Share

Kedatangan Brian

Melihat temanya yang sangat keras kepala, Dinda hanya bisa pasrah menerima perkataan Rosa.

Pagi hari telah tiba, Rosa telah bersiap-siap untuk mencari pekerjaan yang cocok untuk mereka berdua. Sedangkan Dinda tetap berada di hotel menikmati semua fasilitas yang ada di sini.

“Aku pergi keluar dulu ya, kamu di sini aja sampai aku kembali ke sini. Kalau kamu mau berenang kamu tinggal ke bawah aja, kalau kamu masih bingung kamu boleh minta bantuan sama Rio. Nanti aku yang akan sampaikan.” Dinda menggoyangkan kedua tangannya, bahwa Dinda menolak akan hal itu. Ia tidak ingin  merepotkan orang lain hanya karena ia ingin berenang di kolam renang.

“Makasih Ros, aku lebih baik tunggu kamu aja dari pada sama orang lain. Aku lebih nyaman sama kamu, aku enggak apa-apa kok nunggu  kamu.”

“Kamu yakin?”

“Yakin! Ya udah sana kamu keluar aja cari kerja, nanti kalau sudah dapat hubungi aku ya.” 

Rosa memberikan satu jempolnya, “sip, kamu tenang aja. Doakan aku ya supaya dapat kerjaan.”  Rosa segara keluar dari hotel, ia juga sudah memperingatkan pada bawahannya agar tidak ada yang memberi tahukan identitas dirinya pada semua orang. Apalagi sampai tercium oleh media masa. Yang Rosa inginkan ketika pegawainya bertemu dengan dirinya sebisa mungkin mereka harus bersikap biasa saja. Anggap  saja Rosa adalah tamu biasa pada umumnya.

Rosa berkeliling di kota S dengan menggunakan sepeda motor yang ia sewa untuk mencari pekerjaan yang cocok dengan dirinya dan juga Dinda. Padahal pihak hotel sudah menyediakan mobil untuk Rosa, sekaligus dengan sopirnya. Sayang ia menolak. Ia lebih memilih naik motor dari pada naik mobil

Jam sudah menujukan 11.30 WIB Rosa masih mencari pekerjaan namun belum mendapatkannya.

“Haduh! Cari  kerja di mana lagi ya? Rata-rata mereka mencari lulusan min D3-S1 di semua jurusan.” Rosa bingung setiap kali dia menanyakan info lowongan pasti yang dibutuhkan lulusan D3 atau S1, sedangkan dia membutuhkan pekerjaan minimal lulusan sederajat agar Dinda bisa ikut kerja barsama.

Di saat Rosa sedang beristirahat di mini market, matanya tidak sengaja melihat ke arah sebuah Cafe yang begitu ramai. Ia menyipitkan matanya agar bisa melihat dengan jelas, kebetulan di samping pintu  cafe  terdapat sebuah papan  bertuliskan Lowongan. Tanpa pikir panjang lagi Rosa segara menghampirinya.

Sebelum  ia bertanya kepada pegawai restoran, ia melihat kerteria calon pelamar. Di situ tertulis umur max 35 tahun, pengalaman kerja min 1 tahun dibidang apa saja. Mamakai baju hitam putih. Dan yang paling penting bekerja di sini tanpa memakai surat lamaran.

“Wih, kebetulan banget nih. Kayanya aku sama Dinda bisa coba kerja di sini.” Setelah melihat lowongan pekerjaan, ia masuk ke dalam cafe untuk bertanya tentang lowongan pekerjaan kepada waitrees.

"Mbak, maaf mau tanya apa benar di sini sedang membutuhkan seorang karyawan?" tanya Rosa pada salah satu karyawan cafe.

"Hoh iya benar, cafe kami memang sedang kekurangan orang. Jika Masnya mau melamar kerja di cafe ini, besok Masnya bisa datang jam 8 pagi dan menemui pemilik cafe ini. Kebetulan bagian gudang sedang membutuhkan karyawan cowok," jawabnya  menjelaskan pada Rosa. Mbak cafe itu tidak tahu jika Rosa adalah seorang perempuan, karena penampilannya seperti laki-laki. Spontan Rosa dipanggil Mas.

"Terima kasih ya Mbak, besok saya akan datang ke sini." Selesai dari bertanya ia memutuskan untuk kembali ke hotel. Rosa merasa senang bisa mendapatkan lowongan yang cocok untuk mereka berdua. Jika mereka berdua sudah diterima bekerja di cafe ini, ia akan memutuskan mencari tempat tinggal yang baru, terutama dekat dengan tempat kerja.

