Share

291. Kenapa Baik Padaku?

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-09-16 19:39:31
Suara pintu dibanting membuat Ariella terlonjak. Ia meringkuk di tepi ranjang, tubuh kecilnya bergetar, mata masih merah karena menangis.

Rigen berdiri di ambang pintu, napasnya memburu. Matanya tajam, seakan bisa menelanjangi isi hati Ariella.

“Kamu pikir bisa sembunyi dari aku, hah?” cecar Rigen, suaranya rendah tapi penuh ancaman.

Ariella menoleh, bibirnya bergetar. “Aku hanya ingin tenang, Rigen. Aku lelah… aku tidak kuat lagi melihat kamu dengan Lily.”

Rigen melangkah cepat, lalu menarik lengan Ariella dengan kasar. Tubuh mungil itu terhentak, jatuh tepat di dada bidangnya.

“Tenang?” desis Rigen, wajahnya hanya sejengkal dari wajah Ariella. “Tenang berarti menjauh dariku? Menangis di depan laki-laki lain?!”

“Bukan begitu—”

Ariella mencoba menjelaskan, tapi Rigen menekan tubuhnya ke dinding. Tubuh besar pria itu mendominasi seluruh ruang, membuat Ariella terjepit tak berdaya.

“Diam!” bentaknya. Tangannya mencengkeram rahang Ariella, menahannya agar menatap lurus ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   325. Bermain Kotor

    Rigen berdiri di depan cermin, mengancingkan kemeja hitamnya dengan wajah muram. Malam itu ia sengaja mengajak Lily keluar ke sebuah restoran mewah di pusat kota. Bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk menguji sesuatu. Ketika Lily masuk ke ruangannya, mengenakan gaun merah darah yang memeluk tubuhnya dengan sempurna, ia tersenyum manis. “Kamu akhirnya mau mengajakku keluar lagi, Gen. Aku senang.” Rigen menatapnya sekilas, lalu mengambil jasnya. “Anggap saja aku butuh teman bicara.” Lily tertawa kecil, melangkah mendekat dan menggandeng lengannya. “Aku selalu jadi temanmu, sejak dulu. Kamu cuma perlu ingat itu.” Rigen hanya mengangguk, tapi dalam hati ia mencatat—kata-kata itu nyaris sama dengan kalimat di surat lama yang ia temukan semalam. --- Malam berjalan. Di restoran, pelayan menyajikan anggur mahal. Lily tampak begitu menikmati peran sebagai “wanita di sisi bos Ataraka”. “Aku dengar keluarga besar akan mengadakan pesta bulan depan,” katanya sambil memutar gelas an

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   324. Rigen Goyah

    Rigen duduk di ruang kerja malam itu, lampu meja menyinari wajahnya yang penuh garis tegang. Sejak Ariella menutup pintu kamar dengan keras tadi siang, pikirannya tidak pernah tenang. Kalimat Ariella berputar terus di kepalanya:> “Kalau kamu nggak percaya, jangan pernah sentuh aku lagi, Gen.”Ia memijat pelipis, lalu menghela napas berat. Tapi di sisi lain, bayangan Lily yang menangis dan memohon-mohon seolah tak mau mengganggu juga menempel erat. Ia bimbang—siapa yang harus dipercaya?Tok! Tok! Tok!Pintu diketuk pelan. Lily masuk membawa nampan kecil berisi sup hangat. Senyumnya lembut, matanya merah seolah habis menangis.“Gen… aku khawatir kamu belum makan dari siang,” katanya lembut.Rigen mendongak, menatapnya lama. “Kamu nggak perlu repot-repot, Lily. Aku bisa urus diriku sendiri.”“Bukan repot, aku tulus.” Lily menaruh mangkuk di meja, lalu duduk di kursi seberangnya. “Aku tahu kamu lagi kacau. Ariella terlalu keras, kan? Aku hanya ingin kamu tenang.”Nada suaranya penuh kasi

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   323. Lawan, Riel!

