Rencana bermain dengan Rio hari ini batal.
Ketika Mas Bayu meninggalkanku sendirian di rumah, aku langsung teringat kondisi Danu yang semalam habis dipukuli oleh Mas Bayu. Langsung saja aku hubungi dia saat itu.
Untung saja lukanya tidak terlalu parah, aku jadi merasa lebih baik mendengarnya. Walaupun begitu, aku tetap ingin mengunjunginya. Bagaimanapun juga, dia telah berjasa membantuku semalam. Kalau dia tidak mau membantu, mungkin semalam Mas Bayu tidak akan mendengar semua ucapanku.
Akhirnya, sekarang kami sudah bertemu di apartemen Danu. Tentu saja dia tidak tinggal sendiri, Danu masih belum memiliki seorang pacar. Terakhir kali Danu bilang kalau dia cinta padaku itu kelas XI SMA. Seharusnya sudah lebih dari delapan tahun cintanya padaku. Namun, tidak terbalas juga olehku.
“Omongan kamu yang semalam itu bener, Nu?” tanyaku di sela-sela obrolan kami. Danu langsung tertawa sambil menahan sakit di rahangnya.
“Omongan yang mana,
Setelah menyudahi percakapan dengan Danu, aku langsung bergegas menuju restoran yang sudah kami sepakati. Kalau terlalu lama, nanti Kiki bisa marah-marah. Pasti dia akan mengoceh panjang kali lebar, mengucapkan kalau aku super lambat. Sejak di dalam mobil, sudah ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Mas Bayu. Apa dia sudah pulang? Entahlah, aku malas menerima panggilannya. Pasti obrolannya tidak jauh dari, kamu di mana? Aku sudah sampai di rumah. Padahal sudah aku katakan untuk tidak pulang ke rumah. Sepertinya dia memang ingin mencari muka saja. Ada satu pesan terbaru, dari Mas Bayu. Segera aku buka isinya, penasaran juga dengan isi pesan darinya. My Hubby: Dek, kamu di mana? Mas udah sampai di rumah. Sudah aku duga, dia sampai di rumah lebih awal. Semuanya terlalu kentara di mataku, dan membuatku ingin tertawa terbahak-bahak di depannya. Sebelumnya, dia tidak pernah pulang awal selama l
“Sekarang lo mau tidur di rumah Rio?” tanya Kiki.“Iya, Ki. Gue mau tidur di sana aja, hitung-hitung nenangin pikiran gue yang lagi kacau,” jawabku.“Ya, udah. Mending lo kabarin Rio dari sekarang, takutnya dia pergi malam ini,” kata Kiki.Benar juga, aku harus mengabarinya. “Nanti aja sekalian di mobil, Ki. Kita pulang sekarang aja, yuk!”Kiki mengangguk. “Gue juga mau istirahat cepet-cepet malam ini. Pokoknya kalau malam ini lo kenapa-kenapa, certia sama gue, Cit!”“Iya, Ibu Kiki.”Kami tertawa sambil berjalan menuju mobil masing-masing. “Hati-hati, Cit!”Sesampainya di dalam mobil, aku langsung menekan nomor Rio untuk dihubungi. Lama panggilan itu tidak diangkat, sepertinya dia sedang tidak memegang ponsel. Aku akan jalan ke sana terlebih dahulu, nanti di tengah jalan akan menghubunginya lagi.Sebelum menjalankan mobil, pesan dari Mas Bayu be
“Dek, pulang, dong! Tidur di rumah aja sama Mas.”Telepon sudah aku abaikan, sudah aku letakkan di atas meja. Hanya kami dengarkan, tidak aku balas ucapannya. Namun, lama-lama Rio mulai geram. Akhirnya, aku memutuskan untuk menjawabnya.“Aku mau tidur di sini malam ini.”Setelah itu, aku tutup teleponnya. “Berisik banget!”Rio hanya tertawa menanggapinya. Kalau boleh jujur, aku ingin sekali menolak teleponnya tadi. Namun, Rio terus meminta untuk dijawab. Kalau tidak dijawab, mungkin tidak akan hilang mood-ku.Ketika menonton film, aku mulai tidak tenang. Seolah ada yang mengatakan kalau nanti Mas Bayu akan datang ke sini dan menjemputku. Hal itu karena aku memutuskan panggilan tiba-tiba.Bagaimanapun juga, itu hanyalah pikiranku saja. Mudah-mudahan nanti dia tidak datang ke sini. Mudah-mudahan ketika aku pulang besok, Mas Bayu sudah pergi dari rumah.“Pria yang ketemu saa lu waktu di
Ketika mataku terbuka, satu-satunya orang yang langsung terlihat adalah Rio, adik yang paling menyebalkan. Rio sudah berdiri bersandar di daun pintu dengan tangan yang dia lipat. Matanya menatap jengkel ke arahku. Sesaat setelah aku menatapnya, bola matanya memutar.Tentu saja itu membuatku jengkel dan bertanya-tanya, ada apa dengan adikku yang hanya satu-satunya ini? Dengan gerakan cepat, aku bangkit dan merapikan tempat tidur. Setelah itu, aku menatapnya balik dengan tangan yang sama dilipat dengannya. “Ada apa, nih? Pagi-pagi udah kayak bapak kos yang siap nerkam anak kosnya?”Rio tidak menjawab ucapanku. Dia bersikap aneh pagi ini. Baru saja dia pergi meninggalkanku di kamar sendirian. Bukannya tenang, aku justru penasaran dengan sikapnya. Akhirnya, aku ikuti Rio sampai ke lantai dasar rumah.Dia berdiri di dekat sofa, kemudian duduk. Setelah itu, tangannya mengacak-acak wajah dan rambutnya.“Kenapa, sih? Lo pagi-pagi udah kayak pera
