Share

110. Ancaman Selena

Penulis: Lil Seven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 07:22:54

"Huftt.... "

Malam ini, rasanya seperti berjalan di atas pecahan kaca.

Gaun malam berwarna krem pucat yang kupakai begitu anggun, elegan, dan sopan—pilihan Jovian, tentu saja.

Namun saat aku menatap bayanganku di cermin hotel sebelum berangkat, jantungku bergetar tak karuan.

Bukan karena takut salah kostum. Tapi karena malam ini, aku bukan lagi “staf biasa” atau “perempuan yang katanya numpang hidup di apartemen bos”.

Malam ini… aku akan berdiri di sebelah Rigen. Di depan semua mata.

Lobi hotel mewah itu disulap menjadi area resepsi semi-formal. Politisi, pengusaha, pemilik media—semuanya hadir.

Dan hampir semuanya, tentu saja, tahu siapa Rigen. Semua mata menoleh ketika dia tiba, setelan hitamnya rapi, rambutnya disisir ke belakang, dan aura kekuasaan seperti pelindung di sekeliling tubuhnya.

Jovian melangkah lebih dulu, menyapa tuan rumah dengan keanggunan khasnya. Lalu Rigen masuk—bersamaku di sisi kirinya.

Beberapa detik hening terasa sangat panjang. Pandangan orang-orang mene
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Thiy Thaty
wow lanjut thor......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   126. Bercinta Di Meja?

    Rapat akhirnya selesai satu jam kemudian. Beberapa staf masih tampak terintimidasi oleh pidato awal Rigen, tapi semua berjalan lancar. Aku bersyukur—setidaknya sampai aku melihat pandangan Rigen yang berubah tajam saat semua orang mulai beranjak keluar. "Riel," panggilnya. Nada suaranya datar, tapi ada urgensi di dalamnya. Aku langsung menoleh. "Ya?" "Ke ruanganku. Sekarang." Aku menelan ludah. Wajahnya tidak ramah—tidak hangat seperti beberapa menit sebelumnya. Beberapa staf bahkan melirik penasaran, termasuk Jovian yang sempat membeku sebelum berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Aku mengikuti langkah Rigen tanpa tanya. Jantungku mulai panik. Apa aku melakukan kesalahan? Apa tadi aku duduk terlalu dekat? Atau... ada hal yang membuatnya marah? Begitu pintu ruangannya tertutup, Rigen menekan kunci otomatis di pintu. Suara klik itu terdengar seperti hentakan palu di dadaku. "Rigen... aku—" Belum sempat aku bertanya, tubuhku sudah dibekap lengan kuatnya. Dalam sekejap aku terde

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   125. Pagi Penuh Cinta.

    Pagi itu datang pelan-pelan, seperti tak ingin membangunkan siapa pun yang masih terlelap. Sinar matahari menembus tirai tipis, menyusup masuk dan menyentuh kulitku yang hangat dalam balutan selimut. Aku menggeliat pelan, dan saat menyadari lenganku masih dipeluk erat oleh tubuh Rigen yang tertidur di belakangku, jantungku berdetak sedikit lebih kencang. Hembusan napasnya mengenai tengkukku, dan lengan kekar itu tidak bergerak, seolah enggan melepaskan. Aku menoleh sedikit. Wajahnya masih dalam, rahangnya santai, helai-helai rambutnya sedikit berantakan. Lucu. Lelaki yang bisa membuat orang-orang membungkuk dengan satu kalimat, kini tertidur seperti anak kecil di ranjang kami. Dan... dia baru saja mengacak-acak hidupku semalam. Dalam cara yang paling liar, paling jujur, paling... memabukkan. Bibirkupun membentuk senyum kecil. Tapi belum sempat aku bangkit, suara beratnya menggema pelan di belakangku. “Jangan gerak...” Aku membeku, lalu menoleh lagi, menatap matanya yang kini s

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   124. Kamu Milikku

    “Aduh!”“Haah…”Rigen rupanya tidak tahan lagi.Dia menopang dirinya dengan satu lutut, hampir tak bergantung pada kepala penisnya, dan mulai menekan punggung bawahnya seperti seorang penyamak kulit.Tampar! Chup… chup!"Aduh! Aduh!"Pinggangku yang ramping bergerak seperti ikan yang tertusuk tombak. Payudaraku yang besar melebar dan bergetar ke segala arah setiap kali dinding dalamku tertusuk.“Hmm, ah! Ah—aah!”Tangisanku teredam oleh jemari yang memenuhi mulut. Eranganku keluar seperti suara tercekik yang terdengar sangat jorok bahkan di telingaku sendiri.Dengan wajah memerah, aku memohon.“Sial, ini… sialan! Ah, kumohon, Tuhan… mmm, aku… aku tidak bisa menahannya!”“Jangan menahan diri. Di luar, haah… tidak ada yang bisa mendengar, hmm… kecuali—kecuali aku memberi mereka izin," sahut Rigen. "Tak seorang pun akan mendengarnya — karena suara merdumu ini hanya untukkku, Riel," lanjut Rigen sembari menciumku. 'Milikku.'Rigen memandangku dengan tetapan seperti itu. Seakan-akan men

