Virna menemui Omawa dan dia ingin menceritakan semuanya pada pria itu. Dia sadar atas apa yang sudah terjadi sekarang ini.
"Paman."
Virna menghampiri Omawa yang tengah duduk santai di rumahnya. Dia melihat kearah pria itu dengan pandangan serius.
"Duduk Virna."
"Iya Paman."
Omawa melihat Virna yang kini tengah duduk tenang, lalu pandangan matanya melihat kearah Virna yang sedikit terlihat pucat.
"Katakan apa yang sudah terjadi sebenarnya?" tanya Omawa melihat kearah Virna dengan pandangan seriusnya.
"Jadi begini Paman, aku datang ke sini karena aku sudah menyerah untuk bekerja sebagai maid. Lagian Paman Gustav juga sudah mengetahui kalau itu adalah aku. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya dengan hal lain." Virna mengatakan itu pada Omawa.
"Apa rencana mu selanjutnya?" tanya Omawa melihat kearah Virna.
"Aku belum tau pasti tentang hal itu. Tapi aku merasa yakin kalau Pam
Randy sarapan bersama dengan keluarganya. Entah kenapa dia malah terus saja memperhatikan para maid yang ada di sini. Tyas melihat kearah anaknya dan tersenyum. Sebenarnya Tyas tau apa yang saat ini sedang dicari oleh Randy. Tapi dia tidak akan mengatakan semuanya sebelum Randy yang akan bertanya sendiri. "Papah perhatian kamu malah melihat kearah para maid,. Apa apa sebenarnya Randy?" tanya Gustav pada anaknya. Randy jadi merasa malu ketika menanyakan sendiri yang menanyakan itu. Dia terlalu gengsi untuk menanyakan tentang Virna. "Tidak juga." Randy yang salah tingkah langsung menyuapkan nasi pada piringnya. Dia merasa ada sesuatu yang membuat dia malah merasa jadi aneh. "Kamu yakin?" tanya Tyas yang menggoda anaknya. "Jika kamu ingin bertanya tentang Virna, wanita itu sudah tidak lagi bekerja di sini." Gustav mengatakan itu pada Randy. Uhuk.. Randy hampir saja tersedak
Virna sudah mulai bekerja di perusahaannya. Omawa yang sudah memperkenalkan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. Banyak yang pro kontrak ketika dia yang menjadi pemimpin perusahaan."Apa kamu yakin wanita itu bisa memimpin perusahaan sebesar ini?" tanya seorang wanita."Aku sih tidak yakin. Kinerjanya pastj buruk. Masih bagus Pak Omawa.""Iya benar sekali."Virna masih mendengar percapakan orang yang merendahkan dirinya. Dia sebenarnya merasa kesal tapi dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya."Sudah jangan dengarkan apa yang mereka katakan."Omawa mengatakan itu lalu dia merangkul Virna untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya bekerja saat ini. Dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya."Iya Paman.""Sekarang lebih baik kamu masuk ke dalam ruangan perusahaan kamu."Omawa mengatakan itu lalu dia menuntun Virna untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya akan bekerja di tempat ini.&nbs
Randy sedang berada di kantornya, dia teringat dengan misinya kalau dia harus melakukan kerjasama dengan salah satu perusahaan yang dikatakan oleh Papahnya."Dodi!"Panggil Randy pada seorang sekerarang menjadi sekertaris dirinya. Dia memanggil pria itu untuk melakukan kerjasama."Iya Pak Randy," ucap orang tersebut dengan sopan."Aku ingin kamu mengatur kerjasama dengan Perusahaan Wijaya sekarang. Atur semua pertemuanku dengan pemilik perusahaan itu."Randy mengatakan itu dengan tagas. Dia akan melakukan hal yang terbaik untuk dirinya. Apalagi demi papahnya agar tidak marah lagi padanya. Soal mendekati anak pemilik Perusahaan Wijaya nanti, dia yang akan mengurusnya sendiri."Baik Pak Randy."Randy tersenyum tipis, sampai pada akhirnya ponselnya berdering tanda ada orang yang memang memanggil dirinya. Semua yang dia lakukan maka, akan jadi lebih baik."Hallo!""Siang Pak Randy, saya hanya ingin memberik
