Share

memberi efek jera

“Dinda, kamu ngapain di situ?" tanya Rosa setelah masuk ke dalam kamar, ia melihat temanya sedang berdiri di dekat jendala memandangi luasnya lautan biru.

“Ros, lihat deh pemandangan laut itu. Bagus banget loh. Aku jadi pengen main air laut, kaya seru deh.”

“Nanti aku ajak ke laut ya, tapi sebelum itu kamu di sini dulu ya. Aku masih ada urusan di luar, kalau kamu mau minta apa-apa kamu bisa telepon pegawai yang ada di sini, nanti kamu bisa dibantu.”

“Oke!” Dinda memberikan dua jempol untuk Rosa, ia pun kembali melanjutkan melihat pemandangan laut yang begitu indah.

Rosa bergegas pergi ke ruang kerjanya, ia berjalan di sepanjang lorong hotel. Ketika dia berjalan, ia berpapasan  dengan manajer, ketika manajer itu melihat bos besarnya ada di depan matanya langsung terbelalak.

Rosa menyadari sikap dari manajernya, ia menaruh 1 jarinya di bibirnya menandakan agar diam. Manajer itu hanya menganggukan kepalanya bahwa ia mengerti kode dari Rosa. Sesampainya di ruang kerja ia segera masuk, ternyata di dalam sudah ada Rio dan juga dua pegawainya.  Rosa melewati 3 pegawainya mereka terlihat ketakutan saat kedatangan Rosa. Ia pun langsung duduk di kursi Direktur utama Rosa Adhitama.

"Bu, Rosa. Saya sudah memanggil kedua bawahan saya untuk menghadap Ibu," uca Rio.

“.....” Rosa masih terdiam dia tidak merespons ucapan Rio, ia lebih fokus terhadap 2 pegawainya yang tadi pagi sempat meremehkan Rosa karena penampilannya. Rosa sedang memikirkan hukuman apa yang pantas untuk kedua pegawai yang sangat kurang ajar ini terhadap orang lain.

"Pak Rio!" panggil Rosa.

"I-iya, Bu Rosa," ucap Rio gugup.

"Sejak kapan manajemen perhotelan bisa merekrut karyawan seperti ini?” Rio tidak bisa menjawab pertanyaan,  dari awalnya Rio memang tidak tahu jika bawahannya telah melakukan hal kurang ajar pada bosnya.

"Maafkan saya Bu." Sementara kedua karyawan yang menghina Rosa  tadi hanya bisa diam tertunduk malu, karena telah melakukan perbuatan yang buruk terhadap orang lain.

....

“Tolong jawab jujur, sebenarnya kalian berbicara apa terhadap tamu yang tadi?" tanya Rio kepada Lia dan juga Sriyani yang saat ini berada di ruang kerja milik Rio.

“Sa-saya tidak bilang apa-apa kok, saya cuma bilang kalau mau  menginap di hotel dengan fasilitas kamar VVIP harus punya uang banyak, kalau tidak ada uang banyak dia tidak bisa memakai kamar VVIP di hotel ini.” Mata Rio langsung terbelalak mendengar pengakuan bawahannya. Semakin ketar-ketir Rio akan ucapan Lia. Susah payah dia mendapatkan posisi, ia tidak ingin posisi ini hilang.

“Kamu bilang begitu sama tamu tadi?” Lia hanya mengangguk pelan, matanya hanya bisa melihat ke arah lantai ia tidak berani menatap atasannya.

“Kenapa kamu bisa bilang kaya gitu sama tamu kita? Apa pernah saya mengajarkan kalian untuk bersikap kurang ajar terhadap tamu? Jangan kalian meremehkan tamu walau penampilan mereka sederhana, sudah banyak kejadian yang kita alami selama bekerja di hotel ini. Ada orang berpenampilan mewah, tapi dompetnya kosong, ada yang berpenampilan sederhana tapi isi dompetnya berlimpah ruah! Karena sebuah penampilan bisa menipu mata. Kalian berdua tahu siapa tamu yang tadi kalian remehkan?”

“Enggak tahu Pak.”

“Berdoalah kalian berdua, jangan sampai kalian dipecat secara tidak terhormat oleh beliau!” 

“Yah, Pak. Jangan bikin takut kita dong. Saya masih butuh kerjaan Pak,” ucap Lia memelas, apalagi dia masih punya adik yang harus di sekolahkan.

“Saya juga Pak, saya enggak mau kalau saya dipecat dari hotel ini,” sambung Sriyani. Mereka berdua sudah menangis di hadapan Rio. Mereka takut akan dipecat dari hotel ini.

“Sekarang juga kalian berdua ikut sama saya ke ruang kerja Direktur!” Rio bergegas keluar menuju ruang kerja Rosa, begitu juga dengan kedua bawahannya mengekor di belakangnya. Jujur saja saat ini perasaan Rio begitu takut, ia takut dirinya akan dipecat oleh Rosa gara-gara tidak bisa mendidik bawahannya dengan benar.

...

"Apa begini cara pihak hotel mengajarkan seorang karyawan untuk bersikap tidak sopan pada tamu? Hanya karena penampilannya tidak seperti orang kaya. Bukan berarti karyawan hotel bisa memandang rendah orang lain," jelas Rosa memberikan ucapan telak pada kedua karyawan tersebut.

