Share

Perkara Berisitri Dua

last update Last Updated: 2024-06-25 15:22:05

PERKARA POLIGAMI

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Bah, maaf ya jika ucapan saya akan menyinggung. Sifa maaf aku tidak berniat membohongimu saja. Tapi jujur saja sikapmu ini membuatku kecewa," kata Rio.

"Apa maksudmu, Mas?" tanya Sifa

"Pertama kau tak jujur. Kedua, kau mendahulukan emosimu, ketiga kau menuduh suamimu sendiri. Sifa dengarkan aku, memang aku pernah berdiskusi denganmu tentang poligami, aku bahkan pernah memiliki untuk poligami tapi setelah tahu alasan Gendhis menghubungi ku kembali, lalu Ibuku meninggal, maka aku tak berniat untuk melakukan ini. Karena aku ingin membahagiakan almarhum ibuku yang begitu mencintaimu, Sifa. Aku tak ingin melukai hatinya dan mungkin salah satu cara yang bisa aku lakukan dengan mempertahankan rumah tangga ini," jelas Rio.

"Jadi kau jangan salah paham!" tegas Rio dengan memberikan sedikit penekanan.

"Lalu aku harus berbuat apa, Mas? Apa ekspektasi mu ketika aku tahu suamiku telah memiliki anak dari wanita lain? Hah?" tanya Sifa.

"Nduk tenanglah! Istighfar!" tegur Abah Furqon.

Sifa menghela nafasnya panjang kemudian mengelus dadanya. Dia beristigfar agar setan tak mudah menguasai hati dan pikirannya. Abah Furqon mulai menjadi penengah.

"Rio, Sifa, dengarkan Abah. Di sini Abah mencoba bersikap netral, Abah tak ingin kalian berdebat dan saling menyalahkan di sini. Tak usah saling mencari pembelaan dan merasa paling benar. karena posisi Sifa pun tidak mudah bagi seorang istri untuk menghadapi cobaan berat semacam ini. Perlu ketahanan mental dan kesabaran ekstra. Bagaimana tidak, dalam keadaan “emosional yang memuncak”, dia dituntut untuk bersikap bijak terhadap perilaku suami yang telah menyakitinya dengan perselingkuhan dan kebohongan, dan amarah-amarahnya di saat dia baru melahirkan," terang Abah Furqon.

Sifa menganggukkan kepalanya setuju, karena dia tahu saat dirinya sendiri mengajak Rio berdialog membahas perkara ini, biasanya suami nya itu lebih memilih bungkam dan diam. Dia tidak memberikan penjelasan apa-apa. Bukannya tanpa lasan Rio pun merasa serba salah, kalau dia menceritakan kebenarannya, dia takut menyakiti istrinya. Jika berbohong pun, dia sadar kalau hal itu dosa. Akhirnya, dia jadi mudah marah.

"Abah pun cukup salut dengan Sifa yang lebih memilih untuk memberikan maaf kepada suami dari pada bercerai. Itu merupakan langkah yang sangat terpuji. Jika suami melakukan kesalahan lagi, berilah maaf lagi. Maafmu seperti sabar mu, tiada batasnya. Memang tidak mudah memaafkan seseorang yang telah salah dan menyakiti kita. Namun, lihatlah apa yang Allah siapkan untuk seorang pemaaf, yaitu surga yang luasnya seluas langit dan bumi," jelas Abah Furqon.

"Nduk, selama masih bisa memperbaiki hubungan dengan suami, berusahalah untuk terus memperbaikinya. Jangan mudah menyerah lalu menyudahinya. Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan untuk bercerai. Teruslah melakukan perbaikan sampai nanti Allah yang menakdirkannya berbeda. Berilah kesempatan kepada suami untuk mengambil keputusan. Doakan pula agar suami senantiasa mendapat bimbingan Allah sehingga dia dapat mengambil langkah yang diridhoi- Nya," sambungnya.

"Loh hari ini Sifa akan melakukannya, Bah. Sifa akan memberikan kesempatan kepada Mas Rio untuk memilih, aku tak akan melarangnya poligami, Bah. Tetapi jelas wanita yang bersama Mas Rio itu bukanlah diriku," tegas Sifa.

