공유

13. Serangan Balik, Tapi Gagal!

작가: Lil Seven
last update 최신 업데이트: 2025-05-01 04:38:29

"Ahhhh. Kamu sangat menyebalkan, Rigen!"

Aku berteriak dengan frustasi, suaraku menggema di kamar yang sunyi.

Entah sudah berapa kali aku melontarkan kalimat itu sejak kejadian kemarin.

Bayangan Rigen meninggalkanku di tengah puncak kenikmatan masih membakar amarah di dadaku.

Bukan karena sekadar ditinggalkan, tapi karena dia melakukannya dengan senyum penuh kemenangan. Alasannya? Menghukumku.

"Alah, pasti cuma alasan saja! Sebenarnya dia juga menikmati menyentuh aku, kaaan??" tuduhku, curiga.

Apalagi kalau mengingat bagaimana penis besarnya kemarin menjulang tinggi di depanku. Dia jelas-jelas juga terangsang.

Sambil mengacak rambut dengan gusar, tubuhku berguling di kasur seperti anak kecil yang marah pada dunia.

Harga diriku hancur berantakan, dikoyak begitu saja oleh pria yang kini menjadi suamiku. Entah apa sebenarnya dendamnya padaku hingga dia tega mempermainkanku seperti itu.

"Padahal kita suami istri, bisa-bisanya dia seperti itu, huhhh!" dengusku, me
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   156. Jason Mengacau

    Jason Ataraka muncul di rumah besar keluarga Rigen dua minggu setelah makan malam keluarga yang penuh air mata itu. Ia datang dari luar kota, seperti biasa, dengan mobil sport dan aura arogansi yang tak pernah benar-benar hilang dari dirinya sejak remaja. “Jason datang?” gumam Tante Ayu, sedikit terkejut. “Katanya mau lihat Nenek,” jawab salah satu sepupu. Tapi semua orang tahu: Jason tak pernah datang tanpa alasan. Dari dulu, Jason dan Rigen tak pernah akur. Bedanya, Jason haus pengakuan, sementara Rigen tak pernah peduli dengan penilaian luar. Itu yang membuat Jason marah. Iri. Bahkan... menyimpan dendam. Dan dendam itu kembali menyala, saat matanya pertama kali melihat Ariella di foto Instagram—sambil memegang perut hamil, bersandar pada Rigen yang terlihat bahagia. “Gadis itu... harusnya milikku,” pikir Jason. Ia percaya pada cinta pandangan pertama. Tapi yang ia punya bukan cinta, melainkan obsesi. *** Sore itu, Jason membawa satu dus kecil ke rumah Ibu Rigen.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   155. Reaksi Keluarga Besar

    Malam itu seharusnya menjadi makan malam keluarga yang hangat. Sebuah pertemuan sederhana di rumah besar sang nenek di Bandung—di mana generasi-generasi keluarga besar Rigen berkumpul hanya beberapa kali dalam setahun. Ariella datang dengan senyum tenang. Perutnya yang mulai membulat dibalut gaun sederhana berwarna krem, membuat pesonanya tampak hangat dan lembut. Tapi sejak menjejakkan kaki ke dalam rumah itu, ia bisa merasakan hawa dingin yang tak kasatmata—seperti kabut tipis yang menggantung di udara. Bukan karena suhu. Tapi karena tatapan. Dan bisik-bisik kecil yang terdengar hanya separuh kalimat. “Cucu pertama, ya?” celetuk seorang tante sambil menatap perut Ariella dengan mata penuh antusias. “Iya, Tante. Sudah masuk bulan kelima,” jawab Ariella sopan, senyumnya tetap terjaga. “Wah, ibu kamu pasti senang banget, Rigen!” seloroh tante lain, kali ini mengarah langsung pada Rigen. Ariella menahan napas. Sementara Rigen, seperti biasa, hanya tersenyum kecil—menjawab dengan

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   154. Ibu Luluh?