Setelah Mas Bayu berangkat ke kantor tadi pagi, aku tidak melakukan aktivitas apa pun selain tertidur di atas kasur. Bukan karena aku sedang malas, tetapi aku sedang ingin tiduran saja hari ini. Padahal, masih ada hal yang bisa aku lakukan, seperti mencuci baju, membereskan rumah, atau yang lainnya.Sudahlah, sekarang sudah jam satu siang. Aku harus bergerak, setidaknya ada satu hal yang rapi hari ini. Ketika melihat tumpukan pakaian yang menggunung, saat itu juga aku langsung malas menatapnya. Jadi, mungkin aku akan mencuci saja hari ini.Sambil mencuci, aku putar lagi klasik yang dapat mengiringi kegiatan. Seperti orang luar negeri yang sedang beraktivitas dengan musik yang mengaluni saja.Oh iya, aku harus membuat satu keputusan yang sangat berarti. Jika sampai tiga hari ke depan Mas Bayu tidak memberikan surat cerai, mungkin aku yang akan membuat surat gugatan cerai untuknya.Hasil melamun hari ini memutuskan kalau aku memang harus berpisah dengannya.
“Dari mana kamu?”Baru sampai di rumah, aku langsung ditanya oleh Mas Bayu. Belum juga masuk ke dalam rumah, dia sudah menghentikanku saja.“Dari rumah temen,” jawabku.Mas Bayu menahan badanku agar tidak masuk terlebih dahulu. Dia menarik lenganku ke arah ruang keluarga. Kemudian, dia menyuruhku duduk di depannya. “Duduk!”Aku langsung mengikuti perintahnya. Apa yang terjadi pada Mas Bayu? Dia terlihat marah sekali sekarang.“Kamu dari mana, Cit?” tanya Mas Bayu sekali lagi.Aku menarik napas panjang. “Dari rumah temen. Aku udah jawab pertanyaan itu tadi, Mas.”Mas Bayu mendecih dan menaikkan satu sudut bibirnya. “Temen yang mana?”“Harus aku jawab temen yang mana, ya?” tantangku.Sepertinya Mas Bayu menduga kalau aku ke rumah Danu, pria yang dia lihat di acara itu. Wajahnya terlihat sangat marah. Aneh!“Kamu masih menjadi i
Pagi ini sangat berbeda dengan pagi-pagi yang lain. Biasanya aku terbangun lebih awal dalam keadaan suami belum bangun, kali ini justru Mas Bayu yang bangun terlebih dahulu. Ketika mataku terbuka, dia sudah duduk di samping kasur sambil tersenyum. Sontak aku kaget, dan memberikan jarak agar berjauhan. “Selamat pagi, Sayang!” sapanya diiringi senyuman yang lebar. “Nyenyak banget tidurnya.” Harus aku akui, perjuangan Mas Bayu mendapatkan kata maaf dariku dan merubah kondisi hubungan kami memang luar biasa. Aku ralat, dia memang luar biasa untuk mendapatkan keinginannya. Dulu, ketika aku belum menyatakan cinta padanya, Mas Bayu selalu berusaha melakukan hal apa pun uang akhirnya membuatku jatuh cinta padanya. Jadi, mungkin sekarang dia akan berusaha sampai hubungan kami membaik. Namun bagiku, itu semua hanya sia-sia. Kertas yang sudah lecek tidak akan kembali mulus seperti awal. Lagi pula, sekarang sudah hari senin, hari yang aku tunggu.
Aku memang tidak mengetahui garis takdir yang Tuhan berikan. Semua ini aku jalani hanya dengan tekad dan penuh keyakinan kalau semuanya akan berujung bahagia. Namun, kenyataannya tidak seperti keyakinanku.Garis pernikahan yang Tuhan berikan sepertinya akan kandas, akan berhenti sebentar lagi. Semuanya terhenti karena kehendak Tuhan yang memerintahkan Mas Bayu untuk selingkuh.Apakah aku marah? Biar aku tegaskan, siapa yang tidak marah jika suami sendiri selingkuh? Tidak akan ada seorang istri yang tidak marah jika hal itu terjadi.Apakah aku sedih? Biar aku jelaskan, hatiku bukanlah segumpal batu yang tidak merasakan apa-apa. Hatiku teriris melihat mereka yang bermesraan di luar sana sementara aku yang seorang istrinya tidak pernah dia perlakukan seperti itu. Aku sedih, sangat sedih. Jika aku bisa menuliskan skor kesedihan, mungkin nilainya akan tidak terhingga.Hari ini, aku tidak tahu apa yang Mas Bayu rencanakan, dia meminta agar memberinya satu kesem