"Sekali lagi saya meminta maaf, karena kecerobohan saya. Saya akan memberikan sanksi pada mereka berdua. Dengan kata lain saya akan memecatnya," ucap Rio jika ia tidak memberikan sikap tegas pada bawahannya maka jabatan Rio yang akan dipertaruhkan.

Lia  dan Sriyani sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia berharap  waktu bisa diulang kembali. Ia benjanji tidak akan mengulagi kesalahan yang sama terhadap tamu mana pun. Sayangnya waktu tidak bisa diputar kembali.

“Ya, memang itu yang harus kamu lakukan! Agar ke depannya bisa menjadi pelajaran bagi karyawan yang lainnya untuk bersikap hormat terhadap tamu! Percuma kalian mempunyai pendidikan  tinggi, tapi masalah akhlak kalian berdua 0 besar!”  mendengar penjelasan Rosa, kedua kaki Lia langsung lemas tak berdaya. Hancur sudah karir yang ia bangun selama 1 tahun ini. Padahal untuk melamar pekerjaan di hotel ini sangat lah sulit.

"Maafkan saya, saya tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi. Saya mohon jangan pecat saya. Saya menyadari jika perbuatan saya salah, tolong beri saya satu kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan ini.” Lia memohon pada Rosa sambil menitikkan air matanya, agar dirinya tidak memecatnya ia masih butuh pekerjaan ini untuk membiayai adik sekolah.

"Saya juga minta maaf Bu, saya telah melakukan kesalahan atas sikap saya yang kurang ajar, dan tidak pantas" Teman Lia juga ikut menangis memohon kepada Rosa agar ia juga tidak dipecat dari sini.

“Dan saya juga minta maaf sebelumnya saya sudah memanggil Ibu Rosa dengan sebutan Mas, karena saya pikir Ibu adalah seorang laki-laki karena penampilannya.” Lia semakin sesenggukan, andai dia tidak bersikap kurang ajar terhadap Rosa mungkin saja hal ini tidak akan pernah terjadi.

Rosa menghela nafas panjangnya ia tidak tahan melihat kedua karyawan yang sudah menghina dirinya ini. Ia juga tidak berniat memecat kedua karyawan tersebut. Ia sengaja melakukan hal itu agar memberikan efek jera terhadap mereka berdua. Agar tidak memandang rendah terhadap orang lain hanya dari tampilannya saja. Sekaligus bisa menjadi pelajaran bagi seluruh karyawan hotel ini.

Rosa segera bangkit dari kursi kerjaanya dan pergi meninggalkan mereka bertiga. Sebelum Rosa melangkah keluar, ia sempatkan menoleh ke arah Rio.

"Sekarang ini adalah tugasmu, terserah mau kamu apa kan kedua karyawan kamu. Jangan lupa ajarkan rasa sopan santun terhadap orang lain, jangan memandang rendah orang lain hanya karena penampilannya. Paham kalian berdua?!"

"Paham Bu, sekali lagi maafkan kami berdua. Kami akan menjadikan ini sebagai pelajaran berharga."

"Bagus, memang seharusnya kalian seperti itu. Kalau bisa kalian berdua jangan bekerja di bagian resepsionis, kalian akan dipindah tugaskan menjadi staf dapur.”

Lia dan Sriyani hanya bisa pasrah menerima perintah dari Rosa, mulai besok Lia dan Sriyani tidak akan di tempatkan resepsionis melainkan menjadi staf dapur untuk menyiapkan makanan untuk tamu hotel.

...

"Rosa, kapan kita akan mencari pekerjaan?" tanya Dinda.

"Hmm, biar aku aja yang cari pekerjaan untuk kita berdua. Untuk sementara ini kita tinggal di sini saja dulu hingga mendapatkan pekerjaan. Sekalian kita jalan-jalan ke laut nanti sore.”

"Hmm, Ros."

"Kenapa?"

Dinda menggelengkan kepalanya. "Enggak jadi deh, tadi mau ngomong malah lupa."

"Hoh." Sebenarnya Dinda ingin bertanya tentang Rosa, bagaimana caranya ia bisa memesan kamar hotel semewah ini. Ia penasaran berapa banyak uang yang harus Rosa keluarkan untuk menyewa kamar seluas ini, apalagi kamar yang ia tinggali mempunyai fasilitas yang luar biasa. Tatapi niat untuk bertanya ia urungkan. Dinda merasa sangat tidak sopan jika bertanya seperti itu. Apalagi Rosa sudah sangat baik dengan dirinya. Ditambah lagi dengan semua fasilitas hotel yang sangat tidak biasa ini. Saat Rosa tidak ada di dalam kamar, Dinda mendapatkan pelayanan terbaik dari pihak hotel.

Dan itu membuat Dinda puas, ia merasa seperti seorang putri yang salalu dilayani oleh orang lain. Sebelumnya Rosa sudah berpesan pada pihak hotel untuk memberikan pelayan terbaik pada Dinda temanya ini. Agar Dinda merasa sangat nyaman.

"Rosa, bagaimana kalau kita mencari pekerjaan berdua," ucap Dinda memberikan saran pada Rosa, ia tidak mau jika terus-terusan merepotkan Rosa.

"Enggak! Biar aku aja yang carikan pekerjaannya," tolak Rosa ia sudah berjanji akan mencari pekerjaan untuk Dinda. Melihat temanya yang sangat keras kepala ini, Dinda hanya bisa pasrah menerima perkataan Rosa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status