BERDISKUSI MEMBUAT PERJANJIAN BERSAMA!
"Dia berusaha untuk membuat kakaknya tak terluka. Dia berusaha agar kakaknya tak sakit hati, apakah kau tak percaya hal itu?" tanya Abah Furqon yang menyayangkan sikap Sifa yang terlalu tergesa-gesa. "Kalau seperti ini yang merugi siapa, Nduk?" sambungnya. Sifa langsung terdiam, dia sangat tahu bahwa dirinya yang salah. Abahnya ini saklek sekali berkaitan dengan agama, pergi ke luar rumah tanpa izin suami adalah pelanggaran berat bagi keluarga Sifa apalagi sekarang jelas sekali bahwa dirinya berbohong. Sifa sadar sekali dan tahu bagaimana hukum setelah menikah, seorang istri harus taat kepada suaminya. Tanggung jawab orang tua pun pindah ke tangan suaminya. Sehingga salah satu kewajiban seorang istri adalah meminta izin kepada suaminya terkait banyak hal, salah satunya adalah keluar rumah. Mengapa seorang istri harus meminta izin kepada suaminya ketika keluar rumah? Jawabannya tentu karena adab. Adab meminta izin kepada suami ini sangat penting. Hal itu agar istri terhindar dari fitnah yang dikhawatirkan akan membuat rumah tangga terusik. Selain itu juga untuk menghindari prasangka buruk suami, tetangga, atau keluarga besar. Sejatinya, dalam berumah tangga itu perlu dibangun keterbukaan dan komunikasi yang baik antar suami dan istri. Sikap inilah yang diharapkan bisa melahirkan ketenangan dan keharmonisan. "Kau yang rugi, Nduk. Kau dan Abah, kita semua akhirnya belum puas bertanya pada Rio, padahal suamimu itu adalah sosok pendiam. Tak mungkin kita menanyai Rio berbagai hal jika situasinya tak seperti ini, siapa yang merugi sekarang? Dirimu kan, Nduk?" tanya Abah Furqon. Sifa pun hanya terdiam dan menangis. Di sisi lain Rio pergi bersama Mulki ke salah satu toko fotocopy. Jelas hal ini membuat Mulki bertanya- tanya dengan sikap kakak iparnya ini. "Kenapa kita ke sini?" tanya Mulki yang sudah tidak mau memanggil Rio dengan menyebut namanya ataupun menggunakan kata Mas lagi. "Aku ingin membeli kertas dan materai," jawab Rio. "Hah? Saat seperti kau masih harus mencari kertas dan materai? Untuk apa?" tanya Mulki sambil mengernyitkan keningnya dengan heran. "Kau tak tahu siapa Gendis, Mulki. Jadi lihatlah saja, kita harus lebih cerdas darinya dengan membawa kertas dan materai ini. Setidaknya kita bisa membuat kesepakatan kan? Aku hanya ingin membuktikan saja bahwa aku tak niat poligami dengan Gendhis," jelas Rio. "Ya, memang jujur saja aku masih mencintai Gendhis dan aku tak mau menafikan itu. Tapi di sisi lain aku juga akan berjuang mempertahankan rumah tanggaku," kata Rio. Mulki pun menganggukkan kepalanya. Tapi jujur, dia cukup salut dengan pemikiran kakak iparnya itu. Ya, meskipun dia cukup bajingann dan bejat berani mengakui bahwa dia mencintai wanita lain di hadapannya tapi ternyata sang Kakak memang benar-benar sedang memperjuangkan dan berusaha memperjuangkan kelanggengan rumah tangganya agar tak bercerai. Meski kembali lagi alasannya hanya demi menyenangkan almarhum mertuanya. Ucapan Rio itu membuat Mulki percaya bahwa dia sungguh-sungguh niatan untuk berubah. Setelah membeli kertas dan materai mereka kembali lagi sekarang. Abah Furqon kaget melihat Rio kembali datang dengan membawa kertas dan materai. "Apa yang kau akan lakukan dengan kertas itu?" tanya Abah Furqon. Rio menghela nafasnya panjang. "Sekarang semua tolong ya, tolong untuk kali ini percaya pada Rio. Pertama Rio mohon Abah dan kau Sifa pergilah ke atas atau bersembunyi