Tidak salah lagi. Pria itu benar-benar kakak tirinya.
Mata abu-abunya sangat Serena kenal. Mata yang indah itu dihiasi bekas luka yang terbentang cukup lebar di bagian bawah sudut matanya.Dan rambut coklat gelapnya yang beruntai panjang hingga sanggup menyapu tengkuknya. Sama sekali tidak berubah. Hanya saja sekarang terkesan lebih liar dan ganas.Tatapan Lucas yang tajam tetap tertuju pada Serena, meski ia sekarang tengah menghabisi si pria tua.Lima pukulan sudah ia daratkan ke wajah si pria tua sampai lawannya itu tak sadarkan diri."Senang bisa bertemu denganmu lagi, Adik Kecil," ucap Lucas dengan sebuah seringaian yang tercipta di bibir tipisnya. Ia melepaskan cekalannya pada leher si pria tua.Bunyi berdebam cukup keras timbul saat tubuh si pria tua menubruk lantai, menggema memenuhi seluruh penjuru ruangan.Seketika kengerian kembali menjalar di sekujur tubuh Serena. Ketika melihat si pria tua dibuat tak berdaya oleh Lucas.Lucas terlihat menyeramkan. Ia bagaikan binatang buas yang belum puas meski sudah menerkam mangsanya. Dan ia kini sedang mengincar Serena.Serena secara spontan bergerak mundur saat Lucas mendekat. Ia meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan berteriak panik, "Jangan mendekat!"Ia masih dibayangi ketakutan. Apa yang baru saja menimpanya, meninggalkan trauma mendalam pada diri Serena. Lucas menempatkan sebelah tangannya di bahu telanjang Serena, meremasnya pelan. Tatapannya meredup. "Hush … ini aku, Serena. Lucas, kakak tirimu. Kau tak perlu takut."Suara yang berat dan serak Lucas membelai telinga Serena dengan lembut.Mendengar suara Lucas, Serena perlahan menjadi lebih tenang. Ketakutannya mulai sirna.Serena mengangkat wajah, menatap sosok kakak yang ia rindukan. Ia akhirnya berjumpa Lucas lagi setelah sekian lama.Kakaknya itu baik-baik saja, dan terlihat lebih baik daripada pertemuan terakhir mereka. Itu sedikit melegakan Serena. Di tengah ketakutannya, ia masih sempat mengkhawatirkan Lucas.Bibir kering Serena terbuka. "Kak Lucas ….""Iya, ini aku, Serena," balas Lucas memberikan pelukannya pada Serena. Ia merasakan tubuh Serena masih bergetar oleh rasa takut.Serena tak berucap lagi. Tangisannya pecah dalam pelukan Lucas. Lewat isakannya ia menumpahkan semua perasaan negatif yang menyesaki dadanya. Rasa takut, putus asa, dan kepedihan."Sudah, jangan menangis. Aku di sini untukmu, Serena. Kau tak perlu takut." Lucas menepuk pelan punggung Serena, menenangkannya. Tapi, sorot matanya berubah dingin. Tak ada kehangatan pun di sana.Ia ingin segera mengakhiri drama memuakkan ini.Lucas merasa jijik memeluk Serena. Mengingat apa yang sudah gadis ini lakukan bersama ibunya di masa lalu. Dia sama saja jalang seperti ibunya.Melihat Serena telanjang dengan seorang pria tua, menguatkan dugaan Lucas. Kalau Serena sama jalangnya seperti pelakor yang sudah merusak keluarganya. Serena pasti menjual tubuhnya kepada banyak pria hidung belang. Sungguh menjijikkan.Lucas melepaskan pelukannya. "Cepat kau pakai kembali pakaianmu, Serena, sebelum bajingan itu bangun. Aku akan membawamu pergi dari sini. Bersamaku kau akan aman.""Iya, Kak." Serena mengusap air matanya dengan punggung tangan. Ia kemudian memunguti pakaiannya yang bertebaran di lantai dan segera memakainya ketika Lucas sudah berbalik memunggunginya.Setelahnya, Serena diajak pergi Lucas menuju mansionnya. Serena terpukau begitu sampai di mansion Lucas yang berukuran besar dan megah bak istana. Bahkan, rumah mewah ayah tirinya dulu tak sebanding dengan mansion ini.Lima belas tahun berlalu, Lucas berkembang sangat pesat. Ia jadi pria yang tak bisa diremehkan sekarang. Sementara, Serena? Serena tampak memalukan saat pertemuanya dengan Lucas. Keadaannya begitu mengenaskan. Telanjang dan dijadikan objek nafsu