"VIRNA!"
Virna menoleh kearah orang yang barusan memanggil namanya. Dia merasa panik karena barusan keluar dari kamar milik Randy.
"Kamu dari mana saja hah?" marah Sari pada Virna.
Viran merasa kebingungan akan menjawab apa tapi, Sari sudah lebih dulu memotong pembicaran dirinya kembali. "Lupakan saja, aku mencarimu karena kamu saat ini sedang dicari oleh Nyonya Tyas."
Virna tau tadi Tyas memang sempat ke kamar Randy untuk mencari dirinya tapi, Randy malah memberikan alasan lain dan tidak memberitahu dirinya saat ini ada di mana. Virna harus bertemu dengan ibunya Randy saat ini.
"Di mana dia sekarang?" tanya Virna langsung mendapat pukulan dari Sari.
"Kamu bicara yang sopan, jangan sebut Nyonya dengan dia. Sebutnya Nyonya," Sari yang merasa senior malah menceramahi Virna.
Virna sadar kalau dirinya memang salah sebut. Kali ini dia harus bisa berbicara dengan formal agar tidak ada orang yang curiga padanya.
"Maaf aku salah."
Virna hanya mengatakan itu saja dengan sekilas lalu tersenyum dengan singkat. Ada hal yang memang harus dia perbaiki dengan benar dan harus sesuai dengan keinginan dirinya. Dia berjalan bersama dengan Sari mencari keberanadan Tyas di mana sekarang.
Sampai pada akhirnya mereka berhenti di dekat balkon, di sana sudah berdiri seorang wanita dengan angkuh, siapa lagi kalau bukan Nyonya Tyas.
"Permisi Nyonya, ini ada Virna," ucap Sari dengan sopan sambil membungkukkan bandanya.
Tyas mengibaskan tangannya seolah menyuruh Sari untuk pergi dari tempat ini. Sekarang hanya tinggal Virna sendiri yang ditatap tajam oleh Tyas. Wanita itu memperhatikan Virna dari atas hingga bawah sambil tersenyum dengan sekilas saja.
Ada hal yang memang harus dia cari dengan nyata, apapun yang dia lakukan semuanya harus benar sesuai dengan keinginhan dirinya. Dia malah merasa bimbang sendiri atas apa yang sudah terjadi.
"Kenapa kamu ingin jadi maid di sini?" tanya Tyas dengan bersidekap melihat kearah Virna yang menundukkan kepalanya.
Virna terdiam ketika dia yang kini sedang memikirkan alasannya. "Saya ingin membagikan kedua orangtua saya."
Semoga kali ini Virna tidak salah berbicara dan memberikan alasan yang memang masuk akal, kalau tidak maka dia yang akan kena malapetaka nantinya.
"Hanya itu saja?"
Tyas masih menatap tajam kearah Virna, dari sorot matanya wanita itu sepertinya belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Virna.
"Saya juga ingin melakukan yang terbaik untuk ayah saya."
Tyas melihat kearah Virna seolah percaya dengan ucapan Virna barusan. "Apa sebelumnya kamu sudah punya pengalaman?"
Tyas seolah mengintrogasi Virna saat ini. Wanita itu seolah sedang mengorek informasi tentang dirinya saat ini. Mau bagaimana lagi sekarang?
"Belum, ini pertama kalinya saya menajdi maid."
"Baiklah semoga kamu tidak membuat kekacauan atau ceroboh karena ini yang pertama untuk kamu," Tyas hanya mengatakan hal yang seperti itu saja lalu selanjutnya pergi meningglakan Virna sendiri.
Virna mencekal degup jantung nya yang beracu dengan kencang tadi. Hampir saja dia ketahuan tadi. Dia tidak punya alasan lain untuk menjawab pertanyaan dari Tyas. Sungguh dia juga tidak paham dengan apa yang sudah terjadi padanya.
"Untung saja tidak ketahun," gumam Virna dengan pelan.
"Sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu."
Virna menoleh kearah belakang, rupanya ada seorang pria kini sedang bersidekap dengan angkuh. Apa pria itu tau apa yang saat ini ada di dalan pikirannya.
"Apa maksud Tuan Muda Randy?" tanya Virna pura-pura tidak tau.
"Dari awal aku sudah curiga dengan dirimu, sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu," ucap Rendy sambil melirik kearah Virna.
Apa itu artinya Randy sudah mulai curiga padanya? Jika memang begitu kenyataanya maka kali ini dia harus hati-hati karena bisa saja nanti rahasianya malah terbongkar. Dia tidak boleh membiarkan ini semuanya.
"Maaf Tuan Muda, Saya tidak menyembunyikan apapun juga."
"Sudahlah itu juga tidak penting untuk diriku saat ini, aku hanya ingin kamu melayaniku saja karena kamu digaji memang untuk itu, apa kamu paham Virna?" ucap Randy pada Virna.?
"Iya saya paham Tuan Muda."
"Bagus, kalau begitu kamu boleh pergi dari tempat ini."