di manapun ruangan yang bisa kau sembunyi dan mendengar semua ucapanku dan Gendis. Termasuk Mulki, karena tak mungkin Gendis mau ke sini jika melihat Abah dan kalian semua. Jadi bersembunyi lah tapi di ruangan yang tetap bisa mendengar ucapanku agar kalian percaya. Jujur saja bukan niat hati Rio menyakiti hati Abah dan Sifa berulang kali tetapi rasanya kali ini Sifa lah yang terlalu berlebihan karena dia tak percaya padaku suaminya," sindir Rio. "Bahkan dia berbohong mengatakan kepadaku tadi berpamitan akan melakukan quality time sendiri, ke salon. Nyatanya dia justru menyusul ke sini dan itu aku benar-benar membuatku tak nyaman. Meskipun ending nya dia melakukan pembelaan dan pembenaran alasannya ke sini. Memang aku tahu bahwa diriku salah juga dan Sifa melakukan ini demi aku, tapi itu tetap tak di benarkan," kata Rio sedikit kecewa dengan perbuatan Sifa. Sifa pun hanya diam tak menjawab ucapan sang suami. Memang hatinya masih marah dan dongkol namun tak bisa menyanggahnya. Karena sebelum Rio mengatakan itu pun, Abah nya juga sudah membahas masalah ini. "Lalu apa lagi yang harus kami lakukan?" tanya Abah Furqon. "Justru itu, Rio ingin bertanya pada Abah, apa yang ingin kalian inginkan? Tolong katakan semua hal dan usul yang ingin kalian berikan untuk penyelesaian masalah Rio dan Gendhis. Di sini Rio ingin berusaha untuk jujur saja dan bersikap apa adanya, sehingga untuk kedepannya tidak akan lagi terjadi kesalahan pahaman akibat gadis yang bernama Gendis lagi dan masalah anak itu. Bagaimana?" usul Rio. "Aku cukup setuju dengan usul darinya, Bah. Setidaknya dengan begitu kita sama-sama tahu. sama-sama setuju, dan sama-sama sepakat. Kalau hanya mengandalkan perjanjian khulu' saja selesai Mulki rasa ada yang kurang. Karena perjanjian itu jelas lahir tanpa pernah Mbak Sifa tahu resikonya hubungan suaminya dengan gadis itu akan sejauh ini. Yang tertuang di sana hanya sekedar perjanjian bagaimana hukumnya jika mereka kembali lagi dan perselingkuhan itu terjadi, tidak memikirkan dampak hubungan masa lalu itu. Jadi usul untuk mendiskusikan ini lebih lanjut adil juga," jelas Mulki. "Lalu bagaimana jika di tengah-tengah diskusi nanti justru wanita itu tiba- tiba datang? Apakah itu tak akan membuat kita merugi karena pertemuan ini akan batal dan tak akan menghasilkan apapun?" tanya Abah Furqon. "Insya Allah, semua ketakutan Abah itu akan Rio jamin tidak akan terjadi. Rio sangat tahu sekali bagaimana Gendhis itu. Dia bukanlah tipikal wanita seperti yang kalian takutkan, dia pasti akan mengabari jika sudah selesai mengurusi semua keperluannya, karena memang Rio pun belum mengirimkan Sherlock cafe ini karena biasanya Rio dan Gendhis mengopi di tempat lain. Tapi kalian jangan takut, aku sudah mengirimkan pesan bahwa telepon dulu setelah selesai urusannya dan mengatakan ingin mengajaknya ke cafe baru agar tak ketahuan keluarga Sifa," jawab Mulki. "Sepertinya dia memang ada urusan yang lumayan lama juga jadi kita masih memiliki waktu untuk diskusi. Karena jika dia di ponorogo pasti akan menyelesaikan semua urusan berkaitan dengan beberapa bulan ke depan agar saat di surabaya tak memiliki pikiran tentang usaha yang ditinggalkan di sini. Itu adalah tipikal gendis," jelasnya nya lagu. Sifa tersenyum getir, mendengar semua ucapan suaminya. Bagaimana tidak, rupanya sang suami amat sangat mengetahui seluk beluk Gendhis. Bahkan kebiasaannya juga, tak heran jika sampai ada anak diantara