pria tua karena terlilit hutang ibunya."Serena," panggil Lucas membuyarkan lamunan Serena.Serena mengerjap cepat dan tergagap. "I—iya, Kak?"Lucas mendesah pelan. "Aku bilang, kau akan tinggal di sini. Rumahmu sudah tidak aman, Serena. Pengawalku akan memindahkan barang-barang berhargamu besok," ungkapnya seraya melangkah mendahului Serena menuju sebuah kamar yang akan jadi tempat Serena beristirahat selama tinggal di mansionnya.Serena menyusul Lucas saat menyadari ia sudah tertinggal jauh. Mansion terlihat lebih megah dan luar biasa mewah saat ia sudah memasukinya.Langkah Lucas berhenti di sebuah pintu berukuran besar. Tangan kekarnya mendorong pintu itu sampai terbuka lebar."Ini kamarmu, Serena.""Bukankah ini terlalu bagus dan mewah untukku, Kak?" Serena membuka mulutnya lebar, takjub. Kamarnya berukuran sangat luas. Serena bahkan yakin, kamarnya ini bisa dipakai untuk lapangan basket karena terlampau luas.Serena melangkah pelan memasuki kamarnya. Ruangan itu sepertinya sudah dipersiapkan untuknya jauh-jauh hari. Terlihat banyak ornamen dan cat kamarnya berwarna pink, warna kesukaan Serena. Tapi, sejak kapan Lucas menyiapkan ini semua? Serena bertanya-tanya dalam hatinya.Begitu Serena mendudukkan dirinya di tepi kasur yang empuk. Suara terkuncinya pintu menyentaknya.Ia lalu melihat Lucas memandanginya dari depan pintu yang sudah tertutup dengan pandangan tak terbaca."Serena, kau bodoh dan naif. Kau berpikir aku menolongmu dengan tulus, huh?" Serena bergeleng tak paham dengan ucapan yang baru saja terlontar dari bibir Lucas yang kini dipenuhi seringaian licik. "Maksud, Kak Lucas?"Lucas mencengkeram dagu Serena kencang saat ia berhambur mendekati gadis itu. "Kau jalang sialan. Kau sungguh menjijikkan seperti ibumu," desisnya tajam.Cengkeraman Lucas turun ke leher Serena, mencekiknya dengan keras.Serena berusaha berontak. Tapi, tenaganya tak sebanding dengan tenaga Lucas yang begitu kuat. Napasnya tercekat, dan dadanya menjadi sesak karena kekurangan oksigen. Perlahan pandangannya menggelap. Tapi, sebelum ia menutup kedua matanya. Ia menangkap pergerakan Lucas yang melucuti pakaiannya dengan ganas."Kak Lucas, jangan lakukan …." Hanya itu yang bisa keluar dari bibir Serena sebelum ia kehilangan kesadarannya.-To Be Continued-Lucas mengerutkan kening melihat Serena sibuk membersihkan sofa, padahal sekarang sudah malam. Dan, seharusnya gadis itu beristirahat.Ide nakal melintas di kepala Lucas. Ia menghampiri Serena dengan langkah sepelan mungkin agar adik tirinya itu tak menyadarinya.Serena melonjak kaget saat tangan Lucas tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Ia refleks memutar tubuhnya dan membelalakkan mata. "Tuan, Anda sudah pulang?"Lucas menaikkan sebelah alisnya. "Menurutmu?"Serena membuang muka menahan malu. Jaraknya dengan Lucas sangat dekat, sampai ia bisa melihat sekilas bayangan dirinya di mata abu-abu pria itu."Tuan!" Serena memekik saat tangan Lucas menyusup ke dalam roknya, meraba bagian intimnya yang masih dilapisi celana dalam."Kenapa? Kau mau marah?" tanya Lucas di dekat telinga Serena. Napasnya yang berhembus pelan menggelitik leher jenjang Serena yang tampak polos karena rambut panjangnya digulung ke atas. "Tapi, tubuhmu menyukainya, Serena. Kau sudah basah di bawah sini."Se