"Yang mau poligami itu siapa to, Fa! Sifa," kata Rio mulai frustasi sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Sifa terdiam, begitupun Abah Furqon. Mulki hanya menikmati pemandangan ini. Dia menghela nafasnya panjang, memang benar wanita itu sangat mudah di dapatkan. Cukup dengan menaklukkan hati dan perasaannya maka dia akan luluh sudah.

"Aku akan pergi dulu sebentar," ujar Rio berpamitan.

"Kau akan ke mana?" refleks Mulki bertanya.

"Ayok ikutlah denganku, jika kau tak percaya. Aku tak akan bisa mengatakan hal ini padamu sekarang," sahut Rio.

Mulki pun menganggukkan kepalanya setuju. Dia pun mengikuti kakak iparnya itu. Mulki mengelus lengan kakak Iparnya perlahan.

"Mbak, tunggu di sini ya. Biar Mulki saja yang mengikuti Mas Rio," kata Mulki.

"Abah, Abah tunggu di sini dulu ya dengan Mbak Sifa, aku akan membersamai lelaki ini dulu," pamit Mulki.

Abah Furqon pun hanya menganggukkan kepalanya. Setelah kepergian Rio dan Mulki dihadapan, Abah menghela nafas panjang. Dia menatap putrinya yang masih terlihat emosi.

"Nduk, Abah bertanya mengapa kau bertindak senekat ini?" tanya Abah Furqon.

"Si- Sifa harus seperti ini, Bah. Sifa harus menjaga rumah tangga Sifa," jawab Sifa tergagap.

Sebenarnya dia malu juga dan menyadari kesalahannya. Dia tahu bahwa pergi meninggalkan rumah dengan berbohong pada Uminya, pada Suaminya, membuatnya merasa berdosa. Namun dia melakukan ini semua demi keberlangsungan rumah tangganya. Bukankah ini termasuk di perbolehkan.

"Apakah kau tak malu dengan tingkahmu seperti ini, Nduk? Kenapa kau tak bisa bersabar? Menjaga harga dirimu dan menjatuhkan marwah mu juga. Bukankah sekarang image anggun mu, wanita sholeh dan sebagainya menjadi ternodai juga?" cerca Abah Furqon.

"Bukannya Abah melarang kau kecewa, menangis, dan berbuat seperti ini. Abah yakin kau berbohong kan pada Umimu? Kau tak izin pada suamimu dengan jujur? Betul kan? Nduk, Abah tidak melarang kau menangis, menangislah. Abah tak melarang kau berteriak, berteriak lah! Tetapi hendaknya kau juga tahu tempat, jika kau memang tak ingin sakit hati mengapa kau menyusul kesini sendiri?" sambung Abah Furqon.

"Bukankah Abah sering berkata padamu kiranya lebih baik kau tidak tahu apapun, daripada kau tahu lalu kau sakit hati sendiri, kau tak bisa menerimanya, dan kau menyalahkan takdir gusti Allah. Itu akan membuatmu merugi sendiri," lanjutnya.

Memang Abah Furqon menegur putrinya kalau salah. Dia memang termasuk saklek dalam hal agama. Dia memang tak segan-segan menegur putrinya jika bersalah tapi saat mereka berdua saja.

"Bah, Mas Rio itu suamiku, orang lain bagi apa sedangkan aku adalah anak Abah. Mengapa Abah mengatakan itu semua padaku," gumam Sifa.

"Lah siapa yang bilang Rio itu bukan suamimu? Tapi kan Abah sudah berkata padamu, tunggu dan bersabarlah. Biarkan kita memberikan kesempatan pada Mulki untuk menyelesaikan semua ini. Abah hanya mengatakan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sampai satu tindakanmu mampu membawamu ke neraka jahanam karena berbohong kepada suamimu sendiri bagaimanapun juga Rio itu masih suamimu bukan orang lain kecuali kau memang berniat untuk meninggalkannya sejak dulu. Mengapa kau tak percaya pada adikmu? Kau tahu adikmu sudah berusaha semaksimal mungkin, Nduk," sanggah Abah Furqon.

"Dia berusaha untuk membuat kakaknya tak terluka. Dia berusaha agar kakaknya tak sakit hati, apakah kau tak percaya hal itu?" tanya Abah Furqon yang menyayangkan sikap Sifa yang terlalu tergesa-gesa.