mereka. "Ck! Kau sangat tahu tentang wanita simpanan mu itu yo, Mas! Benar- benar aku kagum dengan semua pengetahuan mu, belum tentu kan kau tahu sedetail itu tentang diriku," kata Sifa. "Nduk! Kau tak usah memulai. Kalau kau terus begini, maka Abah rasa kau lebih baik pulang dulu. Untuk apa jika kau di sini tapi tak bisa mengontrol emosimu? Kita di sini itu untuk mencari solusi bukan untuk memperkeruh keadaan. Kalau memang kau tak ingin bersama suamimu lagi maka kau boleh marah sekalian, tapi jika kau masih ingin bersama suamimu Rio mempertahankan rumah tangga kalian, maka jaga tingkahmu. Kontrol semuanya, jangan sampai emosi seperti itu, kau jangan kekanak-kanakan dan mendahulukan amarahmu seperti ini! Ingat semua yang di lakukan karena emosi, itu hanya membuatmu menyesal nanti," tegur Abah furqon. APA YANG AKAN TERJADI SELANJUTNYA? BERSAMBUNG Season 1 Selir Kesayangan SuamikuANAK PEREMPUANKU DAN SEJUTA MASA LALUNYA!"Kenapa? Kenapa aku yang harus bertanggung jawab atas kebahagiaan Kakak kandungku? Bukankah selama ini kau yang mengecewakan Kakak kandungku, Mas?" ledek Mulki."Mas Rio, Mas Rio. Kau ini aneh dan lucu sekali, kau itu jangan mencari kambing hitam atas rasa cemburumu. Kenapa? Kau masih tak terima kalah dariku? Dari tadi semua ucapan dan pembicaraanmu itu selalu berputar-putar arah! Pembicara kamu sungguh tak jelas seperti itu, kau di sini yang salah tapi kau tak mau mengakui kesalahan," ujar Mulki lirih. Dia tak enak juga jika mama Gendhis mendengarnya.Rio terdiam, dia hanya mengusap wajahnya dengan kasar. Tak lama kemudian Bu Ririn datang dari belakang, sudah tak mengenakan mukena lagi. Hanya mengenakan gamis panjang dan jilbabnya. Tak lama Gendhis menyusul di belakang sang Ibu sambil membawa nampan minuman dan meletakkannya di hadapan Rio."Maaf ya lama," kata Mama Gendis."Oh tidak apa apa, Tante. Kebetulan saya juga baru datang," sahut Mu
KENAPA HARUS AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB?Mendengar ucapan Rio itu Gendis terdiam, dia tak mengira Rio akan menilainya seperti itu. Dia cukup kaget meskipun apa yang dikatakan Rio adalah kebenaran. Dia tak mengira serendah itu harga dirinya di hadapan Rio."Apakah sebegitu hina aku di hadapanmu, Mas?" Tanya Gendis dengan mata berkaca-kaca.Rio terdiam diam memandang ke arah wanita yang begitu dia cintai itu, kemudian dia menyadari kesalahannya. Mata cantik itu dulu pasti akan nyalang ketika dia melakukan kesalhan, langsung mendebat tanpa ampun namun sekarang semua sudah berbeda."Dia berubah," batin Rio dalam hati, justru berubahnya Gendhis membuat lelaki itu sedikit ketakutan.Rio meneguk ludahnya dengan kasar dan merutuki kebodohannya sendiri. Ya, karena emosinya tadi dan tak bisa menahannya, sampai dia mengucapkan sesuatu yang mungkin menyakiti hati Gendis. Rio pun melirik Gendhis lagi, wanita itu masih diam. Alih-alih marah justru Gendhis terlihat menyeka air matanya yang mulai
SEHINA ITUKAH AKU DI HADAPANMU, MAS?"Lalu kenapa kau menikah dengan Mulki?" cerca Rio."Aku tidak menikah dengan Mulki!" tegas Gendhis."Gendhis," panggil Mulki lirih, semua menoleh ke arah Mulki. Dengan cepat Gendhis memberikan kode pada lelaki itu, Mulki paham dan diam. Memang kalau di pikir lagi ucapan Gendhis benar, mereka belum menikah tak ada yang salah. "Halah omong kosong!" bentak Mulki."Demi Allah aku tidak menikah dengannya sekarang," sahut Gendhis dengan cepat"Tapi Mulki kan melamarmu," sanggah Rio. Gendhis menghela nafas panjang, sepersekian detik otaknya harus di paksa berpikir secepat mungkin agar dia bisa berkilah namun tak berbohong hanya dengan penyusunan kosakata."Tadinya memang begitu, tetapi aku telah membatalkannya," jawab Gendhis."Membatalkannya? Benarkah? Kau tak berbohong kan? Mengapa kau membatalkannya?" tanya Rio menatap ke arah Mulki dan Gendhis bergantian."Benar Mulki?" selidik Rio. Mulki diam tak menjawab namun dia menganggukkan kepalanya perl
