Share

80. Berhadapan Dengan Selena

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-06-03 23:04:44

Sepertinya benar kata orang, suami istri yang sedang bertengkar, akan kembali akur dengan bercinta.

Seperti yang kualami dan Rigen sekarang. Pagi ini benar-benar nyaman, Rigen tersenyum padaku, menunggu aku bangun dan mengecup lembut keningku sebelum berangkat bekerja.

"Sarapan sudah tersedia, tapi kalau kamu masih mau tidur, tidur lagi saja," ucapnya dengan nada manis dan senyum lebar.

Sebuah pagi yang indah.

Sayangnya, siang hariku seketika kacau, itu karena Selena yang tiba-tiba datang ke rumah ini, dengan senyuman angkuh, matanya menatapku seolah-olah aku hanyalah gangguan kecil dalam hidupnya.

“Oh? Kamu masih di sini?” katanya dengan nada mengejek.

Aku menatapnya tajam, berusaha menjaga ekspresiku tetap tenang. Aku tidak ingin memberikan kepuasan padanya jika dia tahu bahwa kehadirannya mengusik hatiku.

“Apa maumu, Selena?” tanyaku, suaraku berusaha terdengar datar.

Dia mengibaskan rambut panjangnya yang sempurna.

“Aku hanya ingin memastikan sesuatu,” katanya sambil b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   84. Di Pelukan Rigen

    Tubuhku masih terasa lemas ketika Rigen menarikku ke dalam pelukannya. Keringat kami masih saling menempel, napas kami belum sepenuhnya tenang. Aroma kulitnya, napasnya, detak jantungnya—semuanya begitu dekat, begitu nyata, begitu menenangkan. Di saat seperti ini, saat dunia seolah berhenti berputar dan hanya ada kami berdua, aku memberanikan diri. "Rigen...." Suara itu nyaris seperti bisikan, seperti doa lirih yang keluar dari hati yang bingung. Ia tidak menjawab dengan cepat, hanya menggeser sedikit tubuhku agar lebih nyaman dalam dekapannya. Tangannya menyusup ke rambutku, membelai lembut seolah ingin mengatakan bahwa aku aman di sini, di sisinya. "Ya?" jawabnya akhirnya, tenang. Selalu seperti itu. Suara beratnya dalam jarak sedekat ini selalu punya kekuatan untuk menghentikan logikaku. Aku menggigit bibir, ragu. Tapi aku tetap melanjutkan. "Maaf, boleh aku bertanya?" Rigen tertawa pelan, bukan karena mengejek, tapi seperti seseorang yang tahu lebih bany

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   83. Maaf, Aku Tidak Tahan (21+)

    "Aku tidak pernah bosan denganmu, apalagi saat melakukan hal seperti ini, Riel," ucapnya dengan nada rendah menggoda. Setelah mengatakan itu, Rigen langsung mencari bibirku.Ia menjilati dan mengisap bibir bawahku seolah-olah ingin melahapnya, Rigen mendorong lidahnya yang tebal melalui celah yang terbuka itu, dengan rakus menyeruput setiap tetes air liur seolah-olah ingin sekali melepaskannya."E-eh, eh, Rigen.... "Merasa seperti hendak ditelan bulat-bulat, aku mencoba melarikan diri, tetapi seperti biasa, cengkeraman Rigen membuat aku tak bisa berkutik. "Riel."Rigen tiba-tiba berbisik, di tengah ciuman kami yang memanas. "A-apa?"Tergagap karena tidak siap di panggil tiba-tiba dalam situasi ini, aku menjawab. “Apakah ada orang lain yang bersikap kasar padamu hari ini?”Seakan tahu sumber kegelisahanku, Rigen bertanya. Tangannya yang besar membelai leherku dan beralih ke daguku, membuat aku mendongak menatapnya. Begitu tatapan kami bertemu, mulutku sudah terbuka, hendak mence