Lucas tak bisa menahan hasrat saat ia melihat layar ponselnya yang menampakkan Serena sedang mandi. Sebelum berangkat kerja tadi, ia diam-diam menyuruh pelayan menaruh kamera CCTV di setiap pojok atas kamar Serena. Termasuk kamar mandinya.Gadis itu sedang membalurkan sabun ke seluruh tubuhnya. Tangannya berhenti di bagian kewanitaannya untuk menggosok bagian sana."Huh ... Serena." Lucas mengeluarkan kemaluannya, mengurut pelan seiring Serena menggesek kewanitaannya di sana. "Ahh ...."Lucas mengerang saat cairannya menyembur keluar. Ia terengah-engah dengan menatap sayu Serena yang beralih membilas tubuhnya.Sialan. Hanya dengan melihat Serena mandi saja, Lucas mencapai klimaksnya dengan mudah. Ia menyeringai tipis melihat telapak tangannya yang dipenuhi cairannya.Lucas kemudian mengambil tisu, membersihkan kejantannya dan meja kerjanya yang telah ia kotori. Ia menghela napas puas saat Slade baru datang menghadapnya.Ia sengaja menyuruh pengawal setianya itu pergi untuk membelikann
Malam yang mulai larut tak juga menghentikan aktivitas pria dan wanita yang tengah dilanda gairah membara. Aroma percintaan kental memenuhi kamar dengan pencahayaan minim.Helen yang telanjang duduk di kursi merah beludru dengan kedua kakinya mengangkang lebar. Bagian kewanitaannya telah basah oleh cairan lengketnya sendiri."Come on, Grady! Tunjukkan betapa perkasanya kau!" tandas Helen mencambuk Grady yang berlutut di depannya dengan tubuh telanjang juga. Tangannya tertali di belakang badan. Dan matanya tertutup kain hitam."Ahh ...." Grady mendesah saat cambuk itu mengenai pahanya. Kejantanannya mulai bangkit. Helen tertawa puas melihat pemandangan yang ada di depannya.Dengan kaki, Helen menyentuh kejantanan Grady. "Apa katamu tadi? Lucas punya gadis simpanan di mansionnya?"Sambil menahan hasrat yang minta dipuaskan, Grady mengangguk. "Dia salah satu pelayan di mansion Tuan Muda Lucas. Siapapun akan paham kalau gadis itu spesial. Tuan Muda Lucas bahkan sampai menyuruhku untuk me
Serena keluar dari kamar Lucas bertepatan dengan kedatangan Slade. Mereka berpapasan saat hendak melewati lorong mansion."Siang, Slade." Serena menyapa dengan menunduk singkat. Tanpa menunggu balasan Slade, ia melanjutkan langkah ke kamarnya sendiri.Sementara Slade terpaku menatap punggung Serena yang perlahan menjauh dari pandangannya.Serena perempuan yang cantik dan sederhana. Selain itu, tubuhnya sangat indah. Sekuat apapun Slade menghilangkan perasaannya pada gadis itu, ia tetap saja gagal.Sepertinya Slade semakin jatuh cinta pada Serena. Tapi, ia harus memendam perasaan itu dalam-dalam. Karena sampai kapanpun ia tak akan bisa memiliki Serena. ***Setelah Lucas diperiksa dan lukanya sudah diobati oleh Grady, Serena berinisiatif membuatkan bubur untuk Lucas, dan mengantarkannya ke kamar kakak tirinya itu.Serena mengangkat sebelah tangan untuk mengetuk pintu kamar Lucas. Di tangan satunya ia membawa nampan berisi semangkuk bubur daging yang masih mengepulkan asap dan segelas a
Pagi ini Lucas dengan sengaja memundurkan semua jadwal pertemuannya dengan pemegang saham. Karena hari ini adalah hari peringatan kematian ibunya, dan ia ingin menghabiskan waktunya di makam wanita itu.Felicity Brown. Wanita yang kuat dan penuh kasih sayang itu meninggal setelah menabrakkan mobilnya sendiri ke pohon.Kematiannya delapan belas tahun yang lalu telah memberikan luka mendalam pada diri Lucas. Apalagi sebelum peristiwa tragis itu terjadi, ayahnya tanpa merasa bersalah sedikit pun membawa wanita lain dan bermesraan secara terang-terangan di depannya dan ibunya."Mom ...." Lucas berlutut di samping makam ibunya. Tak ia pedulikan celananya yang kotor oleh tanah yang lembab.Disentuhnya batu nisan yang tertutupi lumut itu pelan. Ia meringis pedih. Tanpa ia sadari—karena terlalu sibuk bekerja—sudah lama ia tak mengunjungi ibunya. Wanita itu pasti merindukan Lucas, sampai memberikan tanda dengan sesekali mampir dalam mimpinya."Lucas rindu Mommy." Lucas menunduk. Beberapa tetes