AKU TIDAK MENIKAH DENGAN MULKI!"Allah itu maha pengampun, mungkin doa istrimu, doa mertuamu, atau doa orang tuamu yang dikabulkan Gusti Allah. Bersyukurlah atas itu, jangan sampai kau memiliki pemikiran POLIGAMI lagi!" bentaknya."Lantas kenapa kau berulah lagi? Kenapa kau datang ke sini marah-marah tak jelas seperti ini?" tanya Gendhis."Tak jelas katamu? Hah? Tak jelas? Hahaha!" teriak Rio dengan menatap nyala ke arah Gendis.Entah setan mana yang sedang menyambetnya, dia tiba-tiba maju dan mencengkram dagu Gendis dengan keras, sampai kuku itu sedikit menusuk ke pipi Gendhis. Wanita itu pun meringis kesakitan."Lepaskan!" perintah Mulki. "Tak usah ikut campur!" bentak Rio tanpa menoleh Gendis.Gendhis memberikan kode kedipan mata, membuat Mulki diam. Meski sangat ketakutan, Gendhis berusaha kuat. Jujur saja sekarang dadanya berdetak sangat kencang sekali, dia tak mengira Rio berani sekasar ini. Rio yang pendiam tiba-tiba berubah menjadi arogant bahkan kasar dan cenderung frontal
KETIKA KAU GAGAL JADI MADU KAU MEMBALAS INGIN MENJADI IPARKU!"Bagaimanapun juga dia anakku, Gendis! Tapi konyolnya aku tidak tahu! Aku berhak tahu!" sanggah Rio."Kata siapa? HAH?" bentak Gendhis."Apa maksudmu berkata seperti itu, Gendhis. Bagaimana pun juga aku adalah ayah Kai! Kau tahu itu kan? Sekarang kenapa kau berbicara seolah-olah aku orang asing bagimu dan Kai?" sahut Rio.Tangan Gendhis langsung mengepal, sungguh sakit hatinya sekarang. Marah dan tak terima bergolak menjadi satu dalam hatinya. Dia tak terima kepada sikap Rio, datang tak di undang melukai Mulki, dan sekarang mengatakan bahwa dia memiliki hak atas anaknya. Sedangkan dulu lelaki di hadapannya ini tak bisa memutuskan memberikan kejelasan akta pada putranya. Bahkan dia kembali pada Sifa, istrinya."Sepertinya kau lupa, Mas. Baiklah, aku akan jelaskan," kata Gendhis sambil tersenyum kecut, nada suaranya sudah bergetar menahan tangis dan amarah yang berkumpul menjadi satu."A...apa maksudmu?" tanya Rio dengan nad
DIA ANAKKU! DAN MENINGGAL AKU TAK TAHU!"Semi ustadz?" tanya Rio mengerutkan keningnya."BADJINGAN KAU!" Pekik Rio dalam hatinya.Semakin ke sini dia makin curiga bahwa lelaki itu adalah Mulki. Namun sekali lagi Rio tak ingin tergesa-gesa dulu menyimpulkan. Dia harus mengatur strategi dan taktik agar tak salah jalan. Meskipun dia tak bisa bersama Gendis tetapi jika gadis itu bersama Mulki pun hatinya juga tak rela, menurutnya lebih baik Gendis bersama orang yang tak dia kenal. Dia harus mengumpulkan bukti kuat sebelum mengatakan semua kebenaran ini pada sifa."Mohon maaf Bu Apakah lelaki itu sedikit tinggi mungkin lebih tinggi dari aku dia hobi sekali memakai baju semi Koko begitu kaos tapi bentuknya Koko sedikit putih tetapi tidak terlalu putih juga dan memiliki suara yang sangat kalem sekali benarkah seperti itu tanya Rio mulai menggambarkan ciri-ciri Mulki"Iyo, Mas.""Sik sebentar, Bu. Saya boleh memastikan tidak? Sepertinya yang lelaki itu temanku juga," kata Rio."Ah saya lamat