Virna juga sebenarnya tidak mau terus berada di dekap pria seperti Randy. Dia adalah pria yang membuat dia jadi kesal. Pria yang sudah mencuri ciuman pertama dirinya tanpa ijin waktu itu.
"Hei kenapa masih melamun? Ayo pergi sebelum kekasihku datang ke sini."
BERSAMBUNG
Virna membuka matanya dan terkejut ketika menyadari kalau dia sekarang tengah ada di sebuah gudang. Dia mencoba untuk mengingat semuanya. Kejadian di mana dirinya ada di rumah dan pembantu tersebut diserang dengan begitu saja. sampai dirinya dibius tidak sadarkan diri. sekarang dia ada di sebuah gudang. "Siapa yang melakukan itu?" tanya Virna heran. Sampai tak lama kemudian, dua orang wanita tertawa bahagia karena melihat Virna yang kini sudah dalam keadaan di ikat. "Puas sekali melihat kamu seperti ini, Virna," ledek Windi. Virna menoleh kearah orang tersebut dengan seksama. Rupanya ini semuanya adalah ulah mereka mereka. "Ini rencana kalian berdua?" Mulani tersenyum dengan licik. "Tentu saja ini adalah rencana dari kami. Setelah Omawa tertangkap oleh pihak kepolisian dan sekarang kami berdua akan membunuhmu," kata Mulani dengan senang. "Iya benar. Virna adalah wanita yang sangat bodoh. Mau saja menyerahkan semuanya pada ayah kandungku selama ini," kata Windy. "Ayah
Firman menyelidiki kasus tentang perusahaan yang sekarang ada di tangan Mulani dan Omawa. Dia datang sambil membawa beberapa bukti, dia sudah menemukan semuanya, termasuk hasil Tes DNA milik Windi. "Harusnya memang aku sudah menduga semuanya." Randy mengumpat dengan kesal setelah melihat ini. "Aku sudah menemukan buktinya, sekarang kita temui mereka." "Thanks bro, karena sudah mau membantu," kata Randy. "Kamu harus tahu, aku melakukan ini semuanya karena Virna. bukan karena siapapun." "Baik aku paham. Tetapi kamu harus sadar, kalau Virna hanya milikku," kata Randy sekaligus sebuah peringatan. Firman menatap kearah Randy sekilas. "Jika kamu berani menyakiti dia. Maka jangan salahkan aku jika aku kembali mengambil dia." Randy tersenyum dengan penuh arti. "Tidak usah khawatir, aku akan menjaga dia dengan baik mulai sekarang. Apalagi akan ada penerus diantar kami." "Aku pegang janjimu." Kedua orang itu masuk ke dalam perusahaan besar, sampai tak lama kemudian Omawa
Firman menatap kearah Randy, sebenarnya dia kesal dengan Randy yang memang sudah merusak Virna, bahkan dia sangat mencintai Virna selama ini. "Aku memang kecewa padamu, tetapi karena ini demi Virna, jadi mari kita kerjasama," ajak Firman. Randy yang mendengar itu pun hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Ada rasa yang membuat dia bahagia ketika mendengar hal tersebut. Terlebih dia juga sudah merencanakan semuanya dengan baik. "Baiklah, aku setuju." Randy menjabat tangan Firman untuk bekerjasama dalam melakukan kegiatan yang dilakukan. Dia bahagia karena semuanya sudah berjalan dengan baik. "Apa yang dikatakan Virna padamu?" Tanya Firman. "Dia memintaku untuk mendekati Winda kembali demi mengulik informasi tentang ayah kandungnya yang sebenernya." "Kamu akan melalukan itu?" Tanya Firman pada Randy. "Apapun akan aku lakukan demi Virna. Kamu tahu, kedua orangtuaku berteman dengan keluarga Virna, bahkan ketika wanita itu berpura-pura menjadi pembantu di rumahku,
"Kenapa lo nyerang gue hah?" Randy merasa heran ketika orang tersebut yang tiba-tiba menyerang dirinya dengan brutal. Memangnya apa salahnya sekarang? "Sudah hentikan nak," sergah Inah yang memang tidak mau kalau sampai terjadi perkelahian di sini. Dia masih berusaha yang terbaik untuk dirinya, membela dirinya yang memang terasa sakit. Randy menatap kearah pria tersebut. "Lo siapa sebenarnya main pukul gue begitu?" Randy juga penasaran dengan orang yang ada dihadapannya. Tidak mungkin kalau dia adalah keluarga dari Virna katena semua keluarga sudah tidak ada kecuali Pamannya yang licik tersebut. d Inah mencoba untuk menenangkan anaknya agar tidak terbawa dengan omosi sekarang ini. Apalagi Inah juga tahu kalau Randy orang Yann baik. "Dia anak saya," jawab Inah. "Oh anak pembantu rupanya," hina Randy. "Kurang ajar lo yah, brengsek!" Maki Firman ketika dirinya direndahkan seperti itu oleh Randy. Sampai Randy teringat dengan niat kedatangannya ke sini yaitu untuk
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir