Home / Romansa / Gadis Terakhir / Niat Meminta Restu

Share

Niat Meminta Restu

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-05-21 18:37:31

Aarav : Oma, bilang sama Bella … nanti Aarav jemput jam sembilan.

Oma Aneu berdecak lidah membaca pesan dari cucunya.

Rumah mereka saling berhadapan hanya dibatasi jalanan komplek.

Apa tidak bisa cucu lucknutnya itu datang ke rumah untuk bicara secara langsung, bukannya malah mengirim pesan.

Oma Aneu : Chat sendiri orangnya.

Oma Aneu menyematkan nomor ponsel Sifabella dalam chat tersebut agar Aarav menyimpannya.

Aarav : Oma aja yang chat Bella, dia ‘kan jodoh pilihan Oma.

“Halaaah, memang mau ngerjain aja ini bocah.” Oma Aneu bergumam.

Malas berdebat lagi, beliau yang tengah menikmati teh sambil menonton televisi mau saja dijadikan perantara oleh sang cucu.

Oma Aneu pun mengirim pesan kepada Sifabella.

Bu Aneu : Bel, kata Aarav dia jemput kamu jam sembilan.

Sifabella : Baik, Oma.

Beberapa detik kemudian, balasan pesan dari Sifabella masuk ke ponsel oma Aneu.

Oma Aneu membuka ruang pesan dengan Aarav.

Oma Aneu : Kata Bella oke.

Aarav : Thanks Oma ku sayang.

Tidak lupa Aarav menambahka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gadis Terakhir   Ekstra Chapter 5

    Akhir pekan tiba dengan langit biru bersih tanpa awan. Udara di Rose Bay terasa segar, embusan angin dari lautan membawa aroma asin yang menenangkan. Di rumah mungil mereka yang terletak hanya dua blok dari pantai, suasana pagi lebih lambat dari biasanya.Sifabella berjalan santai ke dapur dengan daster bergambar semangka, rambutnya masih berantakan. Di meja, Aarav tengah menggulung pancake untuk Aghastya, yang sudah duduk manis di kursi tinggi sambil bernyanyi lagu dari kartun favoritnya.“Mami, hari ini kita ke pantai ‘kan? Aga mau cari kerang!” serunya sambil mengangkat dua tangan seperti orang teriak “yeay!”Aarav menoleh, “Kita bukan cuma mau cari kerang. Kita mau piknik! Mami udah siapkan sandwich dan buah-buahan, Papi yang nyetir, Aga yang nyanyi.”“Terus tugas Mami apa?” tanya Sifabella sambil menuang teh ke cangkir.Aarav mendekat, memeluk istrinya dari belakang. “Tugas Mami adalah kelihatan cantik dan bahagia. Bonus kalau nanti malam bisa… skidipapap.”Sifabella menyik

  • Gadis Terakhir   Ekstra Chapter 4

    Di pagi yang cerah di The Little Explorers Early Learning Centre, suasana kelas usia tiga tahun sedang sibuk-sibuknya.Meja bulat mungil dipenuhi crayon warna-warni, kertas gambar, dan remah-remah biskuit. Di sudut ruangan, dua anak kecil duduk berdampingan dengan wajah serius—seolah sedang membahas perjanjian internasional yang sangat penting.Mereka adalah Aghastya dan Amira.Aga memakai jumper dinosaurus favoritnya. Amira mengenakan dress bergambar unicorn. Di tangan mereka ada satu kertas gambar besar berisi lukisan aneh: seekor dinosaurus berwarna ungu yang memeluk pelangi dan makan donat.“Itu kamu ya, Aga?” tanya Amira menunjuk dinosaurus ungu.“Iya. Kamu yang pelangi,” jawab Aga mantap.“Kenapa aku pelangi?”“Soalnya kamu cantik, kayak langit kalau abis hujan,” sahut Aga, meniru ucapan papi ke mami malam sebelumnya.Amira terdiam sejenak, lalu tersipu—gaya anak tiga tahun tersipu adalah menunduk sambil menggigit lengan baju sendiri.“Tapi… kamu enggak boleh peluk pela

  • Gadis Terakhir   Ekstra Chapter 3

    Pagi itu aroma roti panggang, scrambled egg, dan kopi hitam memenuhi dapur padahal matahari belum sepenuhnya naik di atas Sydney Harbour.Sifabella dengan rambut dikuncir asal dan piyama berbentuk bintang-bintang, tengah menuang susu ke gelas kecil bergambar dinosaurus.Di meja makan, Aarav sudah duduk dengan koran digital di tablet dan secangkir kopi favoritnya, sementara Aghastya duduk di kursi tingginya sambil memukul-mukul sendok ke meja.“Mami, Aga mau dua telur! Tapi yang satu setengah! Yang satu lagi utuh tapi enggak boleh ada kuningnya!” katanya penuh semangat, lalu menepuk-nepuk meja seperti koki sedang demo masak di TV.Sifabella menoleh dengan alis naik satu. “Permisi, kamu pikir ini restoran hotel bintang lima, sayang?”Aghastya mengangkat bahu kecilnya. “Kan Mami chef terbaik se-Sydney,” jawabnya dengan senyum menawan.Aarav tertawa sambil melirik istrinya. “Pinter banget anak ini gombalin maminya.”“Ada turunan dari siapa ya kira-kira?” Sifabella memicing menatap

  • Gadis Terakhir   Ekstra Chapter 2

    Langit Sydney cerah dengan semburat merah muda ketika Aarav turun dari mobil hitamnya di depan gedung kaca menjulang di kawasan Barangaroo—pusat distrik finansial baru yang menggantikan dominasi Central Business District tua.Gedung kantor pusat Marthadijaya Group Australia berdiri megah menghadap Darling Harbour. Dindingnya memantulkan cahaya matahari pagi, menciptakan ilusi kolom-kolom cahaya yang bergerak.Seorang security lokal membuka pintu lobby dan menyapa ramah, “Morning, Mr. Marthadijaya.”Aarav membalas dengan anggukan kecil. Meski statusnya CEO, dia menjaga budaya kerja yang egaliter—budaya khas Australia. Tidak banyak formalitas, tapi tetap penuh profesionalisme.Begitu memasuki lift kaca yang bergerak pelan ke lantai 37, ia sempat melihat pantulan dirinya—kemeja putih bersih, coat abu-abu, dan wajah yang terlihat tiga tahun lebih tua sejak sang kakek, Beni Marthadijaya, wafat dan mewariskan perusahaan ini padanya.**Sesampainya di lantai eksekutif, Meira—asisten pr

  • Gadis Terakhir   Ekstra Chapter 1

    Pagi baru saja mengintip dari celah jendela saat aroma bawang tumis dan nasi hangat memenuhi dapur rumah keluarga kecil itu.Sifabella—dengan apron bergambar dinosaurus hijau milik Aga yang melingkar asal di tubuh rampingnya—tengah sibuk menyiapkan bekal. Tangannya gesit memasukkan telur dadar, irisan sosis, dan tumis sayur ke dalam dua kotak makan berbeda. Yang satu besar dan minimalis untuk Aarav, yang satu lagi lucu bergambar truk pemadam untuk Aghastya.“Agaaa! Jangan main mobil di bawah meja, nanti Mami injek!” teriaknya dari dapur.“Aga mau ikut kerja sama Papiii!” teriak balita kecil itu dari ruang tengah, masih mengenakan piyama motif astronot dan guling di ketiaknya.Sifabella melirik jam. Pukul 06.15.Aarav baru keluar dari kamar dengan kemeja biru dongker yang belum sepenuhnya terselip rapi, rambut basah, dan ekspresi kantuk yang masih menempel di wajah tampannya.“Aga… ayo cepetan mandi, sebentar lagi papi pergi ke kantor,” kata Aarav sambil mengambil tisu dan menge

  • Gadis Terakhir   Sifabella Adalah Gadis Terakhir

    Kaki mungil Aghastya yang baru saja bisa belajar berjalan melangkah kecil menyusuri jalan setapak yang kanan kirinya berjajar nisan di komplek pemakaman elit yang terletak di kota Karawang.Di belakangnya berjalan beriringan Aarav dan Sifabella sembari bergandengan tangan.Entah kenapa Aghastya tampak bahagia sekali, dia bahkan berlari menuju makam opa Beni padahal kedua orang tuanya belum menunjukkan di mana makam opa Beni.Gelak tawa Aghastya terdengar, dia lantas duduk di sisi makam opa Beni dan memindai sekitar sebelum akhirnya tatapan bocah tampan itu tertuju pada satu titik kemudian tersenyum lebar.Aarav dan Sifabella malah merasakan horor, mereka duduk di depan makam opa Beni dan langsung melantunkan doa.Setelah selesai yang ditandai dengan mengusap kedua telapak tangan ke wajah, Aarav dan Sifabella menabur bunga di atas makam opa Beni dibantu Aghastya.“Opa … maafin Aarav karena Aarav merasa kalau Aarav adalah cucu yang paling nakal, susah diatur dan yang paling sering merep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status