Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Bab 4 - Siapa Lelaki Yang Sudah Menidurimu?

Share

Bab 4 - Siapa Lelaki Yang Sudah Menidurimu?

Author: AliceLin
last update Last Updated: 2023-04-27 12:01:40

“Kamu masih tidak mau bicara, hah?”

Suara teriakan pria tua yang menggelegar terdengar membahana di tengah ruang keluarga kediaman Lysander. Terlihat sosok Amora yang tengah duduk bersimpuh di lantai ruangan tersebut. Wajahnya tertunduk dalam.

Manik mata Amora melihat sepasang kaki milik pria tua yang sedang berdiri di hadapannya dengan satu tongkat di tangannya. Dia adalah Charlie Lysander, kakek kandungnya.

Plak!

Tiba-tiba saja sebuah tamparan pedas yang dilayangkan pria tua itu mendarat di pipi Amora. Tubuh Amora tersungkur di lantai karena tamparan tersebut.

Kedua bola mata Amora membulat besar. Buliran kristal mengalir deras di kedua pipi Amora. Salah satu tangannya memegang pipinya yang memanas karena tamparan tersebut. Ia tidak menyangka sang kakek akan memberikan pukulan atas sikap diamnya.

“Cukup, Charlie! Apa kamu harus memukulnya seperti ini?”

Seorang wanita tua yang sedang duduk di kursi rodanya, segera menyela tindakan Charlie yang hendak melayangkan tamparan kepada Amora lagi. Wanita tua itu adalah Gilda Orlena, nenek kandung Amora yang tidak lain adalah istri Charlie sendiri.

Perlahan Charlie menurunkan tangannya kembali dan mendengkus kesal. “Tamparan saja tidak cukup untuknya!” cetus pria tua itu.

Wajah Charlie benar-benar nanar. Ia sangat murka ketika mengetahui hal bodoh yang dilakukan cucunya semalam.

Perlahan Amora bangkit, tetapi ia masih duduk bersimpuh di depan kakeknya. Wajahnya masih tertunduk dalam. Ia tidak berani menatap langsung wajah orang-orang yang sedang berkumpul di ruang keluarga kediaman Lysander tersebut.

Amora tidak tahu kenapa semua orang tiba-tiba bisa berkumpul di rumahnya. Ketika ia diantar oleh Chris, ia menemukan semua orang sudah berada di sana seolah sedang menunggu kedatangannya untuk melihat dirinya yang hina.

“Dia sudah mempermalukan nama baik keluarga Lysander! Apa menurutmu, aku tidak harus menamparnya? Ini semua karena kamu yang sudah terlalu memanjakannya, Gilda!” teriak Charlie lagi dengan penuh amarah kepada istrinya.

Amora terisak lirih. Ia tahu jika perbuatan yang dilakukannya tanpa sadar telah memalukan nama keluarga besar Lysander. Ia tidak bisa menampik perkataan kakeknya. Namun, ia tidak bisa diam saja melihat neneknya dibentak di hadapannya dan semua orang yang hadir di dalam ruangan itu.

“Kakek, jangan menyalahkan Nenek. Ini tidak ada hubungannya dengan Nenek,” timpal Amora dengan berani.

Selama ini di dalam keluarga Lysander, hanya Gildalah yang selalu menyayanginya dan memperlakukannya seperti layaknya keluarga. Keberadaan Amora selama ini di dalam keluarga Lysander tidak sebaik seperti yang dibayangkan orang-orang luar.

“Kamu masih bisa membantah, hm?” Charlie langsung mengangkat tongkat di tangannya, lalu mengayunkannya dengan kuat ke arah cucunya tersebut.

Netra Amora terpejam erat. Ia langsung menciutkan tubuhnya dengan kedua tangan menyilang di depan wajahnya. Ia berpikir tongkat itu akan menghantamnya dengan kuat. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi karena Chris telah lebih dulu menahan tongkat tersebut dengan satu tangannya.