    Pagi itu, cuaca terasa cukup cerah. Ariella duduk di halaman belakang vila dengan mengenakan gaun katun longgar dan sandal rumah. Tangannya sibuk menyulam sebuah nama di atas kain kecil. “Malaikat Kecil,” begitu yang tertulis.Hari itu terasa tenang. Rigen sedang pergi ke studio, dan ibunya—yang baru saja kembali hadir dalam kehidupan Ariella—mengirim pesan menanyakan jadwal kontrol kehamilan berikutnya.Ariella mulai terbiasa dengan hari-hari seperti ini. Tidak semuanya mudah, tapi cukup… damai.Hingga ponselnya bergetar pelan.Nomor tak dikenal.Ariella mengernyit, lalu menjawab. “Halo?”Beberapa detik tak ada suara. Lalu terdengar suara yang sudah begitu dikenalnya—bahkan dalam diam.“Ariella.”Napasnya tertahan.“Ini aku… ibu Rigen.”Deg.Ariella langsung berdiri. Jantungnya berdebar tak karuan. Matanya menatap sekeliling, seolah ada yang sedang mengawasinya.“Kenapa ibu meneleponku?” tanyanya, suaranya nyaris bergetar, tapi ia berusaha tetap tenang.“Aku tahu ini pasti mengejutka

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   152. Kamu Tidak Sendiri

    Ariella sedang di dapur, mengiris buah untuk camilan sore. Lagu klasik mengalun pelan dari speaker, dan untuk pertama kalinya setelah beberapa hari… wajahnya agak tenang. Tubuhnya masih mudah lelah, tapi dokter bilang perkembangan janin tetap sehat sejauh ini. Dan itu cukup untuk membuatnya bertahan. Suara pintu depan terbuka. Rigen pulang. Ariella menoleh sambil tersenyum. Tapi senyum itu perlahan memudar saat ia melihat ekspresi suaminya. Bukan marah. Bukan sedih. Tapi… penuh beban. Seolah baru saja melepaskan sesuatu yang berat dari dadanya. Rigen berjalan mendekat. Tidak bicara. Ia hanya memeluk Ariella dari belakang—erat, dalam, dan tanpa jeda. Ariella menggenggam tangan suaminya yang melingkar di perutnya. “Kamu ke mana, Rigen?” bisiknya. Rigen menjawab dengan nada serak yang lembut, “Ke rumah Ibu.” Ariella langsung diam. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Tangan yang tadi memegang mangkuk buah gemetar sedikit. “Kamu… bicara soal itu?” Rigen meletakkan daguny

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   152. Konfrontasi

    Langit sore itu mendung, dan di dalam mobilnya, Rigen menatap setir tanpa benar-benar melihatnya. Ia tidak langsung bicara setelah Ariella mengaku. Ia tidak mengamuk, tidak mengangkat suara, tidak langsung menelpon siapa pun. Namun, malam itu ia tidak tidur. Matanya menatap langit-langit, dan dadanya terasa penuh sesak oleh sesuatu yang selama ini ia pendam, yang akhirnya pecah melalui pengakuan perempuan yang paling ia cintai. Dan hari ini, ia tidak akan diam lagi. --- Rumah ibunya tetap seperti yang ia ingat—besar, mewah, dingin. Tak ada boneka atau lukisan kekeluargaan. Hanya lukisan-lukisan mahal dan ketenangan yang terlalu rapi untuk disebut “rumah”. Ibu membuka pintu sendiri. Wajahnya kaku begitu melihat siapa yang berdiri di ambang. “Rigen?” tanyanya, alis terangkat. “Kamu tidak bilang mau ke sini.” “Memang sengaja,” jawab Rigen, tenang. Ia masuk tanpa diminta. Langsung duduk di ruang tamu. Ibu menyusulnya, duduk perlahan dengan postur tetap tegak. Seperti akan mengha

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   151. Kamu Harus Cerita!

    "HAHH, HAHH!?" Ariella terbangun dengan napas terengah-engah. Keringat membasahi pelipis, punggungnya lengket meski AC kamar menyala. Ia mendongak, butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa ia masih di tempat tidur. Bahwa lampu tidur di sisi ranjang masih menyala lembut. Bahwa Rigen masih tertidur di sebelah, lengannya terentang mencari posisi memeluk, tapi tak menemukan tubuh istrinya. Satu tangan Ariella memegangi perutnya. Perasaan kosong membuncah tiba-tiba. Mimpi itu datang lagi. Bukan mimpi biasa. Tapi mimpi yang membuat tubuhnya dingin dan jiwanya beku. Dalam mimpi itu, ia berdiri sendirian di koridor rumah sakit yang panjang dan gelap. Ia mendengar suara detak jantung—cepat, lalu melambat. Melambat. Melambat. Hingga senyap. Ia berlari menyusuri lorong, membuka pintu-pintu satu per satu. Tapi tak ada siapa-siapa. Tidak ada dokter. Tidak ada Rigen. Tidak ada suara. Sampai ia melihat… sebuah inkubator. Kosong. Lalu suara ibunya berkata pelan dari belakang, “Kamu tidak

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status