Share

pertama kalinya Dinda masuk kamar hotel mewah.

"Ada tamu rese! Masa minta kamar VVIP sama pihak hotel, udah gitu minta panggil atasan kita lagi.” Lia menunjuk ke arah Rosa dengan kepalanya sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

Mata Sri langsung menoleh ke arah Rosa dan juga Dinda, matanya terus memperhatikan penampilan Rosa dari atas kepala hingga bawah kaki. Begitu juga dengan Dinda yang tak luput dari mata Sriyani.

"Pfft." Sriyani langsung  menahan tawanya dengan cara menutup mulutnya pakai satu tangannya. Sebenarnya ia ingin tertawa kencang melihat penampilan Rosa dan juga Dinda, apalagi Dinda terlihat seperti orang kampung dengan pakaian biasanya.

"Mohon maaf nih, rasanya gue pengen ketawa," bisik Sriyani pada Lia.

"Ketawa aja Beb, gue juga dari tadi pengen ketawa kok," timpal Lia, ia juga heran bagaimana bisa Rosa yang berpenampilan seperti ini menyewa kamar VVIP untuk dirinya. Padahal untuk menginap di hotel ini dengan fasilitas lengkap saja biayanya mahal, hanya orang kalangan atas saja yang dapat memakai kamar fasilitas VVIP.

Melihat tingkah pegawainya membuat Rosa semakin emosi, bagaimana bisa pihak hotel merekrut karyawan yang tidak mempunyai etika sopan santun seperti ini terhadap tamu. Jika ada lowongan lagi di hotel ini, ia akan merekrut calon pegawai dengan sangat hati-hati. Ternyata pendidikan tinggi tidak menjamin akhlak manusia menjadi baik. Walau pun ada calon karyawan yang ingin  melamar pekerjaan di hotel ini, dan hanya lulusan sekolah sekolah dasar saja. Asal mempunyai etika yang baik terhadap tamu Rosa pasti akan menerimanya. Karena beretika terhadap orang lain sanggatlah penting.

"Ada apa ini? Kenapa kalian malah ketawa-ketawa di saat jam kerja!" ucap supervisor perhotelan ia tiba-tiba datang karena mendengar suara bawahannya tertawa,  dari jauh supervisor  itu sudah  memperhatikan dari  jauh. Melihat supervisornya datang Lia dan Suryani langsung menghadap dengan sigap.

“Selamat siang Pak," salam Sriyani dan Lia.

"Saya perhatikan dari jauh, kalian berdua terus saja mengobrol? Memangnya kalian tidak ada pekerjaan?” Supervisor bernama Rio Adi Pemungkas  belum menyadari jika bos dari pemilik Perhotelan ini berada di depan  matanya.

"Begini Pak Rio ada tamu datang entah dari planet mana. Tiba-tiba memesan kamar VVIP," jelas Lia.

"Loh bukanya malah bagus jika ada tamu yang memesan kamar hotel kita? Apalagi kelas VVIP, mana orang yang mau pesan kamar VVIP"

"Itu Pak orangnya." Lia menunjuk ke arah Rosa. Saat Rio menoleh ke arah Rosa seketika Rio membulatkan  matanya ke arah Rosa, Rio sangat terkejut tamu yang dimaksud dengan Lia adalah Rosa Adhitama pemilik dari hotel ini. Melihat ada bos pemilik hotel ini, ia langsung kelabakan. Ia tidak tahu jika bos besarnya akan datang ke hotel ini karena tidak ada pengumuman bahwa pemilik hotel akan datang.

Keringat  dingin sudah  mulai bercucuran di keningnya, dia benar-benar sangat gugup akan kedatangan bosnya. Bahkan untuk menelan air liurnya saja ia tidak bisa. Rio bingung harus berbuat apa, sementara tidak ada yang boleh tahu jika bosnya adalah pemilik dari hotel ini sesuai dengan peraturan yang tertera di hotel ini, dan hanya orang yang mempunyai jabatan saja yang mengetahui identitas Rosa Adhitama.

Rosa menatap Rio, “tolong siapkan kamar buat saya," pinta Rosa, ia pun segera pergi meninggalkan area resepsionis. Setelah kepergian Rosa, ia mengusap keningnya yang sudah dipenuhi keringat dingin bahkan kakinya tak luput dari rasa takut. Saking takutnya kaki Rio sampai bergetar. Dua bawahan Rio hanya bisa menatap atasannya dengan tatapan heran.

“Maaf, Pak Rio anda kenapa ya? Muka Bapak sampai pucat gitu?” tanya Sriyani penasaran.

“Iya, ih. Bapak lebay deh. Memangnya kenapa sih Pak? Kok sampai begitu liat tamu tadi?” Rio menatap dua bawahannya dengan rasa kesal, ia yakin sekali pasti telah terjadi sesuatu antara pegawainya dengan bos besarnya. Kali ini ia tidak bisa  lagi berbuat banyak, dia harus memecat 2 pegawainya dari hotel ini untuk melakukan tindak penegasan jika sewaktu-waktu ia disuruh menghadap bosnya.