“Tuan Besar, maafkan kelancangan saya. Tapi, memukul dan menampar bukanlah penyelesaian yang baik,” ujar Chris mengingatkan pria tua itu dengan tegas.

Wajah Charlie memerah seketika, lalu perlahan ia menurunkan tongkatnya. Ia berdeham pelan untuk menutupi rasa malunya.

Helaan napas lega pun bergulir dari bibir Gilda. Jantungnya hampir saja berhenti berdetak ketika melihat tindakan suaminya tadi.

Pandangan Gilda beralih kepada wajah para tamu agungnya, yaitu pasangan suami istri Walden yang juga sangat terkejut dengan aksi Chris yang menghentikan tongkat kepala keluarga Lysander tersebut.

Cassandra Winston, ibu kandung Chris Walden segera menghampiri putranya dengan panik dan memeriksa keadaan putranya yang hampir terkena pukulan tongkat kakek Amora tersebut.

"Apa kamu tidak apa-apa? Apa ada yang luka, Dear?" tanya Cassandra dengan cemas.

Chris hanya menggeleng kecil, lalu menepuk pundak ibunya agar tenang. “Saya baik-baik saja, Mom.”

“Maafkan suami saya, Nyonya Walden. Maafkan juga kami yang tidak bisa mendidik Amora dengan baik,” ucap Gilda dengan penuh sesal.

Ekspresi penuh rasa bersalah juga menghiasi wajah Amora. Ia tidak suka melihat neneknya harus menundukkan kepalanya kepada Cassandra. 

“Benar-benar mirip sekali dengan ibunya,” cibir Cassandra.

Nyonya Walden tersebut mendengkus sinis. Ia menatap Amora dengan sinis, lalu beralih kepada putranya yang berdiam diri dengan raut wajah datar. Ia melihat sikap datar yang ditunjukkan putranya saat bertemu pandang dengan Amora. Hal tersebut membuat Cassandra cukup senang.

Dada Amora terasa sesak melihat sikap asing yang ditujukan Chris padanya. Ia tahu jika rasa sesalnya tidak dapat menggantikan kekecewaan dan kemarahan kekasihnya tersebut.

“Padahal aku sudah memperingatkanmu, Chris. Tapi, kamu tidak mau mendengarkan ucapanku. Sekarang kamu lihat sendiri kan seperti apa wanita pilihanmu ini?” lanjut Cassandra yang langsung menyudutkan Amora di depan putranya.

Chris tidak menjawab. Kedua tangannya terkepal erat dan memandang kekasihnya yang masih tertunduk dalam tangisan diam di bawah kaki Charlie. Ia pun melangkah pelan, lalu mengulurkan tangannya kepada kekasihnya itu.

Amora tersentak. Ia tidak menyangka Chris masih mau mengulurkan tangan untuknya. Perlahan Amora mengangkat wajahnya yang bersimbah air mata. Uluran tangan yang diberikan padanya seolah memberikan sebuah harapan untuknya.

Akan tetapi, sebelum Amora menyambutnya, Cassandra dengan cepat menghampiri Chris. Wanita paruh baya itu menarik tangan putranya menjauh dari Amora.

“Chris, apa kamu sudah gila? Apa kamu masih mau menerimanya sebagai istrimu? Dia sudah kotor!”

Ucapan yang dilontarkan Cassandra membuat hati Amora terasa perih. Akan tetapi, Amora tidak dapat membantah perkataannya karena memang demikian kenyatannya.

“Sadarlah, Chris. Buka matamu lebar-lebar. Apa bagusnya dia? Mama tidak akan setuju dengan pernikahan kalian. Kalau kamu masih mau menerimanya, langkahi dulu mayat Mama!” Cassandra langsung mengeluarkan pernyataan perangnya kepada putranya.

Chris tersentak. Ia merasa tidak berdaya untuk menentang keputusan ibunya itu. Namun, di satu sisi, Chris tidak dapat memungkiri bahwa perasaannya kepada Amora sangatlah besar.