Virna tersenyum ketika melihat dukumen kerjasama dengan Perusahaan Gustav. Sekaligus dia ingin mengetahui tentang kerjasama dulu yang secara tiba-tiba dibatalkan. Dia yakin kalau ada sesuatu yang aneh.Virna belum berdiskusi dengan pemannya tentang kerjasama ini. Lagian Virna yakin kalau Paman Omawa juga pasti akan setuju dengan keputusan yang dia ambil ini."Permisi Bu Virna, mereka sudah ada di depan."Virna tersenyum, pasti yang akan datang menemui dirinya adalah Paman Gustav, dia ingin melakukan hal yang baik untuk dirinya sendiri."Suruh mereka masuk ke sini saja!""Baik Bu Virna."Virna melihat sekertarisnya itu keluar untuk memanggil tamu. Virna sudah tidak sabar ingin menyambut mereka sekarang."Selamat da..." ucapan Virna tiba-tiba terhenti ketika melihat siapa orang yang masuk ke dalam ruangan ini, dia kira Paman Gustav yang akan datang ke sini, tapi dia salah ketika mengetahui kalau orang yang ada di
"Aku hanya bertanya saja Randy."Virna mengatakan itu dan Randy tersenyum manis."Ini kamu memanggilku tanpa ada embel-embel Tuan Muda lagi?" goda Randy.Virna yang digoda seperti itu langsung bersidekap dengan sangkuh. "Karena aku sudah bukan maid mu lagi."Randy malah merasa gemas dengan Virna yang menurut dia baik. Semua yang dia lakukan memang benar adanya."Kamu benar Virna. Apa kamu keluar karena aku keluar dari rumah?" tanya Randy.Virna terdiam, seketika dia jadi teringat dengan alasan yang sebenarnya dia keluar dari perusahaan ini. Dia langsung repleks memegangi perutnya. Mengingat Randy yang pasti sudah menikah dengan Windy malah membuat dadanya merasa sesak."Aku punya alasan lain kenapa aku keluar dari rumahmu!" ketus Virna."Yah tentu saja. Alasannya karena kamu akan menjadi seorang CEO di perusahaan ini bukan? Lalu untuk apa kamu menyamar jadi maid di rumahku hah!" ucap Randy ya
Virna menemui seseorang, dia hanya ingin memastikan data yang baru saja dia lihat sekarang. Entah kenapa dia merasa penasaran dengan masa lalu ayahnya."Desi bisa kau ceritakan tentang ini?"Desi adalah wanita berumur 45 tahun, wanita itu yang dulu bekerja sebagai sekertais ayahnya. Virna akan menyelidiki alasan kenapa perusahaan ayahnya waktu itu sempet bangkrut. Mungkin saja ini juga ada hubungannya dengan kematian ayahnya."Ini adalah perusahaan yang ikut bangkrut juga. Perusahaan ini sempat mendapatkan suntikan dana dari ayah anda. Mungkin karena mereka bisa dibilang pernah dekat," jelas Desi membuat Virna merasa aneh."Pernah dekat bagaimana maksud kamu?" tanya Virna yang belum juga paham."Aku gak bisa menceritakan semuanya padamu Virna. Karena ini memang bersifat privasi."Virna dibuat penasaran, "aku mohon.""Maaf Virna," ujar Desi."Apa perusahaan itu masih ada?" tanya Virna penasara
Omawa datang menemui Virna setelah mengetahui kalau perusahaan yang keluarga Wijaya ini malah bekerjasama dengan Perusahaan Gustav Stevanus."Kenapa kamu malah melakukan kerjasama dengan perusahaan itu hah!"Omawa terlihat marah sambil melihat kearah Virna. Dia baru pertama kalinya melihat pamannya begitu marah besar. Memangnya ada apa dengan semuanya ini."Duduk dulu paman, kita bebicara secara dingin."Virna mengatakan itu agar membuat pamannya bisa tenang. Lagian dia punya cara lain untuk menyelidiki semuanya."Bagimana bisa aku tenang? Gustav itu adalah musuh kita Virna! Kamu harus tau tentang hal itu.""Tapi aku melihat kalau Paman Gustav baik selama ini."Omawa menatap Virna dengan tajam. "kamu hanya melihat luarnya saja. Oh aku tau kenapa kamu bekerjasama dengan perusahaan itu, kamu suka dengan anaknya?"Virna terdiam ketika pamannya bertanya seperti itu padanya. Apa dia mempunyai perasaan dengan
Virna melihat alamat yang ada di tangannya, dia hanya ingin menastikan kalau alamat yang diberikan oleh Pamannya memang benar.Virna harus bertemu dengan Mulani karena wanita itu pasti tau semuanya. Atau mungkin wanita itu yang sudah menbuat ayahnya bangkrut.Virna melihat pada kaca spion mobilnya ketika merasa sedang diikuti oleh seseorang."Dia tidak pernah puas untuk terus saja mengangguku."Virna sedikit merasa kesal setelah tau kalau hal ini akan terjadi padanya. Entah kenapa dia malah ingin melakukan hal yang baik.Virna mengencanngkan laju mobilnya karena kesal. Rupanya Randy malah mengikutinya dari belakang."Untuk apa kamu mengikutiku hah!"Virna mengatakan itu ketika kaca mobilnya sengaja dia buka karena memang ingin berbicara dengan Randy."Kamu sendiri tidak mau aku antar bukan! Jadi jangan salahkan aku jika aku mengikutimu."Randy mengatakan itu dengan santai dan tanpa beban apa