Kamea mengerjapkan mata. Rasanya berat sekali untuk beranjak bangun. Matanya masih ingin memejam, tapi dering alarm di ponselnya sudah berbunyi. Gadis itu menggeliat merenggangkan otot-ototnya yang kaku masih dalam keadaan setengah sadar.
Ketika kesadarannya sudah terkumpul sepenuhnya, ia kaget saat melihat Alif sedang tidur di sampingnya. Tangan lelaki itu melingkar di perut Kamea.
"Mas Alif. Kapan dia pulang?" gumamnya.
Belia itu kembali menguap sehingga kedua matanya berair. Ia benar-benar masih merasa mengantuk karena hanya tidur beberapa jam saja tadi malam. Lekat mata bundar itu tertuju pada wajah yang masih terlelap dalam mimpinya.
"Sadar Kamea, jangan terus lihatin Mas Alif seperti ini lagi. Dia bukan milik kamu," gumamnya pelan. Ia menepuk-nepuk wajah polosnya. Kemudian segera beranjak bangun dan pergi ke kamar mandi.
Alif masih terlelap ketika Kamea ke luar dari kamar m
Alif melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia akan menjemput Kamea di kampusnya walau gadis itu tidak meminta. Dering ponselnya berbunyi, lelaki beralis tebal itu melirik ponselnya dan membaca nama yang yang tertera di sana.Ya, sedari tadi Felysia terus mencoba menghubunginya. Tetapi Alif mengabaikan panggilan di ponselnya itu karena tidak ingin membahas apapun dulu dengan Felysia. Ia seperti sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh wanita itu kepadanya.Sebagai ganti karena Alif tidak mau menerima panggilan dari Felysia. Ia mengirim Doni untuk menjaga dan mengawasi wanita itu karena takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Alif tidak ingin kondisi kesehatan Felysia memburuk karena bersangkutan dengan dirinya."Maaf Fely. Aku memang laki-laki brengsek yang telah menyia-nyiakan wanita sepertimu," gumam Alif.Lelaki berambut hitam kecokelatan itu memarkirkan mobilnya di tepi jalan tepat bersam
Kamea membulatkan matanya. Merasa tak percaya mendengar tuduhan yang dilayangkan Alif kepadanya. Mengapa ia yang jadi disalahkan sedangkan selama ini Alif sendiri yang ingin status pernikahannya di rahasiakan. Dan lagi, selingkuh?Lelaki beralis tebal iitu menuduhnya berselingkuh sementara dirinya sendiri secara terang-terangan mengaku telah mencintai wanita lain. Kamea tersenyum kecut. Pintar sekali suaminya itu memutar balikan keadaan sehingga yang terlihat seperti dirinyalah yang bersalah."Cabut kembali ucapan Mas baru saja. Aku bukan wanita seperti yang Mas tuduhkan! Dan lagi, aku sama sekali tidak berselingkuh!" geram Kamea berapi-api.Setelah mengatakan semua itu, Kamea pun pergi begitu saja dari hadapan Alif dan juga Abimanyu. Air matanya meleleh membasahi wajah putihnya. Ia benar-benar kecewa kepada Alif karena telah menilainya seperti itu.Abimanyu terpaku melihat perdebatan Kamea dan
"Kamu sudah bangun, sayang?"Kalimat pertama yang kamea dengar itu terucap dari mertuanya. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Kamea membawa nampan berisi mangkuk dan gelas. Ia mendudukkan tubuhnya di tepi samping tempat tidur Kamea."Kok Mama ada di sini?" tanya Kamea bingung. Ia beranjak bangun dibantu oleh Mama Anita. Kepalanya masih sedikit pusing dan sakit."Tadi Alif menghubungi Mama minta tolong jagain kamu. Katanya kamu lagi sakit, sementara Alif ada meeting mendadak sama kliennya," jelas Mama Anita.Kamea terdiam tak menyahuti. Gadis itu hanya memperlihatkan senyum yang terkesan dipaksakan."Kita periksakan kondisi kamu ke dokter, ya. Mama khawatir kamu kenapa-napa," sambung Mama Anita sembari menyendokkan sendok pada bubur yang baru saja dibawanya.Belia itu menggeleng lemah. "Gak usah, Mah. Kamea gak apa-apa kok. Ini cuma pusing sedikit, minum