Meskipun wanita itu sudah mengkhianati cinta mereka, tetapi Chris tidak bisa langsung menghapus perasaannya kepada kekasihnya itu. Ia yakin ada alasan besar hingga Amora melakukan hal yang tidak sepatutnya ia lakukan.

Kebencian Cassandra terhadap Amora tidak mengejutkan Chris. Ketika baru memulai hubungan mereka, sang ibu memang sudah tidak menyukai Amora.

Cassandra pernah memperingatkan Chris bahwa Amora Lysander adalah putri dari wanita yang telah diusir dari keluarga Lysander. Akan tetapi, Chris tetap bersikeras dengan hubungan mereka dan berkata untuk tidak menyamakan Amora dengan seseorang yang sudah tiada.

Patricia Lysander—ibu kandung Amora adalah putri bungsu keluarga Lysander. Karena hamil di luar nikah, Patricia diusir dari keluarga Lysander. Sampai saat ini Amora tidak tahu siapa identitas ayah kandungnya yang sebenarnya karena tidak ada yang mengetahuinya selain ibunya sendiri.

Saat kehamilannya baru diketahui, Patricia hanya mengatakan kepada keluarganya bahwa lelaki itu tidak akan pernah mempertanggungjawabkan kehamilannya. Kala itu Charlie Lysander juga semurka ini kepada putrinya, lalu memintanya untuk menggugurkan kandungannya.

Akan tetapi, Patricia sangat keras kepala ingin mempertahankannya sehingga Charlie mengusirnya dari rumah dan mencoret nama putrinya dari kartu keluarga.

Setelah melahirkan Amora, Patricia meninggal karena kehilangan banyak darah. Sebagai seorang wanita, Gilda Orlena tidak bisa diam saja melihat cucunya yang baru lahir harus dibawa ke panti asuhan sehingga ia memohon kepada suaminya untuk mengakui bayi tak berdosa itu menjadi anggota keluarga mereka.

‘Ya Tuhan … Apa kesalahan yang sudah kuperbuat di masa lalu sampai anak dan cucuku harus mengalami hal yang sama?’ batin Gilda yang merasa sangat sedih. Sungguh, wanita tua itu tidak pernah menyangka tragedi memalukan itu kembali terulang pada diri Amora, cucu kesayangannya.

“Mau sampai kapan kamu menutup mulutmu, Amora? Apa kamu tidak mau mengatakan siapa lelaki yang sudah menidurimu?"

Suara Charlie membuyarkan lamunan Gilda. Suaminya itu kembali membentak Amora. Sebelum Amora membuka suaranya, Charlie telah melemparkan lembaran foto yang diambilnya dari atas meja ke wajah Amora.

"Katakan! Siapa lelaki berengsek ini?" bentak Charlie sekali lagi.

Amora tercengang. Sepasang netranya yang basah memandang foto yang berserakan di atas lantai dengan bingung. Di dalam foto itu terlihat jelas wajah Amora yang sedang digendong oleh seorang pria masuk ke dalam lift hotel.

Meskipun wajah pria itu tidak terlihat jelas, tetapi foto itu sudah menjelaskan bahwa telah terjadi sesuatu di antara mereka selama semalaman suntuk. Akhirnya Amora sadar bahwa ada seseorang yang sengaja ingin menjebaknya untuk menghancurkannya. Jika tidak, foto-foto ini tidak mungkin jatuh ke tangan kakeknya.

“Siapa yang sudah memberikan foto ini?” tanya Amora dengan penuh selidik.

“Apa sekarang perlu mencari tahu siapa yang memberikan fotonya?”

Kelvin Walden, ayah Chris yang sejak tadi duduk diam akhirnya membuka suaranya. Wajahnya benar-benar tampak nanar hingga ia merasa hanya makian saja yang akan dilontarkannya jika ia ikut campur dalam penghukuman yang dilakukan Charlie Lysander terhadap Amora tadi.