Butuh waktu 1 jam untuk sampai di hotel, karena jarak tempuh cafe dengan hotel lumayan jauh. Belum lagi keadaan di jalan macet semakin lama ia sampai di hotel. Akhirnya  ia telah sampai di hotel, dengan santainya ia masuk ke dalam lobi, tanpa sengaja matanya  menangkap sesosok segerombolan pria bertubuh besar berdiri di depan resepsionis.

Langkah kaki Rosa terhenti, ia terkejut ternyata anak buah ayahnya sudah ada di hotel ini. Ia heran  bagai mana bisa mereka ada di sini? Dan untuk apa mereka datang ke hotel ini? Sebelum dirinya ketahuan oleh pengawalnya, ia memundurkan langkahnya perlahan. Tak lupa ia  menutupi wajahnya dengan tas.

"Sial! Kenapa mereka semua ada di sini? Mereka mau ngapain sih datang ke sini?" gerutu Rosa. Ia terus melangkah jauh agar bisa terhindar dari para pengawalnya, ia memutuskan untuk bersembunyi di dalam toilet agar tidak ketahuan. Baru saja Rosa membalikkan tubuh ke arah toilet, wajahnya langsung menubruk seseorang.

Rosa mengarahkan kepalanya ke atas, ternyata laki-laki yang ia tabrak saat  ini adalah, salah satu pengawalnya. Mata Rosa terbelalak ternyata pengawalnya bisa  menemukan dirinya, baru saja ia ingin bersembunyi sudah lebih dulu ditemukan.

Sekali lagi Rosa  melangkah mundur, berdiri tegak di hadapan pengawalnya. Sebisa mungkin dia harus bersikap  tenang, karena dalam pikirannya ia sedang merencanakan bagaimana caranya agar dia bisa kabur.

“Hehem!” Rosa berdehem sambil merapikan bajunya, ia tersenyum ke pada pengawalnya.

“Halo, apa kabar? Udah berapa hari ya kita enggak pernah bertemu?” ucap Rosa basa-basi, sayangnya pengawal itu hanya diam tidak menanggapi ucapan Rosa, ditambah wajahnya terlihat sangat sangar. Rosa menggarukan kepalanya yang tidak gatal, ia melihat ke arah lain. Ternyata pengawal yang lainya tengah melihat ke arah Rosa, ia semakin lemas, kalau sudah begini ia tidak akan bisa kabur.

“Nona Rosa, bisa ikut kami sebentar?”

“Untuk apa saya harus ikut dengan kalian? Lagi pula untuk apa kalian datang ke sini? Pasti kalian disuruh Ayah ya?”

“Bukan, kami datang ke  sini karena ada Kakak anda menunggu di luar hotel. Kakak anda sedang menunggu di dalam mobil.”

“Kakak yang mana dulu? Kakak saya kan ada banyak, enggak cuma satu!”

“Maafkan saya, maksud saya. Kakak anda yang pertama Brian Arjun Adhitama.” Mendengar nama kakaknya, ia langsung kaget. ada urusan apa kakak  sulungnya bisa datang ke hotel ini? Karena malas menemui kakaknya, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Bagi Rosa bertemu dengan kakak sulungnya tidak penting.

“Maaf, bilang sama Kak Brian. Aku enggak mau ketemu sama dia, aku cape mau tidur!” Rosa segera berjalan ke arah lift, ia sudah malas bertemu dengan kakaknya. Sesampainya di dalam lift, ia segera masuk ke dalam dan memencet tombol lantai atas, tanpa diduga pengawalnya menahan pintu lif.

“Heh! Kenapa kamu tahan pintu lift ini? Saya mau ke lantai atas, jangan coba-coba halangin saya ya!” Rosa menajamkan tatapannya, agar para pengawalnya sedikit takut, sayangnya hal seperti itu tidak berguna.

“Mohon maaf, ini adalah perintah dari Bos kami, kalau Nona Rosa tidak mau ikut dengan kami. Maka kami akan memaksa dengan cara keras, hal ini sudah disampaikan oleh Bos kami Brian Arjun Adhitama.”

“Apa!” Rosa berdesis tidak suka, bisa-bisanya Brian memaksa dirinya untuk bertemu dengannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status