16.00 – Refleksi Senja “Langkah Awal yang Baru”Peserta diajak berjalan santai di taman.Setiap orang merasakan tanah, rumput, dan angin di wajah mereka.Anya merasakan kedamaian.“Aku siap. Aku sudah berdamai. Aku akan melanjutkan hidupku,” bisiknya pada dirinya sendiri.18.00 – Malam Tenang di TerasMalam itu, Anya duduk di teras, mendengar suara jangkrik.Ia memejamkan mata, menarik napas panjang, dan melepaskan beban yang masih tersisa.Di dadanya, ia tahu cinta Rio tak pernah hilang, hanya berubah bentuk.“Aku berjalan, Rio… dan aku akan baik-baik saja,” ujarnya pelan.Hari itu Anya merasa mantap.Ia tahu perjalanan ini belum selesai, tapi ia sudah menemukan kekuatan baru:Ketenangan di hatinya sendiri.***Hari Ketujuh Puluh Lima: Menghargai Diri Sendiri.07.00 – Yoga Pagi “Sadar Tubuh”Anya mengikuti gerakan yoga sederhana yang dipandu oleh Instruktur Yoga, Kak Ratri.“Rasakan setiap tarikan napas, setiap gerakan, seolah-olah kamu sedang berdialog dengan tubuhmu sendiri,” ujar
Hari Ketujuh Puluh Dua: Menghadapi Ketakutan.07.00 – Meditasi Pagi “Menghadapi Ketakutan”Mentor utama, Prof. Surya, memimpin meditasi di aula utama.“Hari ini, kita tidak lari dari ketakutan. Kita menatapnya, merangkulnya, dan memahaminya.”Semua peserta duduk bersila, memejamkan mata.Mereka diminta:Mengingat satu ketakutan terbesar.Merasakan napas yang menenangkan dada.Membisikkan mantra: “Aku aman. Aku sanggup menghadapi ini.”Anya mengingat ketakutan akan kesendirian setelah kehilangan Rio.Air matanya jatuh perlahan.Tapi dalam hatinya, ia merasakan kehadiran Rio yang menenangkan.09.00 – Sesi “Ketakutan & Potensi”Workshop diadakan di ruang terapi kelompok.Tema: “Apa yang kita takutkan, dan potensi apa yang tersembunyi di baliknya?”Peserta menuliskan di papan tulis: ketakutan terbesar mereka.Lalu, mereka mencari: peluang dan kekuatan yang justru bisa muncul dari rasa takut itu.Anya menulis:“Takut sendirian. Tapi ini juga berarti aku sedang belajar mandiri.”Prof. Surya
Hari Keenam Puluh Sembilan07.00 – Meditasi Hening “Mencapai Kedamaian”Hari ini, suasana lebih tenang.Prof. Surya memimpin meditasi hening di aula terbuka, tanpa kata-kata, hanya keheningan.Setiap orang duduk bersila, mata terpejam, napas perlahan.Keheningan terasa seperti selimut yang menenangkan.09.00 – Materi “Memaafkan Diri Sendiri”Prof. Surya membuka sesi dengan suara lembut:“Memaafkan orang lain memang penting. Tapi memaafkan diri sendiri… itu lebih dalam, lebih sulit.”Ia berbicara tentang betapa kerasnya hati manusia pada dirinya sendiri.“Jangan biarkan masa lalu menjadi beban yang kau bawa seumur hidup.”Peserta lalu diajak menulis:Kesalahan yang masih mereka sesali.Kata maaf untuk diri sendiri.Anya menulis:“Maafkan aku, Anya, karena terlalu lama menyalahkan dirimu sendiri.”11.30 – Latihan “Pelukan Diri Sendiri”Peserta berdiri, menutup mata, dan memeluk diri mereka masing-masing.Gerakan sederhana ini membangkitkan rasa hangat yang dalam.Anya merasakan air mata
Hari Keenam Puluh Enam: Cahaya Dalam Keheningan.08.00 – Sesi Meditasi “Ketenangan yang Menyembuhkan”Mentor pagi ini adalah Ibu Ratna, seorang praktisi mindfulness yang lembut.Ia memimpin meditasi dengan nada suara menenangkan:“Hari ini kita belajar mendengarkan keheningan… di dalam keheningan ada jawaban.”Anya duduk bersila, matanya tertutup.Napasnya perlahan, mengikuti denting lonceng meditasi.Dalam hening itu, ia merasakan kepedihan yang perlahan berubah menjadi kelegaan.10.00 – Sesi Journaling “Pertanyaan untuk Hati”Di atas kertas, para peserta diajak untuk menulis jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:Apa hal yang membuatmu takut melepaskan?Apa yang membuatmu ingin melangkah maju?Siapa dirimu yang ingin kau temui di masa depan?Anya menulis:“Aku takut melepaskan karena takut kehilangan Rio sepenuhnya.Tapi aku juga ingin maju karena aku tahu Rio ingin aku bahagia.Aku ingin bertemu Anya yang berani bermimpi kembali.”13.00 – Workshop “Menciptakan Ruang untuk Diri
Hari Keenam Puluh Tiga: Menghadapi Kenyataan, Menerima Diri.08.00 – Sesi Pembukaan: “Apa yang Kamu Rasakan?”Pagi ini, Prof. Mahendra membuka sesi dengan sebuah pertanyaan yang sederhana, tapi menusuk hati:“Apa yang kamu rasakan hari ini?”Setiap peserta diminta menuliskan di kertas kecil:✅ Satu kata tentang perasaan mereka pagi ini.✅ Anya menuliskan: “Gelombang”.Prof. Mahendra tersenyum:“Gelombang itu kadang tinggi, kadang rendah. Yang penting, kita tetap belajar berselancar di atasnya.”10.00 – Sesi Terapi Kelompok: “Berbagi Luka, Berbagi Kekuatan”Para peserta duduk melingkar. Hari ini, mereka berbagi cerita tentang apa yang masih terasa berat.Satu per satu, mereka bercerita:Seorang ibu yang merindukan anaknya.Seorang pria yang kehilangan pasangan.Dan Anya… yang perlahan mulai membuka hatinya.Anya berkata:“Aku merasa bersalah. Kadang aku ingin dekat dengan orang lain… tapi aku masih mengingat Rio.”Kelompok itu mendengarkan Anya dengan sabar.Ibu Yulia, mentor tamu, ber
Hari Keenam Puluh: Pelajaran Mencintai Diri.08.00 – Sesi Pagi: “Siapa Aku Tanpa Dia?”Prof. Mahendra membuka hari keenam puluh dengan pertanyaan yang menohok:“Siapa dirimu tanpa orang yang kau cintai?”Anya menghela napas, menulis di jurnal:Aku seorang perempuan yang dulu selalu menunggu Rio.Aku seorang perempuan yang sedang belajar berdiri sendiri.Aku seorang pencari makna yang ingin damai dengan masa lalu.10.00 – Sesi Latihan: “Merawat Diri Sendiri”Di sebuah ruang terbuka, peserta diajak melakukan aktivitas ‘merawat diri’.Mereka:✅ Berendam kaki di air hangat yang sudah diberi garam laut dan bunga kamboja.✅ Mendengarkan alunan musik alam – kicau burung, desir angin.✅ Memijat perlahan tangan dan kaki sendiri.Anya menutup matanya, merasakan sensasi air hangat.Untuk pertama kalinya, ia memandang tubuhnya sendiri bukan sebagai alat – tetapi sebagai rumah yang layak disayangi.13.00 – Sesi Praktek: “Menyusun Mimpi Kecil”Prof. Mahendra meminta setiap peserta menuliskan 3 hal