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   123. Panggil Aku Suami

    "Rigen... 'Mendengar bisikan putus asa itu, Rigen akhirnya membuka bibirnya yang tertutup rapat.“Panggil aku suami.”"…Apa?"“Sebutkan statusku, Riel. Bahwa aku adalah suamimu,” ulangnya dengan nada tegas. “…Itu…”“Lakukan itu, dan aku akan melakukan apa pun yang kamu inginkan.”Dia menggumamkannya pelan, memperhatikan bagaimana ekspresinya yang dulu jernih dan licik berubah menjadi sesuatu yang aneh dan rentan, terkejut oleh permintaan yang tidak kuduga.“Eh…”"Silakan."Bahkan ketika bibirnya yang gemetar terkatup rapat dan matanya yang berlinang air mata menatapnya dengan permohonan diam-diam, dia menahan apa yang sangat diinginkannya.“Silakan panggil aku suamimu, Riel.”Dia memegang kepala penisnya yang berdenyut-denyut tepat sebelum dia masuk, berkedut begitu hebat hingga mengancam untuk masuk.Kepadaku yang tidak tahu betapa besar penderitaan yang dialaminya. Sedikit saja.Hanya sedikit saja—Rigen tampaknya ingin menggodaku. "Ayo, Ariella. Sebutkan siapa aku."Ia bergumam

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   122. Cepat Masukkan, Aku tidak Tahan!

    Rigen mencengkeram payudaraku yang lain dengan kuat. Memutar puncak yang bergetar tepat saat aku melengkung ke arahnya."Ah!"Sisi kiri payudaraku terkubur dalam panas mulutnya. Namun sisi kanan, telanjang dan berkilau di udara terbuka, tersentak karena kejutan kenikmatan yang tiba-tiba.Aku terkesiap, kakiku mencengkeram pinggulnya dengan putus asa secara naluriah.“Hn…”Suara serak rendah di tenggorokan Rigen saat pahaku menegang seperti catok. Masih terkubur di dadaku yang empuk, dia mengerang di kulitku. “Kamu… tidak tahu betapa menggodanya dirimu, Riel.”Rigen mengatakan itu, seraya menggigit putingku. “Ahn—! Hck—ah, ah, ini—ini sakit, Rigen…!”"Ini nikmat, Sayang. Bukan sakit," sahut Rigen dengan tenang. Setiap kali dia berbicara, payudaraku mengeluarkan bunyi letupan basah dan cabul. Giginya terbenam ke bagian bawah yang lembut, mengunyahnya perlahan, dengan sengaja, sebelum menutup bibirnya di sekitar puncak dan mengisapnya dengan keras."Uh, ahhh! R-Rigen, ini, ini....!"

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   121. Di Bawah Kendali Rigen

    Aku menggeliat, tapi genggamannya di pergelangan tanganku menguat. “Diam,” perintahnya lembut tapi dalam. “Kau akan menerima semuanya malam ini. Tanpa membalas. Hanya merasakan.” Aku terengah. Panas. Lemas. Tapi juga... menyala. Tubuhku merespons setiap arahannya. Saat ia melepas bajunya, dan aku melihat matanya membara penuh gejolak dan luka, aku tahu—ini bukan sekadar gairah. Ini pembuktian. Bahwa dia mencintaiku dengan cara yang tak pernah bisa setengah-setengah. Dia masukiku dengan kekuatan yang membuat punggungku melengkung dan napasku terputus. Aku berteriak namanya, dan dia mencengkeram pinggangku, menarikku lebih dalam, lebih kuat, seolah aku adalah pusat semestanya yang tak boleh goyah. “Lihat aku,” desisnya tajam, wajahnya hanya beberapa senti dari wajahku. “Jangan tutup mata. Aku ingin kau tahu siapa yang ada di dalam dirimu.” Aku membuka mata, dan melihat—seluruh dunia yang terkumpul dalam satu tatapan: cemburu, cinta, dendam manis, dan obsesi. Gerakannya s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status