"Kalian jangan banyak bicara! Cepat  kalian berdua siapkan kamar untuk tamu yang tadi."

"Kenapa Pak?" tanya Lia ia bingung dengan sikap atasannya itu. dalam sekejap langsung berubah.

"Kalian berdua jangan banyak tanya!"

"Ta-tapi Pak--"

"Jika kalian berdua masih mau bekerja di sini. Maka saya sarankan kalian bersiap-siap untuk meminta maaf padanya.” Selesai berbicara Rio langsung pergi, ia ingin menemui bosnya di lobi.

"Apa!"  Lia begitu terkejut dengan ucapan atasannya,  ia langsung memandang temanya dengan tatapan bingung.

"Duh, sebenarnya ada apa ya? Kok sikap Pak Rio jadi kaya gitu ya?"

"Enggak tahu juga dah, pokoknya kita turuti aja apa kata Pak Rio. Nanti juga kita tahu."

Rosa dan Dinda masih menunggu kedatangan Rio di lobi, ia yakin Rio akan  menghampirinya di lobi.

"Tuh, benarkan kataku. Dia pasti datang ke sini," batin Rosa, ternyata dugaan Rosa tidak meleset. Rio datang tergopoh-gopoh menuju Rosa. Ternyata di belakang Rio sudah ada beberapa porter (Pengangkut Barang Barang) dan juga Supervisor of Guest Services.

“Se-selamat datang di hotel kami Ibu Rosa.” Rio terlihat gugup apalagi dia adalah supervisor Front Deks (Orang yang bertanggung jawab atas seluruh pegawai hotel, mereka ditugaskan bisa memecat atau memberi denda terhadap karyawan yang melanggar peraturan di hotel ini)

Rosa masih terdiam, ia masih bersikap santai. Sedangkan Rio masih bingung apa yang harus ia lakukan apalagi rasa takut sudah memenuhi dirinya. Karena tidak ada jawaban dari bosnya, ia pun menoleh ke arah portenya.

“Kalian semua tolong bawakan barang tamu kita ke lantai atas kamar VVIP,” perintah Rio kepada porter.

“Baik Pak.” Dengan cekatan mereka membawa barang milik Rosa dan juga Dinda.

“Ayo, Din. Kita ke atas, kamar kita sudah disiapkan oleh mereka semua.” Dinda langsung bangkit dari duduknya, “tapi duluan aja ya, aku masih ada urusan di sini, kamu ikut aja sama pegawai yang membawa barang kita.” Dinda hanya mengagukkan  kepalanya, ia berjalan di belakang porter. Setelah kepergian Dinda, ia menatap kembali ke arah Rio.

“Kamu bekerja di sini menjabat sebagai Front Desk Supervisor ya?” tanya Rosa kepada Rio.

“Be-benar Bu.”

“Kalau kamu?” Rosa menunjuk kepada pegawainya yang berada di samping Rio.

“Jabatan saya di sini sebagai Housekeeping supervisor.” Mendengar penjelasan dari pegawainya, Rosa hanya menggangukan kepalanya.

“Oke, saya mengerti. Kedatangan saya ke sini bukanlah untuk kunjungan perkerjaan, melainkan untuk beristirahat sejenak. Jadi saya minta tolong ke pada kalian berdua  jangan beritahukan kepada atasan yang lain, bahwa saya ada di sini, karena saya tidak ingin repot.”

“Baik, Bu.  saya mengerti.”

“Dan satu lagi untuk Pak Rio  penanggung jawab atas seluruh pegawainya, setelah ini saya tunggu kamu di ruang kerja saya dan bawa dua pegawai tadi!” Rosa bergegas pergi menuju kamar VVIP, ia sudah merasa lelah dengan semua ini, semua barang sudah dibawakan oleh porter.

Sementara di kamar VVIP, Dinda begitu kagum dengan kemewahan kamar hotel ini, ia baru pertama kali menginjakkan kakinya di hotel semewah ini.

“Astaga! Kamarnya bagus banget, kok bisa ya aku ada di kamar hotel semewah ini?” Dinda mengeliligi kamar hotel yang ia tempati sekarang, bahkan pemandangan dari atas hotel begitu indah. Dari hotel ini kita bisa melihat pemandangan laut biru yang membentang luas di bumi ini.

“Ya, tuhan terima kasih karena engkau telah memberikan aku kesempatan untuk hidup di dunia ini sampai sekarang.” Dinda mengucapkan syukur atas nikmat tuhan yang telah ia berikan padanya, karena kesempatan inilah dia bisa merasakan tidur di hotel mewah dan melihat pemandang laut biru begitu luas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status