Sebenarnya pagi ini ia dan istrinya datang untuk membahas masalah pernikahan yang akan diadakan satu minggu lagi. Akan tetapi, mereka malah mendapatkan foto yang memalukan seperti ini. Ia pun menuntut pertanggungjawaban dari Charlie Lysander atas tindakan yang dilakukan Amora.

“Saya tidak ingin menghabiskan waktu melihat drama keluarga kalian. Apa pun alasannya, saya tidak bisa menerima Amora menjadi menantu keluarga Walden!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Keysa Keysi
dijebak musuh yang dianggap bestiekah . seru ceritanya .
goodnovel comment avatar
Fitria Pangumpia
sedih baca cerita ini
goodnovel comment avatar
Vivi Wibowo
batu baca saya mah,tp bahus kom,penasaran.lanjut tk baca dulu lanjutannya.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang Mafia   Bab 529 - The End

    Satu per satu acara pun dimulai dan berakhir dengan lancar. Regis juga memperkenalkan kedua putranya yang menjadi kebanggaan keluarga Lorenzo di hadapan para tamunya. Kali ini Regis tidak melarang beberapa awak media terpercaya untuk meliput kedua buah hatinya itu. Namun, para bawahan Regis tetap memberikan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengambil gambar. Akhirnya tiba saatnya sesi pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh Amora sebagai mempelai wanita. Para gadis maupun pemuda lajang telah bersiap-siap untuk berebutan buket dari sang mempelai wanita.Biana juga telah bersiap di posisinya. Pada hitungan ketiga, buket bunga tersebut melayang di udara dan semua orang berlomba-lomba menggapainya. Buket bunga tersebut beralih dari satu tangan ke tangan yang lain hingga akhirnya seseorang berhasil merebutnya! Seketika suasana menjadi sangat hening, semua orang berdiri mematung untuk melihat sosok yang beruntung tersebut. Biana tampak kesal karena ia tidak b

  • Gairah Berbahaya sang Mafia   Bab 528 - Extra Part 11

    Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading dan tiara cantik yang menghiasi puncak kepalanya serta juntaian wedding veil yang menutupi sebagian wajahnya, Amora berjalan selangkah demi selangkah menuju ke arah suaminya, Regis Lorenzo. Wanita itu mengamit lengan Alejandro Volker selaku ayah kandungnya. Mereka berjalan berdampingan. Terlihat sosok sepasang malaikat kecil di depan mereka yang berpenampilan tampan dan imut. Mereka tidak lain adalah Rayden dan Kimmy. Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menebarkan kelopak bunga mawar yang menuntun langkah mempelai wanita menuju ke ujung aisle. Sementara itu, tiga orang bridesmaid berjalan di belakang Amora. Mereka adalah Estelle Mauverick, Biana Curtiz dan Alicia Lorenzo. Amora memandang ke sekelilingnya. Ia bertemu pandang dengan beberapa orang terdekatnya seperti Noel Ritter, Chris Walden, Bianca Lysander, Hilde Maven, Henry Allen serta Emma Adams yang sedang menggendong buah hatinya, Ryuji Lorenzo. Amora memberikan la

  • Gairah Berbahaya sang Mafia   Bab 527 - Extra Part 10

    “Ada apa? Kamu masih saja cemburu dengan mantan istrimu?” goda Gino yang sejak tadi memperhatikan Regis di belakangnya. Malam ini pria itu memang menjadi groomsmen-nya alias pendamping mempelai pria. Regis hanya melayangkan tatapan tajamnya. Ia enggan menanggapinya. “Aku mengerti. Mantan memang sulit dilupakan. Apalagi mantan pertama. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya,” geram Gino yang dapat memahami perasaan Regis. Istrinya juga masih beberapa kali bertemu dengan mantan suaminya karena mantan suami istrinya itu ingin bertemu dengan Kimmy, putri mereka. “Apa mau aku membantumu?” tawar Regis dengan serius. Gino langsung meliriknya dengan syok. Tentu saja ia memahami maksud dari Regis. “Mengambil nyawanya bukan penyelesaian yang baik, Regis. Kalau Estelle dan Kimmy tahu aku yang sudah menghabisi ayah kandungnya, mau ditaruh di mana wajahku ini,” timpalnya. Regis mengulum senyumnya. “Dasar pengecut,” ledeknya. Gino mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia mengedarkan pandangannya ke