    Pagi itu, Ariella duduk di balkon, tubuhnya masih terasa lemah setelah malam panjang bersama Rigen. Rambutnya berantakan, pipinya pucat, dan matanya sembab. Tapi ada sesuatu yang berbeda—bibirnya mengatup rapat, tidak lagi sekadar pasrah.Ia mendengar langkah mendekat. Aroma parfum Lily yang menyengat mendahului tubuh rampingnya. Wanita itu berdiri angkuh di depan pintu balkon, menyilangkan tangan, senyum menyeringai menghiasi wajahnya.“Pagi, Ariella,” sapanya manis, namun nadanya seperti pisau yang dilapisi madu. “Tidur nyenyak? Atau… terlalu lelah meladeni Rigen semalam?”Ariella menoleh perlahan, menatapnya tanpa ekspresi. “Apa yang kamu mau, Lily?”Lily mendekat, tumit sepatunya berketuk angkuh di lantai kayu. “Aku hanya mau mengingatkan. Kamu tahu kan, posisi kamu di sisi Rigen itu cuma sementara. Dia tetap balik ke aku, cepat atau lambat.”Ariella mengepalkan jemari di pangkuannya, menahan diri untuk tidak terpancing. Namun tatapan Lily yang penuh tantangan membuatnya akhirnya

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   322. Kepemilikan

    Ariella duduk di tepi ranjang, tubuhnya masih menyisakan bekas merah keunguan dari malam sebelumnya. Bibirnya kering, matanya sembab. Tapi begitu pintu kamar terbuka, langkah berat Rigen masuk tanpa mengetuk, semua udara di ruangan serasa tersedot keluar.“Apa kamu sengaja menghindariku?” suara rendahnya terdengar berbahaya, nadanya nyaris seperti geraman.Ariella menggertakkan gigi, berusaha berdiri meski kakinya gemetar. “Aku hanya… butuh waktu sendiri, Gen. Kamu terlalu jauh semalam.”Tatapan Rigen menggelap. Ia mendekat cepat, mencengkeram dagu Ariella hingga kepala gadis itu terpaksa menengadah. “Terlalu jauh?” gumamnya sambil menekan lebih keras. “Atau kamu memang sedang mencari alasan untuk lari ke orang lain?”“Jangan tuduh aku macam-macam!” Ariella mendorong dadanya, tapi tubuhnya justru semakin terperangkap di antara ranjang dan tubuh besar Rigen.Dengan kasar Rigen menjepit pinggang Ariella, mendekatkannya sampai dada mereka bertabrakan. “Kamu pikir aku nggak tahu? Tatapanm

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   321. Luka Yang Membakar

    Tangannya menyusuri rambut Ariella, turun ke leher, lalu ke punggung. Setiap sentuhan terasa penuh kesabaran, bukan paksaan. Ariella bisa merasakannya—Rigen sedang menebus rasa bersalah dengan cara yang paling jujur yang ia bisa. “Gen…” Ariella memejamkan mata, merasakan dekapannya semakin erat. Rigen menunduk, bibirnya menelusuri rahang hingga ke leher, meninggalkan jejak lembut. Tidak ada lagi cengkeraman kasar, hanya belaian dan ciuman yang membuat tubuh Ariella bergetar. Ia menahan desahan, tapi tubuhnya merespons, seakan sudah menunggu lama momen di mana Rigen memperlakukannya dengan cinta, bukan emosi buta. “Setiap inci dari dirimu… milikku,” bisik Rigen, suaranya rendah dan berat. “Dan aku akan menjaganya. Bukan menghancurkannya lagi.” Ariella membuka mata, menatap wajahnya yang begitu dekat. “Kau benar-benar menyesal?” “Lebih dari apapun,” jawabnya cepat, jujur. “Kalau aku bisa kembali ke hari itu, aku akan percaya padamu. Tapi sekarang aku hanya bisa berjanji, tidak

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   320. Rigen Sadar

    Rigen duduk di tepi ranjang, kepalanya tertunduk, jemarinya meremas rambut sendiri. Malam itu udara kamar seakan begitu berat, padahal hanya ada suara hujan yang mengetuk jendela. Ariella berdiri tidak jauh darinya, tubuhnya tegak, wajahnya tegas, namun matanya bergetar.“Kenapa kau tidak bicara sejak awal?” suara Rigen serak, terdengar seperti seseorang yang menanggung beban kesalahan besar.Ariella menghela napas. “Aku sudah bicara, Gen. Hanya saja kau tidak mendengarkan. Kau lebih memilih percaya pada orang lain, bukan aku.”Ucapan itu menusuk Rigen lebih dalam daripada seribu pisau. Ia mengangkat wajahnya, menatap Ariella dengan mata merah. “Aku bodoh. Aku terlalu terbawa emosi. Aku…” ia menggenggam udara, seakan mencari kata. “Aku takut kehilanganku padamu nyata. Jadi ketika mendengar kabar itu… aku langsung runtuh.”Ariella memalingkan wajah, menahan emosi. “Kau hampir menghancurkan aku dengan kecurigaanmu sendiri.”Keheningan panjang tercipta, hanya tersisa suara hujan. Hingga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status