali segera keluar dan melarikan diri sendiri, tetapi hati nuraninya masih berteriak dan menangis.
Dia merasa maju juga salah, mundur juga salah. Siapa yang bisa menjamin bahwa Luca akan baik-baik saja setelah ia tinggalkan? Siapa yang bisa menjaminnya bahwa mafia lain tidak sedang menunggunya di atas sana?
Sarah mengepalkan tangan dan menahan tangisan. Merasa hancur dan gelisah akan masa depannya.
Sementara terdengar suara dengkuran di belakangnya.
"Bagaimana dia bisa tidur dengan nyenyak dalam suasana kacau seperti ini?" Sarah merutuki Luca yang sudah melecehkannya. Walau alasannya adalah karena obat perangsang, tetapi Sarah adalah orang yang sudah berkorban banyak dengan menolongnya.
Wanita itu sama sekali tidak mampu mengercapkan matanya, akhirnya dia memutuskan mencari bantuan sekali lagi melalui ponselnya.
"Signal! Mana signal! Mengapa hutan ini tidak ada signal?" Selesai berpakaian kembali, Sarah keluar dari gubuk tua tersebut. Dia mengarahkan ponselnya ke berbagai tempat, berharap mendapatkan sinyal sehingga bisa menghubungi abangnya.
"Nah, masuk! Halo, Kakak!" seru Sarah dengan suara besar.
Tiiitttt....
"Halo! Halo!"
Baru saja Sarah memutar tubuhnya untuk berbalik, sudah ada sekelompok pria di sekelilingnya. Pria itu semua berpakaian ala tentara militer dan mereka semua memegang senjata api di tangannya.
Sarah segera menaikkan kedua tangannya ke atas.
"Luca ada di dalam! Aku tidak terlibat!" seru Sarah setelah menelan salivanya dengan cepat.
Suasana di gubuk tua itu berubah mendadak. Kelembutan malam yang tadinya mengalir di dalamnya sekarang digantikan oleh ketegangan yang tak tertahankan. Mata Sarah terbelalak kaget saat melihat sekumpulan pria bersenjata dengan seragam militer mengelilingi, sebagian masuk ke dalam gubuk itu. Wajah-wajah mereka keras, penuh dengan ketegasan dan tekad yang tak kenal ampun. Dia tahu bahwa situasi ini berbahaya, dan dia merasa jantungnya berdetak kencang di dadanya. Sarah masih mengangkat kedua tangannya ke udara, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak membawa ancaman. "Tolong lepaskan kami, Luca sedang terluca di dalam," ujarnya dengan suara gemetar, berharap bahwa kata-katanya akan meredakan ketegangan di antara para pria itu. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh besar dengan tatapan tajam, berbicara dengan suara rendah yang menggema di dalam gubuk. "Dia sepertinya lumpuh." Sarah menelan ludah, mencoba untuk tetap tenang. "Ya, dia memang tidak dapat berjalan saat ini. Apakah k
Sarah membuka mata dengan perlahan, merasakan kelemasan di seluruh tubuhnya. Dia terbaring di atas ranjang yang empuk, di dalam sebuah ruangan yang terang benderang.Sinar matahari menyelinap masuk dari balik jendela, menciptakan bayangan-bayangan yang lembut di dinding putih rumah sakit. Dia merasakan kakinya kaku karena digips yang diikat ke tiang medis, dan melirik ke bawah, dia menyadari bahwa dia terhubung dengan berbagai alat medis."Di ... di mana aku?"Ketidaknyamanan di kepalanya mengingatkannya akan sesuatu yang buruk. Dalam kebingungan, dia mencoba mengingat, tapi pikirannya kosong, seperti sehelai kertas kosong yang menantinya di masa depan.Dia mencoba meraba-raba ingatannya, mencari potongan-potongan informasi yang hilang, tetapi semuanya hampa.Rasa sakit menusuk tubuhnya setiap kali ia mencoba bergerak. Kaki dan tangan yang patah telah dipasangi gips, membatasi gerakannya menjadi hampir nol.Di sekitarnya, bunyi bising rumah sakit membuatnya kesal. Suara alarm mesin me
Saat perawat memeriksa catatan medisnya, dia memandang Sarah dengan penuh kehangatan. "Anda tahu, anak yang kuat akan lahir dari rahimmu. Saya yakin Anda akan menjadi ibu yang luar biasa."Sarah tersenyum mendengar kata-kata penyemangat dari perawat itu. Meskipun dia belum sepenuhnya memahami situasi ini, harapan dan keberanian dari orang-orang di sekitarnya memberinya kekuatan. Namun, penasaran dengan cerita di balik luka-luka di wajahnya, dia bertanya, "Perawat, bisakah Anda memberitahu saya apa yang terjadi? Saya tidak ingat banyak hal."Perawat itu duduk di sampingnya dengan penuh kelembutan. "Tentu, Sarah. Anda ditemukan di luar rumah sakit oleh seorang pria dengan bekas luka-luka di wajahnya. Dia membawa Anda ke sini, memberi tahu kami bahwa Anda dalam keadaan darurat. Setelah itu, dia pergi begitu saja."Sarah menatap jendela, mencoba merangkai potongan-potongan memori yang masih tersisa. "Apakah dia mengatakan siapa dia? Apakah dia mungkin ayah dari anak