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   82. Kamu Istriku

    Aku tidak tahu harus menjawab apa, karena seluruh tubuhku sudah bergetar dalam antisipasi. Aku menatapnya dengan gugup. Jarak kami begitu dekat, aroma khasnya memenuhi inderaku, membuatku sulit berpikir jernih. "Tidak menjawab? Aku anggap itu izin, Istriku," ucapnya sambil tersenyum miring. Kubuka mulut untuk protes, tapi Rigen sudah lebih dulu membungkuk, bibirnya mengecup keningku lembut. Satu tangannya masih memegang daguku, sementara yang lain melingkari pinggangku, menarikku semakin dekat ke tubuhnya. "Kamu wangi," gumamnya pelan di telingaku, suaranya terdengar begitu menggoda. Aku bisa merasakan panas menjalar di pipiku. "Rigen, makan malam kita belum selesai..." bisikku, mencari alasan agar bisa sedikit menjauh. "Aku lebih tertarik padamu dibandingkan makanan," jawabnya tanpa ragu. Jantungku berdebar lebih cepat. Aku mencoba mendorong dadanya, tapi dia justru mempererat pelukannya, membuat tubuh kami hampir tanpa celah. "Jangan lari," bisiknya sebelum mencium pi

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   81. Rigen, Cium Aku

    Ketika suara pintu dibuka terdengar dari arah depan, aku segera menghentikan aktivitas di ponsel dan menoleh, pura-pura cemberut di atas sofa. “Rigen,” panggilku dengan nada manja, sengaja dibuat terdengar sedikit merajuk. “Aku menunggumu sejak tadi.” Rigen yang baru saja melepas jas yang dengan sigap diambil pelayan, menatapku dari ambang pintu ruang tamu dengan satu alis terangkat, tampak sedikit terkejut. “Ada apa dengan ekspresimu itu?” tanyanya heran. Aku menarik napas perlahan, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, “Aku merasa lelah dan sedikit kesepian hari ini. Bolehkah aku meminta satu hal?” Tatapannya melembut. “Apa itu?” “Ciuman,” ucapku pelan, hampir seperti bisikan. Alih-alih menertawakan atau menggodaku seperti biasanya, ia justru tersenyum kecil, lalu melangkah pelan mendekat. Tatapannya teduh, suaranya mengandung kehangatan. “Kamu manja sekali hari ini,” ujarnya sambil tertawa kecil. Lalu, tanpa banyak kata, ia merengkuh tubuhku dalam pelukannya dan menempelka

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   80. Berhadapan Dengan Selena

    Sepertinya benar kata orang, suami istri yang sedang bertengkar, akan kembali akur dengan bercinta. Seperti yang kualami dan Rigen sekarang. Pagi ini benar-benar nyaman, Rigen tersenyum padaku, menunggu aku bangun dan mengecup lembut keningku sebelum berangkat bekerja. "Sarapan sudah tersedia, tapi kalau kamu masih mau tidur, tidur lagi saja," ucapnya dengan nada manis dan senyum lebar. Sebuah pagi yang indah. Sayangnya, siang hariku seketika kacau, itu karena Selena yang tiba-tiba datang ke rumah ini, dengan senyuman angkuh, matanya menatapku seolah-olah aku hanyalah gangguan kecil dalam hidupnya. “Oh? Kamu masih di sini?” katanya dengan nada mengejek. Aku menatapnya tajam, berusaha menjaga ekspresiku tetap tenang. Aku tidak ingin memberikan kepuasan padanya jika dia tahu bahwa kehadirannya mengusik hatiku. “Apa maumu, Selena?” tanyaku, suaraku berusaha terdengar datar. Dia mengibaskan rambut panjangnya yang sempurna. “Aku hanya ingin memastikan sesuatu,” katanya sambil b

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   79. Kenikmatan

    Dengan kepala tertunduk, Rigen mengulang kata-kata kenikmatan tanpa daya, dia mencium daguku sambil menekan pangkal klitorisku dengan bantalan ibu jarinya. Aku mengeluarkan erangan seperti jeritan dan mengeluarkan cairan."A-ahhh!"Rigen tampak menghela napas pelan, melihat cairan bening mengalir keluar. Wajahku memerah karena malu, tetapi sekarang tidak mungkin untuk menyembunyikannya.“R-Rigen. Jangan menatapku seperti itu……”“Kalau begitu, haruskah aku menutupinya seperti ini?”Tangan yang menarik pinggangku mencengkeram paha kiriku dan mengangkat kakiku ke atas.Saat aku melingkarkan tanganku yang lemah di belakang lehernya lagi, bulu kemaluan yang kasar bergesekan dengan kulitnya yang telah berubah semerah mawar.Ah.Rasanya otot-ototku kejang karena ketegangan.Bagai seekor predator yang menelan mangsanya yang gemetar bulat-bulat, penisnya yang tebal itu menghunjam ke dalam diriku hanya dengan satu tarikan napas.“Hngg!”Di bawah terasa panas membara. Saat aku secara naluriah me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status