"Kalau seperti ini yang merugi siapa, Nduk?" sambungnya.

APA YANG INGIN DI TEGASKAN ABAH FURQON?

BERSAMBUNG

Season 1 Selir Kesayangan Suamiku

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   ANAK PEREMPUANKU DAN SEJUTA MASA LALUNYA!

    ANAK PEREMPUANKU DAN SEJUTA MASA LALUNYA!"Kenapa? Kenapa aku yang harus bertanggung jawab atas kebahagiaan Kakak kandungku? Bukankah selama ini kau yang mengecewakan Kakak kandungku, Mas?" ledek Mulki."Mas Rio, Mas Rio. Kau ini aneh dan lucu sekali, kau itu jangan mencari kambing hitam atas rasa cemburumu. Kenapa? Kau masih tak terima kalah dariku? Dari tadi semua ucapan dan pembicaraanmu itu selalu berputar-putar arah! Pembicara kamu sungguh tak jelas seperti itu, kau di sini yang salah tapi kau tak mau mengakui kesalahan," ujar Mulki lirih. Dia tak enak juga jika mama Gendhis mendengarnya.Rio terdiam, dia hanya mengusap wajahnya dengan kasar. Tak lama kemudian Bu Ririn datang dari belakang, sudah tak mengenakan mukena lagi. Hanya mengenakan gamis panjang dan jilbabnya. Tak lama Gendhis menyusul di belakang sang Ibu sambil membawa nampan minuman dan meletakkannya di hadapan Rio."Maaf ya lama," kata Mama Gendis."Oh tidak apa apa, Tante. Kebetulan saya juga baru datang," sahut Mu

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   KENAPA HARUS AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB?

    KENAPA HARUS AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB?Mendengar ucapan Rio itu Gendis terdiam, dia tak mengira Rio akan menilainya seperti itu. Dia cukup kaget meskipun apa yang dikatakan Rio adalah kebenaran. Dia tak mengira serendah itu harga dirinya di hadapan Rio."Apakah sebegitu hina aku di hadapanmu, Mas?" Tanya Gendis dengan mata berkaca-kaca.Rio terdiam diam memandang ke arah wanita yang begitu dia cintai itu, kemudian dia menyadari kesalahannya. Mata cantik itu dulu pasti akan nyalang ketika dia melakukan kesalhan, langsung mendebat tanpa ampun namun sekarang semua sudah berbeda."Dia berubah," batin Rio dalam hati, justru berubahnya Gendhis membuat lelaki itu sedikit ketakutan.Rio meneguk ludahnya dengan kasar dan merutuki kebodohannya sendiri. Ya, karena emosinya tadi dan tak bisa menahannya, sampai dia mengucapkan sesuatu yang mungkin menyakiti hati Gendis. Rio pun melirik Gendhis lagi, wanita itu masih diam. Alih-alih marah justru Gendhis terlihat menyeka air matanya yang mulai

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   Sehina Itukah Aku Di Matamu, Mas?

    SEHINA ITUKAH AKU DI HADAPANMU, MAS?"Lalu kenapa kau menikah dengan Mulki?" cerca Rio."Aku tidak menikah dengan Mulki!" tegas Gendhis."Gendhis," panggil Mulki lirih, semua menoleh ke arah Mulki. Dengan cepat Gendhis memberikan kode pada lelaki itu, Mulki paham dan diam. Memang kalau di pikir lagi ucapan Gendhis benar, mereka belum menikah tak ada yang salah. "Halah omong kosong!" bentak Mulki."Demi Allah aku tidak menikah dengannya sekarang," sahut Gendhis dengan cepat"Tapi Mulki kan melamarmu," sanggah Rio. Gendhis menghela nafas panjang, sepersekian detik otaknya harus di paksa berpikir secepat mungkin agar dia bisa berkilah namun tak berbohong hanya dengan penyusunan kosakata."Tadinya memang begitu, tetapi aku telah membatalkannya," jawab Gendhis."Membatalkannya? Benarkah? Kau tak berbohong kan? Mengapa kau membatalkannya?" tanya Rio menatap ke arah Mulki dan Gendhis bergantian."Benar Mulki?" selidik Rio. Mulki diam tak menjawab namun dia menganggukkan kepalanya perl