  • Gairah Berbahaya sang Mafia   Bab 526 - Extra Part 9

    “Ada apa, Amora?” tanya Estelle dan Biana secara serempak. Mereka tampak khawatir melihat kondisi Amora. Namun, Amora menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus memompa asiku dulu deh. Tapi, aku tidak bawa alatnya lagi,” cicitnya. “Tenang saja. Aku bawa kok. Pakai punyaku dulu saja,” sahut Estelle sembari mengambil tas ransel yang berisi berbagai barang keperluan putra keduanya. Amora pun meminjam peralatan pompa asi dari sahabatnya, lalu bergegas menyelesaikan kegiatannya dan kembali melanjutkan persiapannya untuk acara malam ini. “Tolong kalian gunakan jari-jari ajaib kalian untuk menyulapnya menjadi ratu tercantik sejagat raya malam ini,” pinta Estelle kepada para penata rias dan penata busana pilihannya. “Serahkan saja kepada kami, Nyonya Moonstone!” sahut tim tersebut. *** Suara alunan piano memenuhi di sekitar lahan hijau yang telah didekorasi dengan sangat cantik. Pintu masuk menuju ke area resepsi acara juga telah dihiasi dengan aneka bunga segar berwarna put

  • Gairah Berbahaya sang Mafia   Bab 525 - Extra Part 8

    “Apa? Pesta pernikahan?” Amora menatap Mark dengan syok, lalu memandang Biana dan Estelle yang sedang tersenyum sumringah padanya. “Sejak kapan kalian merencanakan semua ini, hm?” selidik Amora dengan sengit. “Maaf, Amora. Kami benar-benar tulus ingin memberikan kejutan. Tolong jangan marah,” cicit Estelle. “Benar, Amora. Aku juga terpaksa mengikuti rencana mereka. Tapi, percayalah kalau kami tidak pernah bermaksud buruk padamu,” timpal Biana dengan bersungguh-sungguh. “Ck, kalian benar-benar tidak setia kawan, huh?” Amora mengomeli kedua sahabatnya. Ia masih sangat kesal dibohongi dan dipermainkan seperti orang bodoh. “Tentu saja kami setia kawan, Amora. Kami ingin kamu bahagia,” cetus Estelle yang diikuti anggukan oleh Biana. “Sia-sia saja air mataku tadi,” sungut Amora dengan wajah ditekuk masam. Regis menghampiri istrinya tersebut, lalu menyeka sudut mata wanita itu yang masih berair. “Jangan marah lagi, Sayang. Maafkan aku. Aku bersedia menerima hukuman apa pun,” ucapnya.

  • Gairah Berbahaya sang Mafia   Bab 524 - Extra Part 7

    Suara letusan konfeti mengagetkan Amora. Refleks, ia memejamkan matanya dan taburan potongan kertas warna-warni menghujani tubuhnya. “Surprise!” Seruan penuh semangat terdengar di telinganya. Ketika ia membuka matanya kembali, ia disuguhkan dengan kehadiran Regis yang telah berdiri di depan matanya. “Regis?” Amora menatap suaminya dengan kening yang berkerut. Pandangan Amora pun mengedar ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan di dalam ruangan itu. Justru ia malah dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang dikenalnya. “Kalian ….” Amora memandang satu per satu sosok tersebut dengan bingung. Tatapannya terhenti pada Alicia yang berdiri di sampingnya. Gadis itu memegang konfeti yang diletuskannya tadi. Amora pun menginterogasinya. “Alicia, kenapa kamu bisa ada di sini? Apa maksud semua ini? Di mana wanita itu?" "Wanita?" Regis memandang Amora dengan bingung. "Tidak usah berpura-pura, Regis. Apa kamu menyembunyikannya?" selidik Amora. Ia telah mendorong d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status