Luca terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang aneh. Dia merasa bahwa sesuatu telah berubah dalam hutan tempat dia dan Sarah bersembunyi. Dia merasa keheningan yang tidak biasa dan menyadari bahwa tempat tidurnya kosong. Matanya terbuka lebar, dan hatinya berdegup kencang. "SARAH!" Luca berteriak dengan keras, mencari wanita itu dengan panik. Dia mencari ke seluruh penjuru hutan yang sunyi, tetapi tidak ada tanda-tanda Sarah. Hati Luca terasa berat, dan dia merasa terjebak dalam perasaan kehilangan yang mendalam. "Kenapa dia pergi?" Luca berbicara pada dirinya sendiri, rasa marah mulai menyelimuti pikirannya. Dia merasa seperti ada sesuatu yang harus dia pahami. Apa yang telah terjadi? Mengapa Sarah meninggalkannya? Luca merenung dengan cemas, mencoba untuk merangkai potongan-potongan peristiwa. Dia menyadari bahwa Kakeknya sudah menyelamatkan hidupnya. Namun, bagaimana dengan Sarah? Perasaan penyesalan mulai merayap ke dalam dirinya. Dia merasa bersalah karena merasa bahwa dia
Keesokan harinya, beberapa dokter ternama dikirim oleh Kakek untuk memberikan perawatan terbaik bagi Luca.Dokter memeriksa lukanya dengan cermat dan memberikan perawatan yang diperlukan. Luca merasa lega bahwa dia akan pulih dalam waktu singkat. Dia diberi obat-obatan untuk membantunya pulih sepenuhnya. Sementara itu, tim medis melakukan segala yang mereka bisa untuk memastikan kondisinya tetap stabil."Kamu harus mengikuti latihan fisik, kami akan memberikan pengobatan terbaik dengan ilmu yang kami miliki," ucap seorang dokter yang ramah. Dia adalah dokter muda wanita yang menjadi kepala dari tim media.Luca mengangguk dengan puas walau wajahnya masih tetap ketus. Dia tidaki ingin menerima vonis dokter sebelumnya yang menyatakan bahwa dia akan lumpuh permanen."Aku harus sembuh. Aku ingin mencari petunjuk sendiri," gumam Luca dalam hati.Luca duduk di ruang tamu mansion, merenung dengan cermat. Dia tahu bahwa dia harus merencanakan balasannya ter
Tom tersenyum dengan sinis. "Oh, jangan berpura-pura, Luca. Kamu menyembunyikannya di hutan, dan sekarang dia ada di sini. Kami memberimu peluang untuk mendapatkannya kembali, tetapi dengan satu syarat."Luca mendekati Tom dengan menekan tombol otomatis pada kursi rodanya. "Syarat apa, Tom?"Tom tersenyum lebih lebar lagi. "Adik kecilmu harus menjadi istri ketua kami. Kami akan mengadakan pernikahan, dan dia akan menjadi bagian dari keluarga kami. Itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan keluarga mafia kami dari nasib yang buruk.""Adikku? Dia masih belum dewasa dan ketua kalian sudah memiliki banyak istri!" pekik Luca dengan marah."Ha ha ha." Tom tertawa lalu melanjutkan kalimatnya."Apakah kamu tidak penasaran dengan siapa yang memburumu di malam yang naas itu? Jawaban ada pada Ketua kami. Jadikan kami keluargamu, maka kami akan semakin kuat!""Tidak terkalahkan! Ingat itu Luca. Selamat tinggal!"Seusai berkata-kata, Tom berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Luca yang men
"Aku juga ingin mengatakan demikian, Kakek. Namun, aku masih berpikir cara yang lebih tepat untuk membalas hinaan ini."Kakek Castello melangkah dengan amarah yang tertahan, mendekati dinding samping ruangan dengan menggenggam erat tongkatnya sambil memandang bingkai-bingkai para pewaris keluarga mafia yang menghiasi dinding ruangan mewah kantor itu. Wajahnya tampak serius, seolah-olah memikirkan strategi untuk melindungi warisan keluarga mereka.Dalam keheningan ruangan yang dipenuhi aura kekuasaan dan sejarah kelam, kakek itu berkata, "Luc, keluarga ini adalah hasil dari banyaknya pengorbanan dan pertumpahan darah. Kamu adalah pewaris tunggal keluarga mafia ini.""Tugas utamamu adalah menjaga nama baik dan kekuasaan keluarga ini. Sebagai pewaris masa depan keluarga kita, dan tugas suci kini ada di pundakmu."Kakek mendengkus pelan lalu melanjutkan kalimatnya, "Kakek mungkin berada di barisan terakhir foto yang terpajang di sini nanti.""Kakek ...
Sarah naik ke bak belakang truk itu dengan bantuan pak tua yang menjadi supir dan duduk di atas jerami yang ada di bagian belakang. "Maaf bila Anda tidak nyaman, tetapi aku percaya akan sangat sulit mendapatkan tumpangan di jalan ini," ucap Pak Tua itu berbaik hati sambil mengunci pintu bak belakang."Tidak apa-apa, Saya sungguh berterima kasih atas tumpangannya, Pak. Kambing-kambing ini akan baik," ucap Sarah dengan senyum getir.Pak tua membalas senyuman Sarah lalu melangkah kembali ke depan mobil. "Kalau begitu, mari kita berangkat ke kota," ucapnya sambil lalu.Mobil dijalankan perlahan. Sarah membuang napas dengan berat, melihat sekeliling dan menyadari bahwa dia dikelilingi oleh sejumlah besar kambing yang berbaris rapi di dalam truk itu. Mereka berada dalam kandang-kandang yang terbuat dari bambu, dan bau khas kambing langsung mencium hidung Sarah.Dia memandang salah satu kambing yang duduk di dekatnya dan tersenyum lembut. "Halo, teman-teman," ka