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   Aku Tidak Menikah Dengan Mulki

    AKU TIDAK MENIKAH DENGAN MULKI!"Allah itu maha pengampun, mungkin doa istrimu, doa mertuamu, atau doa orang tuamu yang dikabulkan Gusti Allah. Bersyukurlah atas itu, jangan sampai kau memiliki pemikiran POLIGAMI lagi!" bentaknya."Lantas kenapa kau berulah lagi? Kenapa kau datang ke sini marah-marah tak jelas seperti ini?" tanya Gendhis."Tak jelas katamu? Hah? Tak jelas? Hahaha!" teriak Rio dengan menatap nyala ke arah Gendis.Entah setan mana yang sedang menyambetnya, dia tiba-tiba maju dan mencengkram dagu Gendis dengan keras, sampai kuku itu sedikit menusuk ke pipi Gendhis. Wanita itu pun meringis kesakitan."Lepaskan!" perintah Mulki. "Tak usah ikut campur!" bentak Rio tanpa menoleh Gendis.Gendhis memberikan kode kedipan mata, membuat Mulki diam. Meski sangat ketakutan, Gendhis berusaha kuat. Jujur saja sekarang dadanya berdetak sangat kencang sekali, dia tak mengira Rio berani sekasar ini. Rio yang pendiam tiba-tiba berubah menjadi arogant bahkan kasar dan cenderung frontal

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   Gagal Jadi Madu, Dia jadi Iparku

    KETIKA KAU GAGAL JADI MADU KAU MEMBALAS INGIN MENJADI IPARKU!"Bagaimanapun juga dia anakku, Gendis! Tapi konyolnya aku tidak tahu! Aku berhak tahu!" sanggah Rio."Kata siapa? HAH?" bentak Gendhis."Apa maksudmu berkata seperti itu, Gendhis. Bagaimana pun juga aku adalah ayah Kai! Kau tahu itu kan? Sekarang kenapa kau berbicara seolah-olah aku orang asing bagimu dan Kai?" sahut Rio.Tangan Gendhis langsung mengepal, sungguh sakit hatinya sekarang. Marah dan tak terima bergolak menjadi satu dalam hatinya. Dia tak terima kepada sikap Rio, datang tak di undang melukai Mulki, dan sekarang mengatakan bahwa dia memiliki hak atas anaknya. Sedangkan dulu lelaki di hadapannya ini tak bisa memutuskan memberikan kejelasan akta pada putranya. Bahkan dia kembali pada Sifa, istrinya."Sepertinya kau lupa, Mas. Baiklah, aku akan jelaskan," kata Gendhis sambil tersenyum kecut, nada suaranya sudah bergetar menahan tangis dan amarah yang berkumpul menjadi satu."A...apa maksudmu?" tanya Rio dengan nad

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   Dia Anakku Dan Meninggal Aku Tak Tahu!

    DIA ANAKKU! DAN MENINGGAL AKU TAK TAHU!"Semi ustadz?" tanya Rio mengerutkan keningnya."BADJINGAN KAU!" Pekik Rio dalam hatinya.Semakin ke sini dia makin curiga bahwa lelaki itu adalah Mulki. Namun sekali lagi Rio tak ingin tergesa-gesa dulu menyimpulkan. Dia harus mengatur strategi dan taktik agar tak salah jalan. Meskipun dia tak bisa bersama Gendis tetapi jika gadis itu bersama Mulki pun hatinya juga tak rela, menurutnya lebih baik Gendis bersama orang yang tak dia kenal. Dia harus mengumpulkan bukti kuat sebelum mengatakan semua kebenaran ini pada sifa."Mohon maaf Bu Apakah lelaki itu sedikit tinggi mungkin lebih tinggi dari aku dia hobi sekali memakai baju semi Koko begitu kaos tapi bentuknya Koko sedikit putih tetapi tidak terlalu putih juga dan memiliki suara yang sangat kalem sekali benarkah seperti itu tanya Rio mulai menggambarkan ciri-ciri Mulki"Iyo, Mas.""Sik sebentar, Bu. Saya boleh memastikan tidak? Sepertinya yang lelaki itu temanku juga," kata Rio."Ah saya lamat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status