Setelah membalikkan meja, Lucas menyuruh semuanya keluar termasuk Slade."Keluar!" teriak Lucas membanting benda-benda yang bisa ia jangkau dengan membabi buta. Persetan dengan semua ini. Lucas ingin melampiaskan emosinya sampai puas.Wanita sewaan lari terbirit-birit, begitu juga tiga pria itu. Mereka sangat ketakutan. Apalagi mereka pernah mendengar rumor Lucas yang tak segan-segan membunuh siapa saja yang berani menyulut emosinya.Slade turut meninggalkan ruangan dalam diam. Tak ingin memperparah kemarahan Lucas."Huh ...." Lucas menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan napas masih memburu. Ia tak peduli lagi dengan kekacauan yang ia buat. Lagi pula tidak ada yang berani menyinggung seorang Lucas. Pemilik club mewah ini pun tidak.Pandangannya kemudian terpaku pada Serena yang kepalanya tertunduk, dengan tubuh hanya dilapisi pakaian dalam. Gadis itu tak menyadari tatapan buas Lucas yang bersorot hendak menelannya bulat-bulat. Ia terlalu mabuk untuk sekadar membuka matanya.Lucas meramb
"Kita mau ke mana, Tuan?" tanya Serena sebelum ia masuk ke dalam mobil, mempertahankan kedua kakinya berada di atas aspal.Lucas yang sudah duduk di bangku belakang sedikit melongok keluar. "Ke club. Aku ingin kau menemaniku minum, Serena."Serena semakin ragu ikut. Ia hanya memakai kaos pink berlengan pendek dengan bawahan celana jeans. Sangat tak cocok untuk digunakan pergi ke club. Tapi, ia tak punya pakaian lainnya yang lebih pantas.Selain itu, Serena harus tetap waspada terhadap Lucas. Bisa saja pria itu membawanya ke club untuk dihabisi. Namun, menolak pun rasanya juga tak menguntungkan posisi Serena.Menurut cerita Nola tentang Lucas. Selama ia bekerja pada Lucas, tuannya itu tak suka ada yang menolak ajakannya. Jika orang itu berani menolak, sudah dipastikan orang tersebut berakhir dilempar ke kandang buaya.Serena merinding membayangkan dirinya dilempar ke kandang berisi banyak buaya yang kelaparan. Dagingnya akan dicabik-cabik sampai tak berbentuk. Jika nyawanya berakhir s
Helen membanting dengan keras ponselnya ke meja. "Menyebalkan," dengusnya geram karena panggilan darinya tak diterima Lucas.Teh chamomile di sisinya yang masih mengepulkan asap tak juga menggugah seleranya. Di dalam kepala Helen justru dipenuhi oleh Lucas."Tunggu aku, Lucas. Aku akan menaklukkanmu.""Sayang."Tatapan Helen tersita pada pria sewaannya yang keluar dari kamar dengan tubuh telanjang bulat. Bagian batangnya mengendur ke bawah karena lelah setelah berjam-jam menyodok Helen.Helen tersenyum. Ia melenggang kepada si pria, dan mengusap kemaluannya. Si pria mengulum bibirnya merasa nikmat dengan pijatan yang Helen berikan.Sedang, Helen membayangkan kejantanan Lucas. Mungkin saja milik Lucas tumbuh lebih besar dari ini. Batinnya bergairah.***"Tuan, apa Anda menyukai Nona Serena?" tanya Slade tiba-tiba, tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ia berdiri tegap menghadap Lucas yang duduk di meja.Di antara banyaknya orang yang takut dengan Lucas, Slade memang pengecualian. Pria
Mata Slade melebar melihat apa yang ada di depannya. Lucas dengan ganas menyetubuhi Serena. Dan gadis itu ... Oh God, Slade tak ingin mengakuinya. Serena tampak begitu menikmati setiap hujaman dari Lucas hingga suara erangan dan desahannya memenuhi kamar itu. "Ahh ... lebih cepat, Tuan. Aku mau keluar. Ahh ...." Slade mundur selangkah dengan tubuh menegang. Saking terkejutnya ia sampai tak bisa bernapas dengan benar. Setelah kakinya bisa bergerak lagi, Slade memilih menjauhi kamar Serena. Tak kuat berlama-lama di sana. Apa ini alasan tuannya menyuruh Slade langsung datang ke kamar Serena? Untuk menunjukkan adegan panas mereka? Rasanya Slade telah kalah sebelum bertarung. Tentu saja, ia tak akan bisa menang jika lawannya seorang Lucas. Slade meringis samar. "Anda terlalu posesif, Tuan," gumamnya meninggalkan mansion selepas menitipkan pesan pada Kepala Pelayan. Sementara itu, Lucas yang melihat pintu kamar Serena tertutup kembali menyunggingkan senyum tipis penuh kemenangan.