Alif mengusap wajah Kamea lembut, menatap mata gadis itu dalam-dalam. Memerhatikan setiap inci setiap bagian wajahnya hingga tatapannya terhenti pada bibir tipis yang sedikit memucat. Lembut tangannya mengusap bibir itu, kemudian ia mengecupnya singkat."Apa Mas sedang bertengkar sama Mbak Fely?" tanya Kamea setelah cukup lama gadis itu hanya diam saja.Alif tidak lengsung menjawabnya. Ia hendak mencium bibir gadis itu lagi, tetapi Kamea segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Kedua alis tebal itu mengernyit dalam ketika mendapat penolakan.Lelaki berkulit putih itu menyentuh dagu Kamea, membalikan wajahnya agar melihat ke arahnya. Ia memperlihatkan senyum tipis kepada belia itu. "Mas gak bertengkar. Hubungan Mas sama dia baik-baik saja," sahutnya beberapa detik kemudian.Bibir tipis itu memberenggut, kedua alisnya saling bertautan memperlihatkan kerutan kecil pada dahinya. Gadis itu kesal kepada A
"Aku masuk dulu, Mas hati-hati di jalan," pamit Kamea. Gadis itu menempelkan bibirnya pada punggung tangan Alif sebelum ia akan pergi."Tunggu, sepertinya kamu melupakan sesuatu," cegah Alif.Gadis itu mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil. Ia berbalik menatap Alif sambil mengernyitkan kedua alisnya. "Apa yang kulupakan?" tanyanya bingung.Alif tersenyum, kemudian satu tangannya menunjuk ke arah pipi kirinya. "Bukannya kamu selalu mencium Mas dulu sebelum pergi. Kenapa sekarang tidak melakukannya?"Seketika wajah belia itu bersemu merah. Bibir tipisnya mencebik kesal kepada suaminya itu. "Ish, bukannya Mas gak mau, ya? Makanya aku gak pernah ngelakuin itu lagi," sahut Kamea ketus."Siapa bilang? Mas gak pernah bilang gak mau selama ini," ucap Alif sambil mengulum senyumnya.Kedua bola mata belia itu memutar, jengah. Bibir tipisnya semakin mencebik kesal
Seorang laki-laki berparas tampan sedang duduk sendiri di taman kampus. Di tangannya memegang minuman kemasan kaleng. Ia meneguk minuman itu hingga habis kemudian meremas kemasan kalengnya hingga penyet.Ia melempar kaleng penyet itu ke tempat sampah yang berada tak jauh dari tempat duduknya. Abimanyu menunduk kemudian menghela napas kasar. Suasana hatinya sedang buruk hari ini.Gadis yang berhasil menyelinap masuk ke dalam hatinya sejak pertama kali bertemu, ternyata sudah menikah dengan laki-laki lain. Ia merasa menjadi sangat buruk sekarang. Baru pertama merasa jatuh cinta bersamaan dengan merasakan sakitnya patah hati."Hei, sendirian aja, nih?"Kehadiran Olivia menyadarkannya dari lamunan. Abimanyu menoleh ke arah gadis itu yang sekarang sudah duduk tepat di sebelahnya."Ngapain ngelamun sendirian di sini? Gak takut kesambet sama penghuni pohon mangga apa?" canda Olivia."Hh, k
"Mbak Fely," gumam Kamea lirih.Wanita itu langsung menyunggingkan sebuah senyum untuk menyapa tuan rumah yang baru saja membukakan pintu untuknya. Kamea mermbuka lebar-lebar pintu rumahnya, membiarkan Felysia masuk."Mas Alif belum pulang dari kantor. Mbak mau cari Mas Alif, kan?" tanya Kamea. Ia merasa gugup dan canggung terhadap Felysia.Ya, saat ini Alif masih berada di kantor. Sejak mengantar Kamea pulang ke rumah dengan selamat, lelaki beralis tebal itu pamit kembali ke kantor karena banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan."Saya sengaja mampir, bukan untuk bertemu Reval, tapi karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan sama kamu."Kamea bergeming, menatap Felysia sambil menggigit bibir bawahnya pelan. Ia merasakan ruangan di rumahnya itu menjadi sangat panas dan mencekam. Gadis itu mencoba menebak-nebak pembicaraan yang akan Felysia bahas bersamanya."Ka
Alif baru saja tiba di rumahnya. Ia begitu tidak sabar ingin segera menemui istri kecilnya yang selalu terngingah wajahnya di pelupuk mata akhir-akhir ini. Ia melenggangkan langkah lebar menuju ke kamarnya.Namun begitu ia masuk ke kamarnya, ia harus menelan kekecewaan karena gadis yang dicarinya tidak ada di dalam kamar, menunggu seperti biasanya. Alif sudah mencarinya ke ke kamar mandi dan balkon kamar tapi tidak dapat menemukan keberadaan Kamea.Lelaki beralis tebal itu akhirnya ke luar dari kamar untuk mencari Kamea di ruangan lain. Tetapi tetap saja ia tidak menemukan gadisnya di mana-mana."Bi ... Bi Siti," panggilnya kepada asisten rumah tangga yang bertugas menjaga dan membereskan rumah miliknya."Ya, Den. Ada apa manggil Bibi?" tanya wanita paruh baya itu yang baru saja ke luar dari kamarnya dan langsung menghampiri Alif yang sudah menunggunya."Istri saya di mana, Bi? K